Find Us On Social Media :

Pembunuhan Qasem Soleimani Sangat Detil dan Terencana, Perdana Menteri Irak Malah Tak Sengaja Beberkan Rencana Licik Donald Trump Sejak Awal, Misteri Masih Menyelimut Penyerangan Tersebut

Donald Trump

Gridhot.ID - Isu perang dunia ketiga terus menyeruak di berbagai penjuru dunia.

Hal tersebut terjadi akibat tindakan Amerika Serikat yang cukup nekat.

Awal tahun 2020, Jenderal Iran Qasem Soleimani terbunuh akibat serangan yang dikomando oleh Donald Trump.

Baca Juga: Bukan Rekaman Detik-detik Pembantaian Jenderal Qasem Soleimani, Video Simulator yang Beredar di Sosial Media Rupanya Bagian dari Game

Saat itu, Soleimani sedang berada di Baghdad.

Namun mengapa ia justru berada di Baghdad?

Rupanya, ada misteri lebih besar yang belum terkuak di balik itu.

Baca Juga: Sembunyi di Balik Kekuatan Besar Militer AS, Ternyata Sosok Ini yang Jadi Otak Pembunuhan Jenderal Soleimani, Sudah Susun Rencana Puluhan Tahun Silam

Dilansir dari Independent, Perdana Menteri Irak akhirnya menceritakan jika dia saat itu seharusnya bertemu dengan Soleimani.

Apa tujuan dari pertemuan mereka?

Mereka bertemu dengan tujuan membahas pergerakan yang dibuat untuk mengurangi konfrontasi antara kelompok Syiah Iran dan kelompok Sunni Arab Saudi.

Baca Juga: Sering Disalahgunakan Karena Dikira untuk Bersihkan Sepatu, Sikat di Samping Bawah Eskalator Ternyata Punya Fungsi Penting, Bisa Cegah Kecelakaan Parah!

Perseteruan Syiah dan Sunni memang sudah mendarah daging di kehidupan Timur Tengah, dan disebut-sebut sebagai sumber segala permasalahan yang ada di sana.

Perdana Menteri Irak, Adil Abdul-Mahdi menyatakan dengan jelas: "aku harusnya bertemu dengan dia pagi hari saat dia dibunuh, dia membawa pesan dari Iran merespon pesan yang kami bawa dari Saudi untuk Iran."

Abdul-Mahdi juga menyatakan jika Donald Trump telah meneleponnya untuk meminta dia menjadi mediator setelah serangan kedutaan Amerika di Baghdad.

Baca Juga: Mulan Jameela Terlanjur Dicap Pelakor, Ternyata Justru Ahmad Dhani yang Pertama Pergoki Maia Estianty Selingkuh, Berawal dari Sadap Telepon Ibunda Al Ghazali Hingga Temukan Bukti

Pihak resmi Irak menyatakan, kontak dibuat dengan sejumlah pasukan sipil dikerahkan di Teheran.

Blokade serangan selanjutnya diangkat dan Donald Trump berterima kasih kepada Abdul-Mahdi.

Kini kita tahu, hal itu mungkin cara Donald Trump mengalihkan perhatian Irak.

Baca Juga: Niat Ingin Hidup Mandiri, Keputusan Pangeran Harry dan Meghan Markle Keluar dari Kerjaan Buat Repot Satu Negara, Perdana Menteri Sampai Ikut Campur Urus Keduanya

Sebelumnya Irak sama sekali tidak tahu jika perjalanan Soleimani ke Baghdad telah dibuat tidak aman oleh beberapa oknum.

Ini menunjukkan sepertinya Donald Trump membantu membujuk Soleimani untuk berada di tempat ia dapat terbunuh.

Sangatlah mungkin jika Trump tidak tahu hal penting yang akan Soleimani lakukan di Baghdad, atau tahu, tapi tidak peduli.

Baca Juga: Besok Ada Gerhana Bulan Penumbra, Ini Jadwalnya Menyaksikannya di Indonesia, Bisa Ditonton dari 4 Benua

Abdul-Mahdi kecewa dengan Trump, yang meskipun menunjukkan rasa dukanya saat mediasi berlangsung, dia juga merencanakan serangan pada Soleimani.

