Find Us On Social Media :

Carter Pesawat Amfibi Catalina, Guru Olahraga yang Jadi Tangan Kanan Soekarno Berhasil Selundupkan Candu Demi Indonesia, Tapi Justru Begini Endingnya

Tony Wen (dua dari kiri) mendampingi Presiden Sukarno

Gridhot.ID - Pada zaman revolusi, banyak masyarakat Tionghoa yang turut membantu Indonesia menggempur kolonial Belanda.

Satu diantara banyak sosok yang terkenal adalah Tony Wen atau Boen Kin To.

Tony Wen merupakan tokoh penting dalam perjuangan Indonesia melawan pemerintahan Belanda tahun 1945-1949.

Baca Juga: Seret Nama Prabowo Subianto, Kerajaan King of The King di Banten Ngaku Tugaskan Menhan Beli 3000 Jet Tempur Buatan Eropa, Klaim Warisi Aset Soekarno Hingga Bagikan Uang Rp 3 Miliar untuk Warga Indonesia

Tony Wen atau Boen Kim To lahir di Sungai Liat, Bangka tahun 1911.

Tony merupakan seorang guru olahraga di Sekolah Pa Hoa di Jakarta.

Tony pernah menyelundupkan candu untuk membantu keuangan negara.

Baca Juga: Lelahnya Belum Hilang Usai Bersih-bersih Bekas Banjir Awal Tahun, Nycta Gina Kini Ngomel-ngomel Saat Rumahnya Kembali Terendam Air: Ini Banjir Apa Kerja Bakti, Harus Banget Sebulan Sekali

Tony adalah tokoh penting dan kepercayaan Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno.

Keponakan Tony, Amung Chandra Chen menceritakan kedekatan Tony dengan Soekarno.

Baca Juga: Petilasan Soekarno Ini Wujudnya Sangat Tak Biasa, Tangga Setapak Melintasi Bukit dan Jalan Jadi Pusat Perhatian, Lihat Penampakan Vila Riung Gunung

Ketika itu, Soekarno ditahan Pemerintah Belanda di Bukti Menumbing, Muntok, Bangka.

Amung dan ayahnya diminta Tony untuk membantu melayani keperluan Soekarno.

"Dari urusan kiriman uang, baju, hingga cabut gigi Bung Karno dilayani ayah saya atas perintah Tony Wen yang saat itu tidak ikut ditangkap Belanda dan sedang bergerilya di luar Indonesia," ujar Amung mengenang.

Baca Juga: Romy Soekarno, Si Crazy Rich Tanah Air yang Ditinggalkan Donna Harun Ternyata Mantan DJ

Penyeludupan Candu ke Singapura

Tony memiliki peran dalam membiayai jaringan perjuangan Republik Indonesia di luar negeri yang dipimpin misi diplomatik Ali Sastroamidjojo dan Lambertus Nicolas Palar.

Sam Setyautama dalam buku Empat Puluh Tahun Indonesia Merdeka menjelaskan, awalnya Kabinet Mohammad Hatta menyetujui gagasan Menteri Keuangan A.A. Maramis untuk menjual candu ke luar negeri guna membantu perekonomian Indonesia saat itu.

Mukarto Notowidagdo ditunjuk sebagai koordinator tim operasi candu.

Baca Juga: Seret Nama Prabowo Subianto, Kerajaan King of The King di Banten Ngaku Tugaskan Menhan Beli 3000 Jet Tempur Buatan Eropa, Klaim Warisi Aset Soekarno Hingga Bagikan Uang Rp 3 Miliar untuk Warga Indonesia

Sementara Tony menjadi pelaksana dalam tim tersebut, pengawas dijabat Soebeno Sosrosepoetro, dan dibantu Karkono Komajaya.

Tony sebagai pemimpin operasi menghubungi temannya Lie Kwet Tjien yang memiliki jaringan pedagang candu di Singapura.

Operasi penyeludupan candu dilakukan Tony dan tim pada 7 Maret 1948.

Baca Juga: Soekarno dan Soeharto Sudah Terlanjur Kesengsem, Pelukis Asal Spanyol Ini Ogah Jual Hasil Karyanya, Ia Justru Dapat Hadiah Tanah Seluas 2 Hektar dari Raja Ubud Padahal Gambarnya Terkenal Vulgar Terinspirasi dari Keindahan Tubuh Wanita Bali

Saat itu, Tony mengangkut setengah ton candu dari pantai Popoh di selatan Kediri.

Tim melintasi pantai selatan Jawa ke Selat Lombok.

Mereka menghindari patroli Belanda yang memblokade Jawa dan Sumatera.

Baca Juga: Tertawa-tawa, Megawati Soekarnoputri Singgung Soal Kenakalan Prabowo Subianto Semasa Jadi Taruna Akademi Militer: Kalau Mau Nempeleng, Kasih Saja Pipinya

Setelah kucing-kucingan dengan patroli Belanda, mereka tiba tanggal 13 Maret 1948.

Meski sempat ditahan imigrasi Singapura, tim berhasil keluar dan membuka kontak dengan sejumlah pihak dan menjual candu.

"Operasi lanjutan pun dijalankan dengan bantuan John Lie (Laksamana Muda Daniel Jahja Dharma)."

Baca Juga: Warisi Darah Soekarno dalam Tubuhnya, Pemuda Bule Amerika ini Ternyata Bukan Sosok Biasa

"Operasi tersebut menggunakan pesawat amfibi Catalina yang dicarter dan berhasil dua kali mengirim dua ton candu ke Singapura," kata Sam.

Menurut Sam, operasi tersebut terdeteksi Pemerintah Belanda, Tony ditangkap dan ditahan polisi Inggris di Singapura.

Jadi Anggota DPR setelah lepas dari tahanan, Tony memulai karier politik yaitu menjadi anggota DPR dari Fraksi Partai Nasional Indonesia (PNI) pada tahun 1954-1956.

Baca Juga: Lelahnya Belum Hilang Usai Bersih-bersih Bekas Banjir Awal Tahun, Nycta Gina Kini Ngomel-ngomel Saat Rumahnya Kembali Terendam Air: Ini Banjir Apa Kerja Bakti, Harus Banget Sebulan Sekali

Ketika itu, Tony menggantikan, posisi Drs Yap Tjwan Bing.

Pada, 30 Mei 1963 Tony meninggal dunia dan dimakamkan di Menteng Pulo.

Rumah Tony kini menjadi tempat usaha yang menjual penganan khas coklat di seberang sebuah klinik Tionghoa di Jalam HOS Cokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: "Kisah Tony Wen, Kepercayaan Soekarno yang Selundupkan Candu demi Negara."

(*)