Find Us On Social Media :

Nyawa Jadi Taruhan, Herlina Kasim Berani Menyusup ke Rimba Raya Papua, Rela Merangkak di Bawah Hujan Peluru Demi Merebut Irian Barat dari Belanda

Herlina Kasim dan tentara Indonesia.

Suara peluru terakhir baru saja lenyap, sewaktu Komandan J. Komontoy membuat rencana untuk meluncurkan sebagian pasukannya, agar musuh tidak terus-menerus menghadang mereka.

Sungguh suatu putusan yang sangat berani.

Dua puluh tiga orang yang akan ikut. Sisanya harus mengembara di hutan, termasuk Herlina.

"Sebulan lamanya kami mengembara di hutan belantara," kata Herlina.

"Juli 1962, kami mendarat di Irian Barat. Makanan yang dibawa sudah habis, binatang-binatang tak ada, kecuali kerang di tepi pantai."

Baca Juga: Gara-gara Warga Buang Air Kecil Sembarangan, Pecah Kerusuhan di Yahukimo Papua, Brigadir Hendra Saut Sibarani Gugur Diamuk Massa

"Itu pun harus dimakan mentah. Karena kami tidak boleh menyalakan api. Takut ketahuan musuh."

Herlina tidak doyan. Jadi terpaksa hanya minum air melulu, kalau tidak bisa menemukan makanan lain.

Pulau Waigeo tandus. Para gerilyawan pada umumnya warga masyarakat dari daerah sekitarnya. Mereka tidak mengalami kesulitan menu.

Penduduk setempat sudah biasa makan ikan mentah-mentah, segera setelah ditangkap.

Baca Juga: Eksekusi 3 Tukang Ojek Secara Keji, KKB Papua Justru Sebut Korbannya Anggota TNI Polri, Ada PT Freeport dalam Tuntutan Aksi Kawanan Lekagak Telenggen Kali Ini

Selama pengembaraan tersebut Herlina bertemu dengan wanita Irian Barat pertama, istri penunjuk jalan mereka, Domingus.