Find Us On Social Media :

Suasana Ramai Mendadak Berubah Tenang Ketika Adzan Berkumandang, Ini Penampakan Desa Madinah di Jawa Timur, Hampir Semua Warganya Berpakaian ala Timur Tengah

Ada desa mirip Madinah di Jawa Timur

GridHot.ID  - Apakah kalian tahu jika ada desa di Jawa Timur yang segala aktivitas masyarakatnya mirip aktivitas masyarakat di Madinah?

Seperti misalnya menghentikan segala aktivitas saat azan berkumandang.

Dilansir dari Kompas.com, aktivitas masyarakat di Desa Temboro di Kabupaten Magetan, Jawa Timur yang dijuluki Kampung Madinah, selalu sepi saat azan berkumandang.

Hampir seluruh warganya pergi ke masjid atau surau desa untuk beribadah.

Baca Juga: Dobrak Monopoli Amerika Serikat, Vladimir Putin Siap Tutup Internet Mulai 23 Desember, Ungkap Tak Mau Lagi Bergantung pada Kekuasaan Negara Paman Sam

 Sejenak kemudian, suasana jalan desa yang ramai oleh lalu lalang orang perlahan mulai sepi.

"Kalau sudah azan jalan mulai sepi, kami tutup sebentar untuk salat zuhur. Jam 1 nanti baru buka lagi," ujar Ali sambil menutup pintu tokonya.

Setelah salat, Ali terlihat sibuk menyusun lemari kecil dan meja lipat di depan tokonya yang terletak di jalan utama menuju Pondok Al Fatah Temboro.

Saat itu, ada pertemuan wali santri (penerimaan santri baru) di Pondok Al Fatah Temboro.

Baca Juga: Rela Jadi Pengemudi Ojol, Anak Artis Kawakan Ini Nyatanya Harus Berjuang Keras untuk Mendapat Pengasilan, Nama Besar Orang Tuanya Seolah Bukan Jaminan untuk Hidup Berkecukupan

Saat pertemuan wali santri, banyak para santri baru mencari lemari kecil dan alas tidur.

Saat musim penerimaan santri baru, ia mengaku mampu menjual ratusan lemari kecil serta lebih dari seribu meja lipat.

"Lemari itu bisa 150 lemari. Kalau meja kecil tahun kemarin habis seribu," ujarnya pada 17 Juni 2019 silam.

Selain Ali, sejumlah pedagang baju muslim yang membuka lapak di sepanjang jalan menuju pondok pesantren juga turut ketiban rezeki.

Baca Juga: Tidur Sendirian di Dalam Mobil, Seorang Wanita Didatangi Laki-laki Misterius, Saat Terbangun Ini yang Terjadi

Erwin salah satu pedagang baju gamis mengaku mendapatkan omzet besar saat pertemuan wali santri seperti saat ini. Dia mengaku mendatangkan baju gamis dari Surabaya dan Jakarta untuk dijual.

"Ramai, ini pertemuannya se Asia Tenggara. Banyak santrinya. Tahun kemarin omset bisa Rp 150 juta selama kegiatan," katanya.

Desa Temboro sejak puluhan tahun silam memang terkenal dengan julukan Kampung Madinah.

Julukan tersebut muncul karena pakaian yang digunakan oleh penduduknya seperti pakaian masyarakat Arab.

Baca Juga: Jakarta Terancam! Ibukota Negara Indonesia Berpotensi Diguncang Gempa Besar Berkekuatan Lebih dari 8 Skala Richer

Pria menggunakan busana jubah dan penutup kepala, sementara perempuan menutup seluruh tubuhnya dengan pakaian warna gelap dan sebagian besar menggunakan cadar.

Gaya busana tersebut telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari warga Desa Temboro.

"Berpakaian seperti itu karena orang sini pendidikan agamanya kuat. Mereka mengamalkan ilmunya itu," ujar Kepala Dusun Temboro, Ulul Azhar kepada Kompas.com.

Keberadaan Pondok Pesantren Al Fatah Temboro, menurut Ulul Azhar tidak dipungkiri membawa perubahan besar terutama kebiasaan berbusana tertutup seperti saat ini.

Baca Juga: Wajahnya Mulus Nyaris Tanpa Noda, Saat Dielus-elus, Benda-benda Tak Wajar Keluar dari Pipi Wanita Ini, Netizen: Disantet Nih Orang!

Selain itu, kebiasaan lain yang berubah adalah banyak warga yang beraktivitas jalan kaki baik ke masjid maupun ke pasar.

Tak heran jika sepanjang jalan Desa Temboro dipenuhi dengan warga yang berbusana seperti di Arab.

Selain busana yang khas, masjid dan surau di wilayah Desa Temboro menurut Ulul Azhar selalu penuh jemaah saat masuk waktu salat.

Semua kegiatan warga mulai perdagangan hingga perkantoran akan berhenti sejenak saat azan berkumandang.

Baca Juga: Gertak Keras Uni Eropa, Indonesia Disarankan untuk Membatalkan Pembelian 313 Pesawat Airbus Seharga Rp 599 Triliun: Tidak Sebanding dengan Kontribusi Devisa Kita!

"Biar subuh, seluruh masjid di sini penuh dengan jemaah yang salat. Seluruh warga di sini beragama Islam dan kami mau mengamalkan ajaran agama," imbuhnya.

Meski berada dalam kawasan Pondok Pesantren Al Fatah, warga Temboro mempunyai kegiatan sendiri.

Menurut Ulul Azhar, saat bulan Ramadhan, 29 masjid dan surau di Desa Temboro melakukan salat tarawih dengan bacaan Al quran satu juz setiap malam.

"Kalau di pesantren ada yang salat tarawih khataman. Kalau di seluruh masjid kampung sini, salat tarawihnya khatam satu juz setiap malam," katanya.

Baca Juga: Anak Indigo Bongkar Keinginan Mendiang Julia Perez yang Kerap Datangi Adiknya Lewat Mimpi, Sebut Tak Butuh Tangisan, Tapi Inginkan Hal Ini

Warga Desa Temboro juga rutin menggelar pengajian setiap Kamis malam setelah maghrib.

Sementara itu, setelah salat isya, banyak warga yang melalukan taklim dan dzikir serta berkunjung pada warga yang tidak hadir saat pengajian.

Mereka juga akan menggelar pengajian besar saat memperingati Hari Ulang Tahun Republik Indonesia dengan mengundang grup kesenian islami.

"Paling ramai kalau 17-an. Selain pengajian juga ditampilkan grup kesenian barzanji,” kata Ulul Azhar.

Baca Juga: Karier Suaminya Makin Moncer Setelah Didaulat Jadi Komisaris Utama PT. Antam, Beginilah Tampilan Rumah Mewah Bella Shapira Sekarang, Berlantai Marmer dengan Hiasan Guci-guci Mahal

Tidak diketahui secara pasti berapa jumlah santri yang mondok di Pondok Al Fatah Temboro, karena selain santri pemula, ada juga santri yang hanya mondok dalam hitungan bulan.

Namun dipekirakan ada 15.000 santri yang menuntut ilmu di pesantren tersebut.

Desa Temboro memiliki luas wilayah lebih dari 517 hektar dan 40 persen lahan merupakan kawasan yang digunakan untuk kegiatan pondok pesantren.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ada Desa Madinah di Magetan, Aktivitas Warga Berhenti Saat Azan Berkumandang"

(*)