Susi lalu menjelaskan soal kerugian yang kini tengah dialami. Ia mengatakan pendapatannya kini hanya 5%.
"Pendapatan kita tinggal 5 persen dari 100 persen," ujar Susi.
Kerugian yang Susi alami bahkan bisa mencapai angka Rp 30 miliar per bulan.
"Kalau kita tidak melakukan efisiensi, restructuring organisasi, pengurangan karyawan, meng-upgrade pilot, ya tentunya bisa Rp 20 sampai 30 miliar per bulan lebih," papar Susi.
Susi menjelaskan kerugian sebesar Rp 30 miliar belum termasuk bunga, dan cicilan bank.
"Belum lagi bunga bank, dan cicilan bank, mau tidak mau ya kita harus mengurangi apa yang kita bisa efisienkan, untuk sementara menahan napas," lanjutnya.
Susi mengatakan solusi sementara untuk menyelamatkan bisnisnya adalah menutup sejumlah cabang hingga terpaksa melakukan PHK kepada beberapa karyawannya.
"Sebagian ada yang kita rumahkan, sebagian ada yang kita kurangi salary-nya (gaji), tutup beberapa cabang," kata dia.
"Ya ada (PHK), ya harus mau tidak mau," imbuh Susi.
Terancam Bangkrut
Ia mengatakan apabila kondisi tersebut terus berlanjut, Susi bisa terancam bangkrut.
"Ya sebetulnya untuk kita, ya kalau tanpa insentif penundaan-penundaan, dan tambahan modal, ya tidak mungkin, ya kita harus pailitkan dalam waktu dekat," jelas Susi.
"Itu konsekuensi yang sebetulnya tidak kita inginkan," sambungnya.
Susi juga mengeluhkan adanya bandara yang masih buka, sementara yang lainnya telah tutup.
Ia mengatakan pada satu wilayah yang sama, bandara di kabupaten yang satu, dengan kabupaten yang lain bisa berbeda keputusan.
"Akhirnya kita menyediakan untuk satu rute pesawat saja," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di TribunWow.com dengan judul: "Susi Pudjiastuti Blak-blakan Cerita Kerugian Imbas Corona, Terancam Bangkrut, Rugi Rp 30 M per Bulan."
(*)