Find Us On Social Media :

Kini Cuma Bisa Ngemis-ngemis pada Indonesia untuk Atasi Virus Corona, Timor Leste Dulu Diprediksi Jadi Negara Gagal, Tak Bisa Atasi Huru Hara yang Buat Dili Porak Poranda Hingga Xanana Gusmao Nyaris Tewas Ditembak Warga

Menteri Perencanaan dan Investasi Strategis Republik Demokratik Timor Leste Xanana Gusmao di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa (4/2/2020).

Gridhot.ID - Indonesia telah berhasil mengevakuasi 238 WNI dari Wuhan, China, Sabtu (1/2/2020).

Hingga kini, seluruh WNI dari China sedang dikarantina di Natuna terkait virus corona.

Bukan hanya Indonesia, Timor Leste juga berencana mengevakuasi warganya dari China.

Baca Juga: 60 Hingga 70 Orang Meninggal Setiap Hari Akibat Terinfeksi Virus Corona

Menteri Perencanaan dan Investasi Strategis Republik Demokratik Timor Leste Xanana Gusmao sedang pusing tujuh keliling soal evakuasi warganya.

Xanana mengakui jika Timor Leste tak sanggup melakukan operasi evakuasi warganya dari Wuhan.

Keadaan semakin tambah runyam tatkala di Timor Leste tak punya kemampuan mengisolasi warganya yang suspect virus corona.

Baca Juga: 'Jika Aku Tidak Bisa Hidup Lagi, Maka Kalian Semua Akan Mati Bersamaku Juga'

Maka dengan kenyataan itu Xanana memelas kepada Indonesia agar dibantu perihal dua perkara diatas.

"Iya. Karena harus mengerti bahwa kita tidak punya fasilitas, tidak punya apa-apa. Oleh karena itu, kita minta kalau bisa (bantuan), seperti negara-negara lain," ujar Xanana di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa (4/2/2020) seperti dilansir dari Kompas.com.

Xanana ingin pulau Bali dijadikan tempat isolasi sementara bagi 17 warga Timor Leste yang dipulangkan dari Wuhan.

Baca Juga: Kini Kena Batunya, Pejabat China Sempat Tutup Mata Soal Virus Corona, Pilih Main Hakim Sendiri pada Dokter yang Sudah Beri Peringatan Sebelumnya

Tentu hal ini buat meradang Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace yang menilai permintaan Xanana seenak jidat.

"Jadi Pemerintah Timor Leste, mereka minta fasilitas dan izin melalui Kedutaan Besar Indonesia di Timor Leste untuk karantina 17 warga negaranya di Bali selama dua sampai tiga minggu," kata Cok Ace kepada wartawan, Senin (3/2/2020).

Menyikapi permntaan tersebut, Cok Ace melakukan rapat bersama dengan Pemprov Bali dan tentu saja Bali satu suara menolak permintaan tak tahu malu Timor Leste itu.

Baca Juga: Tebar Maut Sampai Ujung Dunia, China Jutsru Diam-diam Lakukan Hal Ini pada Mayat Korban Virus Corona, Jurnalis Media Jerman Kini Bongkar Alasan di Baliknya

Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Bali, I Ketut Suarjaya, Selasa (4/1/2020).

"Kita menolak dijadikan tempat karantina. Kita tak dapat menerima usulan mereka," kata Suarjaya.

Bagai menjilat ludah sendiri, Timor Leste yang dulu bernama Timor Timur saat menjadi bagian Indonesia sekuat tenaga ingin merdeka, lepas dari Ibu Pertiwi yang dituduh penjajah oleh Xanana.

Baca Juga: Tebar Maut Sampai Ujung Dunia, Mantan Mossad Sebut Virus Corona Senjata Biologi China yang Melarikan Diri dari Penelitinya, Pensiunan Intelijen Israel Bocorkan Alasan Tiongkok Sengaja Membuatnya

Permintaan merdeka itu lantas disambut Portugal yang notabenenya penjajah tradisional Timor Timur sedari dulu.

Dukungan juga datang dari Australia agar Timor Timur lepas dari Indonesia.

