Find Us On Social Media :

'Setiap Tantangan yang Saya Hadapi dalam Hidup Menjadi Lebih Sulit Karena Saya Mengenakan Jilbab'

Ilustrasi perempuan berjilbab.

Gridhot.ID - Seorang anggota parlemen perempuan Muslim dari minoritas Arab Israel akan menjadi yang pertama di parlemen yang mengenakan jilbab.

Ini terjadi setelah partai-partai Arab memenangkan pemilihan dengan jumlah terbesar pada minggu ini.

Iman Yassin Khatib, 55 tahun, memenangkan kursi di daftar koalisi Daftar Gabungan yang terdiri dari 15 kursi dari total 120 anggota Knesset.

Baca Juga: Gegerkan Dunia, Mantan Rekan Kerja Mendiang Jenderal Qassem Suleimani Sebut Amerika Serikat Dalang Virus Corona, Komandan Garda Revolusi Iran Singgung Soal Serangan Biologis dari Negara Adidaya

Melansir Reuters, partai ini mengambil sebagian besar suaranya dari 21% minoritas Arab Israel - yang merupakan warga Palestina berdasarkan warisan, tetapi berkewarganegaraan Israel.

Sebelumnya, ibu empat anak itu menjabat sebagai manajer di sebuah pusat komunitas di desa Yafat an-Nasreh di Galilea di pinggiran Nazareth, kota tempat Yesus dibesarkan, sebelum terjun ke dunia politik nasional.

"Tidak mungkin (jilbab) tidak akan menarik perhatian orang. Tetapi yang lebih penting adalah apa yang ada di dalam: kemampuan dan potensi untuk memajukan komunitas kami," kata Khatib ketika ia menerima ucapan selamat dan berpose untuk selfie di sebuah jalan di Nazareth seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Jika Bukan Karena Amerika Serikat, TNI Sebenarnya Mampu Tumpas KKB Papua dalam Hitungan Detik, Langkah Heli Apache Serbu Markas Kelompok Bersenjata Terhalang Karena Hal Ini

"Khatib mengatakan dia merasa jilbabnya terkadang membangkitkan sentimen anti-Islam di Israel, yang sembilan juta penduduknya sebagian besar adalah orang Yahudi."

"Setiap tantangan yang saya hadapi dalam hidup saya menjadi lebih sulit karena saya mengenakan jilbab," katanya. Tapi dia mendesak orang untuk "melihat di balik tabir".

Kelompok minoritas Arab Israel sebagian besar adalah keturunan Palestina yang tinggal di bawah pemerintahan Ottoman dan kemudian kolonial Inggris sebelum tinggal di Israel setelah negara itu didirikan pada 1948.

Baca Juga: Akan Segera Mengudara di Langit Indonesia, Jet Tempur Sukhoi SU-35 Sempat Buat Amerika Serikat Murka, Kehebatannya Tak Bisa Dibandingkan dengan F-35

Kelompok ini didominasi Muslim, tetapi juga termasuk anggota agama Kristen dan Druze.

Banyak orang Arab mengeluhkan diskriminasi di bidang-bidang seperti kesehatan, pendidikan dan perumahan.

Selain itu, para pemimpin Arab-Israel menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menghasut mereka selama pemilihan umum baru-baru ini.

Baca Juga: Siasat Jitu Perwira Tinggi TNI AL Mengelabui Amerika Serikat, Berhasil Paksa Negara Paman Sam Tukar 3 Kapal Perang dengan Rongsokan Satelit dengan Begitu Mudahnya

Partai Likud Netanyahu menentang rencana investasi 15 miliar shekel (US$ 4,34 miliar) untuk sektor Arab adalah yang terbesar yang pernah dilakukan oleh pemerintah Israel.

Jumlah pemilih Arab melonjak menjadi 64,7% dalam pemilihan Senin, tertinggi dalam 20 tahun.

Hal itu memberi koalisi Daftar Bersama tambahan dua kursi lebih banyak di parlemen dibanding pemungutan suara September lalu.

Baca Juga: Bak Jilat Ludah Sendiri Pasca Koar-koar Korea Utara Tak Terjangkit Virus Corona, Kim Jong Un Ternyata Diam-diam Minta Bantuan Rusia, Ajukan Permohonan untuk Dikirimi Alat Uji Tes Covid-19

Reuters memberitakan, ini adalah partai terbesar ketiga di Knesset setelah Netanyahu's Likud dan Sentris Blue and White Party.

Tetapi pengaruhnya kemungkinan akan terbatas karena tidak ada partai Arab yang pernah bergabung dengan pemerintah Israel.

Analis mengutip kemarahan terhadap Netanyahu dan sekutunya Donald Trump, sebagai salah satu alasan melonjaknya pemilih Arab dalam pemilihan ini.

Pemilu ini merupakan yang ketiga dalam setahun terakhir.

Baca Juga: Dari Tsunami Aceh Hingga Ancaman Donald Trump, Ramalan Cenayang Tunanetra Ini Kerap Terbukti, Sempat Ungkap Pesan Ngeri Sebelum Mati

Khatib adalah satu dari empat anggota parlemen perempuan di antara anggota Knesset Daftar Gabungan.

Dia termasuk faksi lslamisnya, Ra'am, yang mengkampanyekan lebih banyak layanan dan hak bagi orang Arab di Israel, dan mendukung pembentukan negara Palestina.

"Ada kesadaran yang tumbuh di kalangan perempuan Arab bahwa kita bisa menjadi peserta aktif di masa depan kita," kata Khatib kepada Reuters.

"Pesan saya kepada remaja putri: ada kemungkinan. Ada jalan. Jangan batasi harapan dan impian Anda," tambahnya.

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: "Perkenalkan, inilah wanita Muslim pertama yang mengenakan jilbab di Parlemen Israel."

(*)