Find Us On Social Media :

Dari Satu Inang ke Inang Lainnya, Alasan Covid-19 Lebih Cepat Menyebar Dibanding SARS Terpecahkan, Pakai Maskerpun Bagian Tubuh Ini Belum Bebas dari Virus Corona

WHO rekomendasikan masker untuk dipakai semua orang tanpa kecuali.

Laporan Wartawan Gridhot, Desy Kurniasari

Gridhot.ID - Munculnya virus corona hingga kini masih menjadi momok yang menakutkan bagi warga di seluruh dunia.

Pasalnya, warga di lebih dari 200 negara dan teritorial di seluruh dunia telah terinfeksi virus ini.

Dikutip dari Kompas.com, sebuah penelitian yang dilakukan National Academy of Sciences (NAS) menunjukkan potensi virus corona dapat tersebar tidak hanya melalui bersin atau batuk, tetapi juga terlepas saat orang berbicara atau bahkan saat bernapas.

Baca Juga: Anggota Mapolres Memberamo dan Keluarganya Diminta Tidak Keluar Mako, Pasca Pecah Bentrok TNI dengan Polri, 2 Polisi Tewas, Kapolda Papua Ambil Langkah Ini

Seperti dirilis sciencemag.org, melalui penelitian ini, NAS mengungkapkan bahwa virus corona jenis baru SARS-CoV-2 dapat menyebar melalui udara, tidak hanya lewat tetesan (droplet) yang berasal dari batuk atau bersin.

Akan tetapi, jika virus corona bisa tersebar saat mengembuskan napas, perlindungan diri menjadi lebih sulit.

Hal ini memperkuat argumen bahwa semua orang harus memakai masker di depan umum untuk mengurangi penularan virus yang tanpa disadari dari pembawa asimptomatik (tanpa gejala).

Baca Juga: Tiba-tiba Datangi Tuannya saat Hujan, Kehadiran Garaga Buat Panji Petualang Kegirangan, King Kobra Itu Alami Perubahan Signifikan Usai Dilepas ke Alam Liar Selama 2 Bulan

Mengutip Intisari-online, para ahli sedang mencoba memahami bagaimana virus tersebut tetap menyebar dari satu inang hidup ke inang hidup lainnya.

Risiko penyebaran paling besar terjadi di rumah sakit atau tempat publik yang ramai lainnya.

Tercatat, 14 dokter dan perawat yang mengoperasi 1 pasien tiba-tiba terinfeksi semuanya.

Menariknya, pasien tersebut justru sebelumnya tidak diketahui jika menjadi inang virus tersebut.

Baca Juga: Ngamuk Balik ke Satgas Amole TNI-Polri, KKB Tembaki 2 Mobil Patroli, Ini Nomer Lambung Kendaraan Logistik yang Jadi Sasaran

China telah mengadopsi pencegahan dan pengukuran terkontrol yang digunakan untuk epidemi besar seperti kolera.

Artinya, petugas kesehatan memiliki kuasa untuk mengunci area yang terinfeksi dan pasien yang dikarantina.

Meski begitu, seorang dokter ahli yang sedang mengerjakan risetnya mengenai virus Corona, mengatakan masker mulut pun tidak cukup untuk mencegah penyebaran virus tersebut.

Baca Juga: Kompori Warga Agar Tolak Pemakaman Jenazah Perawat Positif Virus Corona, Provokator yang Ditangkap Pihak Kepolisian Ternyata Bukan Orang Sembarangan, Mereka Merupakan Tokoh Masyarakat Desa yang Dihormati

Wang Guangfa, dokter terkemuka yang telah 'berperang' di China melawan SARS tahun 2003 silam, telah terinfeksi virus Corona sendiri tetapi sudah sembuh.

Wang yakin ia terinfeksi justru karena ia tidak mengenakan pelindung mata.

Wang, yang juga ahli pernapasan di Rumah Sakit Universitas Peking Beijing melaporkan ia telah diolok-olok di media setelah mengatakan penyakit yang disebabkan oleh virus Corona dapat dicegah dan dikontrol, dua minggu yang lalu.

Kini ia mengklaim pernyataan yang kontradiktif dengan pernyataan sebelumnya disebabkan kurangnya pelindung mata saat ia mengunjungi klinik demam dan ruang isolasi di Wuhan, tempat kasus mencuat.

Baca Juga: Waspada! Ibu Hamil Ini Positif Corona Gara-gara Uang Kembalian Belanja di Tukang Sayur Keliling, Gubernur Ganjar Sampai Hampir Tak Percaya dengan Apa yang Didengarnya

Ia melaporkan: "Saat itu kami sudah sangat berhati-hati dan mengenakan masker M95.

"Namun aku segera sadar jika kami tidak mengenakan kacamata pelindung."

Ia juga mengatakan adanya gejala mata merah setelah ia kembali ke Beijing, dan tiga jam kemudian ia mulai mengalami demam dan hidung tersumbat akibat ingus yang parah.

Baca Juga: Batal Ngopi di Lantai 2 Rumahnya, Mbah Mijan Dengar Suara Dentuman Sabtu Dini Hari, Sang Paranormal: Parah, Parah Banget!

Awalnya, ia mengira ia sakit flu karena ia belum pernah melihat pasien Wuhan menderita dari hidung tersumbat sebelumnya.

Namun selanjutnya obat flu tidak berhasil mengobatinya, dan saat diuji tes corona, ia positif mengidap penyakit tersebut.

Ia menduga, virus tersebut masuk ke tubuhnya melewati matanya.

Itu penjelasan paling masuk akal baginya.

Baca Juga: Digandrungi Kaum Hawa Karena Ketampanannya, Tabiat Prince Mateen Bertolak Belakang dari Sang Bunda, Harumkan Nama Brunei Darussalam dengan Sederet Prestasinya

Kini, seorang ahli Komisi Kesehatan China Li Lanjuan mengatakan staff yang akan menangani langsung pasien virus corona harus menggunakan kacamata pelindung.

 

Namun orang lain cukup mengenakan masker wajah.

Jika dibandingkan dengan virus SARS, dilansir dari CNN ilmuwan menyatakan jika tingkat infeksi virus ini tidak sekuat SARS.

Baca Juga: Pecah Telor, Pertama Kalinya dalam Sejarah, Indonesia Terbitkan Surat Utang Berjangka Setengah Abad, Dikeluarkan Sekarang Gara-gara Corona, Lunasnya 50 Tahun Kemudian

Namun setiap harinya jumlah orang yang terinfeksi semakin meningkat.

Studi oleh para ilmuwan di Inggris mengestimasi jumlah infeksi di Wuhan masih diremehkan, dengan jumlah kasus aktual mencapai angka 4000 per 18 Januari 2020, dan didasarkan pada penyebaran virus di kota dan negara lain dengan waktu yang terbilang cepat.

SARS telah menginfeksi lebih dari 8000 orang dan membunuh 774 dalam pandemik di wilayah Asia selama 2002 dan 2003.

Baca Juga: Nasib Apes Menimpa Perawat Ini, Ingatkan Pasien Kenakan Masker, Ia Justru Diserang Pria di Hadapannya, Sebuah Pukulan Kenai Kepalanya

David Heymann, ketua komite WHO yang menangani kasus ini mengatakan jika virus menyebar lebih mudah dari satu manusia ke manusia daripada yang sebelumnya diperkirakan.(*)