GridHot.ID-Sebuah kisah mengharukan mencatut seorang pria bernama Andre Kuik.
Bagaimana tidak, setelah 40 tahun diadopsi, Andre Kuik baru tahu siapa sosok orang tua kandungnya.
Dilansir dari artikel yang tayang di Intisari Online pada 4 Mei 2018, Andre harus berpisah dengan orang tuanya aslinya ketika berusia empat hari, setelah diadopsi oleh keluarga Belanda.
Sejak itulah Andre tinggal di Belanda, hingga menikah dan memiliki anak.
Setelah melakukan pencarian yang panjang, Andre berhasil bertemu ibu kandungnya yang bernama Kartini, serta keluarganya yang ternyata berasal dari Lampung.
"Seneng banget, anak hilang iso ketemu meneh (bisa bertemu kembali), iso balik meneh (bisa kembali lagi), anak lanang bisa balik (anak laki-lakiku bisa kembali)," kata Kartini dalam bahasa Indonesia dan Jawa.
Ayah Andre, Theo Kohler, yang diperkirakan memiliki darah campuran Jawa dan Eropa, mendesak Kartini untuk meninggalkan Andre di rumah sakit Panti Secanti, Gisting, Lampung.
Kartini sempat kembali lagi ke rumah sakit bersama dua anaknya, Wely dan Untung, namun tidak dapat menemuiAndre.
"Katanya sudah enggak bisa ketemu, sampai di rumah saya ngomong sama suami, marahlah kok ibu enggak boleh ketemu anaknya, suami diam saja," ungkap Kartini.
Setelah itu, dia tak pernah mendengar kabar tentang Andre.
"Sempat ingin mencari tapi ke mana, saya sempat sakit mikirin anak hilang," ujar Kartini.
Baca Juga: Tak Sengaja Teringat Mantan Suami, Maia Estianty Akui Ahmad Dhani Pernah Mencuri Satu Hal Darinya
Kartini terus bertanya kepada suaminya mengenai keberadaan bayinya, namun tak pernah mendapatkan jawaban.
Ketika Kartini hamil anak keempat, suaminya itu malah meninggalkan Kartini dan tak terdengar kabarnya sampai sekarang.
Diketahui, pada usia lebih dari empat bulan, Andre diadopsi warga Belanda Jan Kuik dan Mieke Kuik.
Dalam dokumen adopsi dan akta notaris, Jan Kuik dan Mieke Kuik mengadopsi Andre dari Yayasan Pangkuan Si Cilik di Jakarta, yang dipimpin oleh Lies Darmadji pada 23 Juni 1976.
Tak jelas bagaimana Andre bisa berada di Yayasan tersebut ketika masih bayi.
Dari Jakarta, Andre kemudian dibawa Jan Kuik dan Mieke Kuik ke Den Ham Belanda.
Di sana, Andre dibesarkan bersama kakak angkat laki-laki dan kakak angkat perempuan asal Thailand, serta adik angkatasal Indonesia.
Tumbuh besar di Belanda, seringkali membuat Andre terbesit untuk mengetahui soal orang tua kandungnya.
Lalu, pada tahun 2013, saat Andre berkunjung ke Indonesia, dia menyempatkan diri ke Lampung.
Kunjungan pertama ke negara asalnya itu meninggalkan kesan mendalam.
"Saya merasa saya berada di komunitas saya sendiri, warna kulit saya sama, keramahan, dan itu terasa mendalam pada diri saya," ungkap Andre.
Setahun berikutnya, Andre sempat mencari orang tuanya lewat para suster di Rumah Sakit Panti Secanti tempat dia lahir.
"Suster di klinik tempat saya lahir, menawarkan diri untuk ikut mencari, kebetulan ada kenalan dari orang tua saya di Gisting, Lampung, dia bisa sedikit cerita tentang orang tua saya," jelas Andre.
Namun pertemuan dengan kenalan ayahnya di masa muda tak memberinya petunjuk berarti untuk dapat menemukan orang tuanya.
Meski begitu, Andre tetap menyimpan keinginan bertemu dengan orang tua kandungnya, terutama setelah kelahiran putranya yang kini berusia 1,5 tahun.
Hingga kemudian di akhir 2017, Andre mendengar kabar dari rekannya di Belanda yang berhasil bertemu dengan orang tua kandungnya di Indonesia.
Peristiwa itu membuat Andre kembali melakukan pencarian dengan bantuan Yayasan Mijn Roots.
"Saya berusia 40 tahun dan saya menganggap orang-orang di sini tidak berumur panjang, saya pikir kalau saya tidak menemukan mereka sekarang, kapan lagi,” jelas Andre.
Berbekal dokumen adopsi dari orang tua angkatnya, pencarian keluarga kandungnya pun dimulai.
"Kalau dokumen tidak begitu jelas, namun kita dapat informasi dari orang-orang yang waktu itu pernah tinggal dengan orang tuanya, kami merasa yakin dapat menemukan itu," jelas Eko Murwantoro, tim pencari orang tua kandung dari Yayasan Mijn Roots.
Untuk memastikan Kartini merupakan orang tua Andre, Yayasan Mijn Roots melakukan tes DNA dan hasilnya positif.
Andre merupakan salah satu dari 24 anak adopsi warga Belanda yang berhasil kembali bertemu dengan keluarga mereka melalui bantuan Yayasan Mijn Roots.
Andre pun tak dapat menahan tangis ketika pertama kali bertemu ibu kandungnya tersebut.
Selain itu, Andre jadi tahu bahwa dia memiliki dua kakak laki-laki bernama Wely dan Untung, serta seorang adik perempuan Dewi Agustina.
Namun, salah satu kakaknya, Untung telah meninggal dunia.
"Kalau wajahnya mirip sama ayahnya," kata Kartini sambil menatap wajah anaknya yang ketiga itu, senyum mengembang di wajahnya.
Andre mengaku lega ketika mengetahui Kartini tidak berniat menyerahkan dirinya ke orang lain.
"Saya tahu ia tidak berniat menyerahkan saya,” kata Andre.
Dalam kunjungan yang berlangsung sekana satu pekan, Andre tampak ingin lebih jauh mengenal keluarganya, melalui makanan, kebiasaan dan pekerjaan mereka, antara lain ikut ke sawah dan melihat pembuatan batu bata, yang menjadi pekerjaan sehari-hari kakak dan adiknya,
"Saya akan belajar bahasa Indonesia, sehingga bisa berkomunikasi secara langsung ketika saya kembali lagi (ke sini) tahun depan,” kata Andre.
Artikel ini sebelumnya tayang di Tribun Bogor dengan judul "Kisah Anak Indonesia Diadopsi Warga Belanda selama 40 Tahun, Pisah dengan Orangtua saat Usia 4 Hari"
(*)