Keinginan itu berhasil dan PBB mengakui Timor Timur sebagai negara merdeka dan berubah nama menjadi Timor Leste pada 20 Mei 2002.

Baca Juga: Takut Tertular Virus Corona, Warga Natuna Geruduk Gedung DPRD, Panglima TNI Mantap Tunjuk Pangkalan Militer Jadi Tempat Isolasi WNI dari Wuhan

Hinggar bingar merdeka Timor Leste perlahan hanya jadi semboyan karena ternyata mengurus sebuah negara tidak gampang.

Ketimpangan sosial warga Timor Leste sampai sekarang masih terasa, kantor pemerintahan dan lainnya disana juga yang bangun dulu Indonesia.

Sembako, BBM hingga keperluan sehari-hari warga Timor Leste masih mengandalkan impor dari Indonesia.

Baca Juga: 'Daripada Saya Mati di Rumah, Lebih Baik Saya Mati di Depan Istana, Akan Lebih Membanggakan Anak Istri'

Gejolak konflik juga pernah melanda Timor Leste.

Tersebutlah seorang bernama Alfredo Reinado.

Reinado sendiri awalnya adalah seorang mayor angkatan bersenjata Timor Leste, FDTL.

Baca Juga: Jadi Pasukan Siluman Terganas, Sat 81 Bentukan Prabowo Subianto dan Luhut Panjaitan Dikenal Serba Rahasia dan Misterius, Sampai Keluarga Tak Tahu Tugasnya

Ia seorang nasionalis sejati bumi Lorosae yang juga ingin Timor Timur lepas dari Indonesia kala itu.

Pangkatnya yang sudah menjadi mayor di tubuh angkatan bersenjata FDTL membuktikan jika Reinado merupakan orang kompeten di bidangya.

Hal itu bukan isapan jempol belaka, Reinado pernah mengenyam pendidikan militer di Australia yang sangat jarang seorang seperti dirinya ada di FDTL.

Baca Juga: Tiba-tiba Jatuh Pingsan di Lokasi Syuting, Artis Cantik Mantan Pemain Sinetron 'GGS' Ini Meninggal Dunia Usai Dilarikan ke Rumah Sakit, Ada Apa?

Paling banter para perwira FDTL sekarang ialah mantan kombatan Fretilin yang pernah berhadapan dengan ABRI pada masa konfrontasi dengan Indonesia dulu.

Tapi pendidikan militer mentereng yang didapat Reinado tak selalu menjamin karirnya baik.

Malah ia merasa didiskriminasi oleh Panglima FDTL Brigjen Taur Matan Ruak.

Baca Juga: Cuma Dikirimi 2 Termos Nasi, Korban WO Bodong Pandamanda Tahan Malu di Depan Tamu Undangannya, Pakai Janur Bekas dan Tak Ada Makanan Saat Pesta Pernikahan

Alasan diskriminasinya pun bernada rasis, yakni Reinado berasal dari daerah Timor Leste bagian Timur.

Tak puas dengan alasan dari Matan Ruak, maka pada 4 Mei 2006, Reinado bersama 600 anggota FDTL melakukan desersi sebagai protes atas perlakuan diskriminatif negara kepada mereka.

Aksi protes itu lantas ditanggapi oleh Matan Ruak dengan pemecatan massal terhadap mereka semua.

Baca Juga: Terekam CCTV! Begini Detik-detik Bocah SD Berhasil Gagalkan Aksi Begal di Depok, Tanpa Rasa Takut Berani Cegat dan Tarik Tangan Pelaku

Marah, Reinado bersama rekan militernya, Mayor Augusto Araujo memimpin pemberontakan bersenjata yang dinamakan Gastao Salsinha.

Reinado kemudian menyerang ibukota Timor Leste, Dili.

Penyerangan itu menimbulkan gelombang kerusuhan besar dan geng-geng sipil bersenjata ikut memperparah keadaan dengan melakukan aksi kriminal.

