"Ada tiga hal yg membedakan, satu kemarin yang menempel di bakso tidak terdapat kuku. Kalau kaki tikus asli terdapat kuku. Yang kedua, tidak terdapat telapak kaki, kalau kaki tikus ada telapak kakinya. Ketiga, tidak ada tulang, kalau kaki asli ada tulangnya," ungkapnya.
Atas hasil uji lab tersebut, ia meminta kepada seluruh masyarakat agar tidak perlu resah dan khawatir mengonsumsi bakso yang dijual oleh SR. Dia juga mengimbau kepada warga agar tidak sembarangan mengunggah informasi yang belum bisa dipastikan kebenarannya ke media sosial.
Dalam press conference sore itu, juga dihadirkan ADR (20) warga Dusun Jatus, Dersa Kedungrejo, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun dan temannya berinisial DL, selaku konsumen yang memposting video hingga akhirnya viral di media sosial.
Selain itu, polisi juga menghadirkan SR selaku penjual bakso.
Saat ditanya wartawan, SR mengaku mengalami kerugian sejak baksonya menjadi viral karena dianggap terdapat kandungan daging tikus.
"Setelah ramai di dunia maya, omzet saya menurun drastis. Sehari yang beli cuma satu-dua orang. Setelah video itu tersebar ke mana-mana, omset saya biasanya sehari bisa Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta kini menjadi Rp 15 ribu. Semoga omset jualan saya bisa kembali normal," katanya bersedih.
Ia mengucapkan terimakasih kepada pihak kepolisan yang telah membantu untuk membuktikan bahwa bakso yang dijualnya tidak mengandung daging tikus. Dia berharap, konsumennya tidak lagi ragu atau khawatir untuk membeli di warung miliknya.