Pecah Telor, Pertama Kalinya dalam Sejarah, Indonesia Terbitkan Surat Utang Berjangka Setengah Abad, Dikeluarkan Sekarang Gara-gara Corona, Lunasnya 50 Tahun Kemudian

Minggu, 12 April 2020 | 08:13
Kompas.com

Menteri Keuangan Sri Mulyani mewakili pemerintah Indonesia menerbitkan surat berharga negara (SBN) bertenor 50 tahun.

Laporan Wartawan Gridhot, Desy Kurniasari

Gridhot.ID - Dampak dari wabah virus corona dirasakan pula di sektor ekonomi.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan, kondisi pasar surat berharga negara (SBN) mengalami tekanan besar.

Hal tersebut ia sampaikan sebagai dampak dari pandemik virus corona di Indonesia.

Baca Juga: Penampakan Detik-detik Erupsi Gunung Anak Krakatau dari Luar Angkasa, Lapan Pastikan Satu Hal Soal Suara Dentuman Misterius yang Hantui Warga Jabodetabek, Sulit Dicerna Logika

Melansir Kontan.co.id, meski kondisi fundamental makroekonomi Indonesia selama ini relatif baik, Indonesia tak imun terhadap gejolak perekonomian dan pasar keuangan global saat ini.

“Harga saham menurun, nilai tukar mengalami tekanan, dan terjadi arus modal keluar (capital outflow) yang sangat tinggi terutama pada pasar SBN,” tutur Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI dan anggota KSSK, Senin (6/4).

Bank Indonesia (BI) mencatat, penjualan bersih pada pasar SBN domestik sebesar Rp 135,08 triliun secara year-to-date (ytd) hingga 1 April lalu.

Baca Juga: Usahanya untuk Berubah Tak Jua Bikin Raffi Ahmad Puas, Nagita Slavina Singgung Soal Kepribadian Sang Suami yang Berbeda dengan Miliknya, Ibunda Rafathar: Jadi Ya Gitu...

Sementara, total capital outflow secara keseluruhan mencapai Rp 148,76 triliun secara ytd.

Selain outflow, Sri Mulyani mengungkapkan, terjadi lonjakan tingkat yield pada lelang surat utang negara (SUN) acuan bertenor 10 tahun yang dilakukan pemerintah.

Sejak 18 Februari hingga akhir Maret, yield SUN 10 tahun pada lelang SUN mengalami kenaikan sebesar 130 basis poin ke level 7,8%.

Melonjaknya tingkat yield juga diiringi dengan nilai penawaran masuk (incoming bids) dalam lelang SUN dwimingguan yang mengalami tren penurunan cukup signifikan.

Baca Juga: Pilih ke Dukun Daripada Rumah Sakit, Gadis Asal Madiun Akhirnya Meninggal Dunia, Jenazah Dimakamkan Pakai SOP Corona

Pada lelang SUN terakhir di akhir Maret lalu, incoming bids tercatat hanya sebesar Rp 34 triliun. Padahal di awal tahun, incoming bids pada lelang SUN sempat menyentuh Rp 127 triliun dalam satu kali lelang.

Mengingat besarnya kebutuhan pembiayaan defisit anggaran saat ini, Sri Mulyani mengakui, pemerintah mau tak mau menyerap penawaran lelang SUN dengan tingkat yield yang tinggi saat ini.

Sri Mulyani mewakili pemerintah Indonesia menerbitkan surat berharga negara (SBN) bertenor 50 tahun.

Baca Juga: Miris dengan Ujaran Kebencian yang Terus Menerus Berdatangan di Tengah Pandemi Virus Corona, Luhut Binsar Pandjaitan Kedapatan Cuhat di Media Sosial: Saya Tidak Pernah Berniat Membungkan Kritik

Dilansir dari Kompas.com, penerbitan obligasi pemerintah senilai 1 miliar dollar AS tersebut memiliki imbal hasil atau yield 4,5 persen.

Sebelum ini, pemerintah pernah menerbitkan surat utang dengan tenor terlama maksimal 30 tahun.

Sri Mulyani mengatakan, tujuan diterbitkannya surat utang tersebut adalah untuk menjaga sumber pembiayaan APBN pemerintah tetap aman.

Dana yang didapat dari global bond itu juga akan digunakan untuk menambah cadangan devisa negara di Bank Indonesia (BI).

Baca Juga: Gunung Anak Karakatau: Si Kecil yang Sedang Mengumpulkan Energi untuk Mengamuk Kembali

"Pemanfaatan dari penerbitan ini yang tadi malam dieksekusi adalah sangat positif, di tengah turbulensi pasar keuangan global," kata Sri Mulyani, Selasa (7/4/2020), dikutip dari Kompas.com.