Baca Juga: Nyawanya Melayang Akibat Ditendang Teman Sekolah, Siswa SMP HKBP Sidikalang yang Tewas Ternyata Anak Yatim, Keluarga Sebut Korban Penurut dan Penuh Semangat

Para mantan tentara yang marah karena dipecat itu melakukan berbagai aksi yang membuat rusuh satu negara, Dili porak poranda dan berdarah.

Reinado juga menggunakan taktik gerilya mirip Fretilin ketika menyerang kedudukan FDTL, sama yang dilakukan kombatan Timor Timur dahulu kala melawan Indonesia.

Lambat laun Timor Leste dilanda kerusuhan pertikaian antar etnis (Barat dan Timur).

Baca Juga: Anggotanya Siap Sediakan Lahan dan Legalkan Ganja di Indonesia, Ketua PKS Langsung Tegur Keras Rafly Kande: Menimbulkan Salah Paham dan Framing, Partai Selama Ini Vocal Menolak Narkoba!

Ratusan rumah dibakar dan dijarah, 100.000 warga Timor Leste sampai mengungsi ke perbatasan dengan Indonesia di NTT untuk mencari perlindungan.

Sampai seriusnya masalah ini, aparat keamanan Indonesia di perbatasan dengan Timor Leste siaga penuh dan akan mengambil tindakan tegas jika kerusuhan tersebut menyenggol keamanan wilayah Indonesia.

Keadaan kacau balau Timor Leste saat itu nyatanya tak bisa dikendalikan oleh FDTL dan pemerintah.

Baca Juga: Berpotensi Melanggar Perjanjian, Amerika Langsung Dapat Ancaman Mengerikan dari Negeri Beruang Merah, Menlu Rusia: Militer Sudah Siapkan Skenario Terburuk

Mereka harus sampai meminta bantuan militer ke Australia, Portugal, Selandia Baru dan Malaysia.

Lantas sebanyak 150 personel komando Australia mendarat di Timor Leste.

Personil Australia ini juga tak luput dari serangan kombatan pimpinan Reinado.

Baca Juga: Pernah Kena Tilang Karena Tak Nyalakan Lampu Motor di Pagi Hari, 2 Mahasiswa Ini Balik Gugat UU Lalu Lintas Tak Menindak Lampu Mati di Motor Jokowi Saat Berkendara: Hukum Harusnya Tak Pandang Bulu!

Tak lama setelah tentara Australia datang, rumah Menteri Dalam Negeri Regerio Lobato dibakar yang menewaskan istri dan lima anaknya.

Sampai-sampai tentara resmi pemerintah yang tak tahu alasannya malah menembaki markas polisi padahal di sana juga ada personil PBB.

Aksi Reinado lantas berpuncak pada 11 Februari 2008.

Baca Juga: TNI Sudah Siap Sedia Tempur dengan Kapal Tiongkok di Natuna, Prabowo Subianto Justru Minta Cool Saja: Bagaimanapun China Adalah Negara Sahabat

Ia dan anak buahnya melakukan serangan terhadap presiden Ramos Horta dan Perdana Menteri Xanana Gusmao di kediamannya masing-masing.

Ramos Horta terluka parah hingga kritis namun Xanana selamat dari percobaan pembunuhan itu.

Petualangan Reinado berakhir saat aksi penyerangan itu, ia tewas ditembak oleh tentara FDTL yang menjaga rumah Ramos Horta.

Baca Juga: TNI Siaga 1 Antisipasi Serangan Balasan, Begini Detik-detik Penyerbuan Sarang Persembunyian KKB Papua di Intan Jaya, Anak Buah Lekagak Telenggen dan Murib Lari Tunggang Langgang

PBB juga sampai turun tangan mengatasi masalah keamanan di Timor Leste, butuh waktu hampir 6 tahun agar kondisinya stabil kembali.

Nah, Xanana, minta tolong sama saudara Australia dan Portugal saja ya!

Artikel ini telah tayang di Sosok.ID dengan judul: "Sedari Awal Diprediksi Jadi Negara Gagal, Timor Leste Pernah Terkena Huru-Hara Brutal Hingga Xanana Gusmao Hampir Mati Ditembak Warganya Sendiri."

(*)