Pistol sampai karatan
Lama belajar di STIN empat tahun.
Dalam kurun itu, para calon agen rahasia akan melahap dua jenis pelajaran, yaitu pelajaran yang umum diterima di perguruan-perguruan tinggi seperti ilmu ekonomi, sosial, politik, hukum, dan sejarah (diberikan pengajar dari luar STIN) serta muatan lokal (diberikan pengajar dari dalam STIN).
"Tentunya ini bukan muatan lokal biasa. Ini muatan lokalnya kita, ya, ilmu keintelijenan," kata Wahyudi, Pembantu Ketua I STIN.
Penguasaan bahasa asing yang cas cis cus, menjadi syarat mutlak.
Mahasiswa STIN wajib menguasai satu bahasa asing, selain bahasa Inggris.
Pilihannya bahasa Arab, Mandarin, Jepang, atau Prancis.
Semua harus dipilih sejak awal perkuliahan.
Mahasiswa juga dilatih fisiknya, meski tidak setiap saat dilakukan.
Sebelum berkuliah di STIN, mereka sudah dilatih terlebih dahulu di Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Pusdikpassus), Batujajar, Jawa Barat, selama sebulan.
Ada pula bekal kemampuan bela diri, karate dan pencak silat.
"Fokusnya bukan untuk menyerang, tapi untuk menghindar," tegas Adisiswanto.
Hal yang sama juga diterapkan dalam penggunaan senjata api.
Mereka hanya belajar menggunakan senjata di lapangan tembak milik STIN.
"Dalam praktiknya, kita jarang menggunakan senjata api dan lebih memilih menyimpannya di rumah. Bahkan pistol saya saja sampai karatan," Adisiswanto bercerita.