Namun seiiring berjalannya waktu, pamor batu ajaib Ponari makin redup.
"Sekarang tak menentu. Kadang ada satu orang, kadang sepi pasien," ujar nenek Ponari kala itu.
Setiap tamu yang datang, meski tak pernah diminta dan dipatok tarif, rata-rata memberikan uang Rp 20.000.
Sejak pasien mulai sepi, Ponari lebih fokus sekolah.
Setelah secara ekonomi keluarganya naik drastis, Ponari justru enggan ke sekolah, hingga akhirnya tidak mengikuti ujian nasional.
Ponari pun akhirnya harus ikut program paket A.
"Tahun kemarin (2015) ikut ujian di program paket A, alhamdulillah lulus. Sekarang melanjutkan lagi ke sekolah Tsanawiyah (sekolah Islam setingkat SMP). Baru kelas satu," tuturnya
Keluarga menyebut hasil dari pengobatan Ponari sempat terkumpul uang Rp 1 miliar lebih.