Gridhot.ID - Kutukan memang menjadi sesuatu yang ditakuti masyarakat zaman dahulu.
Banyak orang percaya adanya kutukan karena belum adanya pendalaman terkait tenaga medis kala itu.
Kutukan sendiri biasanya ditimbulkan oleh kekuatan supernatural, seperti mantra, doa, sihir, kekuatan alam, roh, atau Tuhan berdasarkan kepercayaan masing-masing.
Namun di era modern ini, kutukan hanya dianggap sebagai mitos atau pelengkap dongeng saja.
Akan tetapi tidak dengan keluarga yang satu ini.
Video ini menceritakan mengenai nasib buruk yang dialami oleh sebuah keluarga yang akhirnya membuat keluarga asal Pekalongan, Jawa Tengah ini membuat keputusan yang tidak biasa.
Mereka memutuskan untuk mengasingkan diri di hutan akibat peristiwa kelam yang pernah menimpa mereka.
Mereka sudah hidup dibayang-bayangi kutukan.
Merasa ketakutan, keluarga asal Dukuh Sigintung, Desa Tuwareh, Kecamatan Paninggaran, Pekalongan ini memutuskan untuk hidup di hutan.
Mereka tinggal di hutan pinus yang jaraknya 12 kilometer dari pusat kecamatan Paninggaran.
Tempat tinggal mereka ini juga masih terdapat beragam hewan liar yaitu babi hutan dank era.
Namun, keluarga ini betah tinggal selama puluhan tahun.
Bahkan sudah beranak pinak dan akhirnya tidak ingin pindah dari lokasi tersebut.
Untung (77) sang kepala keluarga, menjelaskan, almarhum ayah mertuanya sengaja pindah ke tengah hutan karena anaknya meninggal satu persatu.
Dia melanjutkan, ayah mertuanya meninggal pada 1980-an dikarenakan sakit yang tidak ia ketahui penyebabnya.
“Ayah dan ibu mertua saya meninggal karena sakit tapi saya tidak tahu mereka sakit apa,” paparnya.
Sang istri, Semi (75) menerangkan, ayah ibunya sengaja membawanya ke tengah hutan karena dihantui penyakit aneh.
Karena penyakit aneh ini, 8 orang kakak Semi ini setiap tahunnya meninggal satu per satu.
Hanya tersisa dua orang anak termasuk dirinya.
Ayah Semi akhirnya memilih untuk tinggal di hutan demi menghindari kutukan karena kejadian tersebut.
“Hingga ayah dan ibu saya meninggal , saya dan suami masih menetap.
Kini kami punya dua anak serta tujuh cucu,” ujar Semi.
Adanya keluarga yang tinggal di tengah hutan pinus selama bertahun-tahun itu dibenarkan oleh Jedot.
Jedot pernah menjadi petugas Puskesmas Kecamatan Paninggaran.
Dia yang bertugas dari tahun 1984 hingga 1987 bahkan sangat akrab kepada keluarga Semi.
“Sewaktu bertugas, dulu saya menemukan keluarga yang tinggal di tengah hutan.
Hingga kini mereka masih bertahan,” kata Jedot saat mengantar Tribunjateng.com ke kediaman keluarga Semi.
Menurutnya, ayah Semi bernama Dakup yang menderita kusta.
Beberapa jarinya sudah terputus karena penyakit tersebut.
“Waktu itu sekitar tahun 1984 saya datang ke rumah milik ayah Semi.Dia selalu mengeluh akan penyakitnya.
Selain terkena kusta, ayah Semi juga menceritakan bahwa keluarganya terkena kutukan.
Maka dari itu ia menetap di tengah hutan,” tutur Jedot.
Setelah melakukan kunjungan pertama ke rumah keluarga Semi, Jedot rutin berkunjung karena prihatin melihat kondisi keluarga tersebut.
“Saya rutin berkunjung setelah melihat kondisi keluarga tersebut.
Bahkan hingga Dakup meninggal saya masih berkunjung.
Kini kondisinya sudah lumayan baik karena air dan listrik sudah masuk walau lokasi tempat tinggalnya berada di tengah hutan.
Kini ada delapan rumah ABG dibangun di sekitar rumah Semi,” tambahnya.
Artikel ini telah tayang di Gridhype dengan judul Percaya Kutukan, Keluarga di Pekalogan Ini Putuskan Hidup Dalam Hutan Setelah Anaknya Satu Persatu Meninggal.
(*)