Meski ada kemungkinan jika perencana militer Amerika tidak tahu sama sekali tentang pembicaraan Trump dan Abdul-Mahdi, dan membunuh Soleimani saat kesempatan datang.

Pembicaraan penting antara dua kelompok Islam yang tertunda akan menjadi ancaman jika semakin tertunda.

Baca Juga: Batal Nikahi Anggota DPR, Aktris Ini Pilih Clubbing dan Lepas Hijab Lagi

Di kota Riyadh sendiri, reaksi atas kabar mengejutkan tersebut tidak diberitakan.

Raja Salman telah mengirim adiknya, Khalid bin Salman, yang juga anggota kementerian pertahanan, untuk pergi ke Washington dan mendesak dihentikannya serangan.

Risiko sangat nyata jika wilayah tersebut menjadi arena konflik telah membawa ke kooperasi langka antara Arab Saudi dan Qatar, yang menteri luar negerinya pergi ke Teheran untuk mencari cara penenangan yang sama dilakukan oleh Khalid bin Salman ke Washington.

Baca Juga: Sudah 14 Tahun Dikubur,Jasad Satu Keluarga di Cimahi Ini Utuh dan Sama Sekali Tak Berbau Busuk Saat Dibongkar, Rupanya Hal Ini yang Terjadi

Menteri luar negeri Qatar, Muhammad bin Abdulrahman Al Thani bertemu dengan Hassan Rouhani, presiden Iran, guna mendiskusikan perlunya mempertahankan keamanan dan stabilitas willayah.

Bersamaan dengan itu, menteri luar negeri Uni Emirat Arab, Anwar Gargash, menyebut di Twitternya, "bijak dan keseimbangan harus kita lakukan."

Takut jika terperangkap dalam perang antara Iran dan Amerika, Arab Saudi menyatakan wilayah di sana rentan terhadap pasukan sipil Teheran, terutama di Lebanon, Yaman, Irak dan Suriah.

Baca Juga: Ngomong Langsung di Depan Orangnya, Najwa Shihab Sentil Syahrini: Sudah Seperti Ratu Sejagat!

Ada kekhawatiran jika Amerika, setelah melepaskan gelombang rudal, mau melakukan apapun ketika kesulitan sedang terjadi di negara musuh mereka.

Arab Saudi tahu, di akhir musim panas lalu, jika mereka tidak bisa selalu bergantung pada komitmen Amerika.

Lebih-lebih, saat serangan misil dan drone dilakukan pada fasilitas tambang minyak untuk bertujuan mengurangi produksi minyak Arab Saudi.

Baca Juga: Ngomong Langsung di Depan Orangnya, Najwa Shihab Sentil Syahrini: Sudah Seperti Ratu Sejagat!

Trump dengan cepat menyalahkan Iran atas serangan tersebut, tetapi tidak ada respon militer Amerika, sama halnya dengan tidak ada serangan dari kerajaan Arab Saudi dari Yaman.

Ahli sosiologi dan politik Arab Saudi Khalid a-Dakhil menyatakan, Arab Saudi dan negara di teluk Gulf tidak mau memusuhi Iran, karena situasi yang sangat rentan di wilayah Timur Tengah dan tidak ingin memberi percikan api pada bara yang masih panas.

Analis keamanan Inggris Robert Emerson mengatakan sangat jelas mengapa kehati-hatian sangat diperlukan. "Kamu tidak tahu apakah Trump hanya akan memantik api lalu menghilang," ujarnya.

Baca Juga: Kematian Lina Masih Jadi Misteri, Mbak You Sebut Satu-satu Ilmu Hitam Milik Teddy: Dia Punya Gendam, Pengasihan dan Pelet

"Arab Saudi sangat patut untuk khawatir. Perbincangan mengenai negosiasi Arab dan Iran merupakan topik panas, detail ke depannya akan segera mencuat."

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul Mengapa Saat Diserang AS Qasem Soleimani Justru Berada di Baghdad? Jawabannya Membuat Banyak Orang Terkesiap, Krisis Iran Lebih Rumit Dari Dugaan Semua Orang Termasuk Anda.

(*)