Sri Mulyani menerangkan, Indonesia menjadi negara Asia pertama yang berani menerbitkan surat utang global bertenor setengah abad di tengah pandemi Covid-19.

"Ini adalah penerbitan terbesar di dalam sejarah penerbitan US dollar bonds oleh pemerintah RI. Ini juga merupakan negara pertama di asia yang menerbitakn sovereign bonds sejak covid-19 terjadi," jelasnya.

Baca Juga: Temukan Sang Pengendali Perang, TNI dan Polri Siap Lenyapkan Sosok di Balik Aksi KKB Papua, Ritual Perjanjian Ini Jadi Bukti Adanya Negosiasi

Pemerintah kata Sri Mulyani, ingin menunjukkan kepada investor mengenai kondisi ekonomi Indonesia yang terjaga secara fundamental.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mewakili pemerintah Indonesia menerbitkan surat berharga negara (SBN) bertenor 50 tahun.

"Ini secara implisit menunjukkan kepercayaan investor terhadap rekam jejak ekonomi dan pengelolaan keuangan negara Indonesia,” tuturnya dalam konferensi pers virtual, dikutip dari Kontan.co.id.

Pemanfaatan tenor 50 tahun ini disebabkan preferensi dari investor global terhadap tenor bonds jangka panjang cukup kuat.

Baca Juga: Takut Kalah dari Indonesia yang Segera Miliki NASAMS, Negara Tetangga Ini Rela Lakukan Negosiasi Rumit dengan China, Paksa Diri Boyong SY-400 Meski Harus Ngutang

Hal ini mampu menekan yield yang dianggap baik, menunjukkan risiko dan appetite dari investor, kata Mekeu.

Sri Mulyani juga menjelaskan bahwa tenor jangka panjang ini dapat memberikan profil jatuh tempo yang lebih seimbang antara beban surat utang jangka pendek, menangah dan panjang.

"Dengan tenor baru, kita ciptakan acuan tenor baru bagi surat utang negara Indonesia. Dan tentu kita juga menggunakan tenor 50 tahun dalam rangka capitalize kurva tenor jangka panjang yang cenderung flat," ucap Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu, mengutip Kompas.com.

Baca Juga: Masih Betah Menjanda, Ayu Ting Ting Langsung Mencak-mencak Saat Kondisi Hatinya Disenggol, Mantan Istri Enji Langsung Umpat Sumpah Serapah: Sarap, Periksa Tuh Ati dan Otak Lu yang Kotor!

Dalam hal ini, flat artinya dalam jangka panjang tidak memberikan perubahan terlalu besar dalam SBN yield, sehingga biayanya tidak terlalu meningkat, namun dengan jangka panjang yang lebih besar.

Sri Mulyani mengatakan, posisi yield yang didapatkan pemerintah pada penerbitan kali ini jauh lebih baik ketimbang penerbitan pada tahun 2015 dan 2018.

Di mana pada tahun tersebut, terjadi arus modal keluar (capital outflow) yang cukup besar dan pelemahan kurs rupiah yang signifikan.

Baca Juga: Diam-diam Sudah Dipakai Duel Hadapi Israel, Pesawat Idaman Rusia Ini Siap Bungkam Duo Jet Tempur Siluman Amerika, Sukhoi Su-57 Bakal Jadi Tameng Tangguh

“Kita mampu mendapatkan pricing atau yield yang lebih favorable atau lebih rendah. Ini sesuatu yg cukup positif menggambarkan reputasi Indonesia yang cukup stabil selama ini,” pungkasnya.

Adapun ketiga seri surat utang global yang dikeluarkan pemerintah Indonesia yakni seri pertama, RI1030 bertenor 10,5 tahun dengan nominal US$ 1,65 miliar dengan imbal hasil (yield) sebesar 3,9%.

Baca Juga: Tunggang Langgang Masuk Hutan, Begini Kronologi Penyergapan Rumah Kayu Markas KKB Papua oleh TNI-Polri, Aparat Gabungan Berhasil Buat Para Begundal Ketakutan Hingga Tinggalkan Barang-barang Ini di Lokasi

Seri kedua, RI1050, bertenor 30,5 tahun dengan nominal US$ 1,65 miliar dan yield sebesar 4,25%.

Sementara seri ketiga, RI0470, bertenor 50 tahun dengan nominal US$ 1 miliar dan yield sebesar 4,5%. (*)

Tag

Editor : Dewi Lusmawati

Sumber Kompas.com, Kontan.co.id