Pemerintah setempat menyatakan, mereka terpaksa mendatangkan polisi untuk menerobos penjagaan pengikut Ndifor di depan rumahnya.
Para pengikut Ndifor percaya bahwa junjungan mereka itu tengah berada dalam "pertemuan rohani" dengan Tuhan sehingga tak bisa dikuburkan.
Mereka bernyanyi dan berdoa agar Ndifor bangkit lagi selama akhir pekan.
Pada akhirnya, dia dimakamkan di depan rumahnya pada hari dia meninggal.
Rigobert Che, salah satu jemaat gereja Ndifor, mengungkapkan, sang pendeta berdoa bagi dia dan orang yang diyakini terpapar Covid-19.
"Ini adalah pastor yang meletakkan tangan dan mengklaim dia bisa menyembuhkannya. Jadi, jika dia meninggal karena penyakit itu, bagaimana nasib penderita lainnya?" keluhnya.
Che menerangkan, karena Ndifor sudah wafat, dia tidak tahu bagaimana nanti jika ada orang yang terkena virus dan harus berobat.