Find Us On Social Media :

Seenaknya Sendiri Akuisisi Laut China Selatan, Keserakahan Tiongkok Akhirnya Berhasil Dibongkar Mantan Komandan Tertinggi NATO: Mereka Merasa Warisi Kehebatan Laksamana Zheng He

Militer China

Gridhot.ID - Rahasia China ngebet ingin kuasai Laut China selatan pun terbongkar.

Rahasia itu dibongkar oleh salah satu pensiunan Komandan Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) sekaligus mantan Komandan Tertinggi NATO.

Laksamana James Stavrdis adalah salah satu pensiunan marinir AS yang menghabiskan sebagian besar kariernya berlayar di samudera Pasifik.

Baca Juga: Raffi Ahmad Pilih Jalur Polisi, Pelaku Penghinaan Sampai Bersimpuh Ngemis Ampun ke Ayah Rafathar, Nagita Slavina Ngamuk Setengah Mati Akui Masih Sakit Hati

Ia pun membuka suaranya yang sering berkonfrontasi dengan militer China saat bertugas di Laut China Selatan pada era tahun 1990-an.

Setiap negara yang berpatroli di Laut China Selatan memang selalu memicu ketegangan menurutnya.

Hal itu dipucu oleh China yang tak suka negara lain mengklaim laut di bagian selatan negeri Panda tersebut.

Baca Juga: Sampai Disebut Mau Jadi Wuhannya Indonesia, Surabaya Justru Punya Strategi Luar Biasa Lawan Corona, 519 Pasien Sembuh Kurang dari Seminggu, Begini Rahasianya

Tanpa terkecuali Marinir AS yang bertugas sebagai pasukan perdamaian di perairan tersebut.

Bahkan secara pribadi menurut Stavrdis, China tak pernah suka keberadaan militer AS di perairan tersebut.

Tulisan mengenai alasan Tiongkok getol ingin menguasai Laut China Selatan itu ia tuangkan dalam sebuah tulisan di Bloomberg pada Jumat (22/5/2020).

Selama berkarier baik di militer AS maupun dipasukan gabungan NATO, Stavrdis sangatlah berpengalaman menghadapi militer China.

Menurut pengalamannya, Laut China Selatan dianggap Tiongkok sebagai danau pribadi mereka.

Baca Juga: Mantan Suaminya Sekarang Pepet Nella Kharisma, Janda Dory Harsa Ternyata Tak Kalah Mempesona, Lihat Penampakannya

Oleh sebab itu, China tak ingin danau dalam tanda kutip itu diganggu oleh pihak lain, termasuk negara tetangga ataupun militer AS sekalipun.

Laut China Selatan merupakan perairan yang besar dan luas, bahkan ukurannya setara dengan laut Karibia dan Teluk Meksiko bila digabungkan.

Tak hanya itu saja, di Laut China Selatan mengandung banyak cadangan minyak dan gas.

Baca Juga: Ditemukan Pingsan Setengah Telanjang dalam Mobil, 2 PNS Mesum di Asahan Terancam Dicopot dari Jabatan, Ini Alasan Kepala Dinas

Selain itu, hampir 40% perdagangan dunia internasional melewati wilayah perairan yang membentang dari China hingga Indonesia tersebut.

Hal itu menjadikan Laut China Selatan sebagai sebuah perairan yang strategis untuk diperebutkan.

Namun, bukan itu yang menjadi alasan utama Tiongkok ingin mengakuisisi perairan itu sendirian.

Bahkan China berani menentang perjanjian internasional mengenai batas wilayah di perairan tersebut untuk bisa menguasainya.

Ditambah lagi saat ini situasi dunia termasuk negara-negara yang berada di dekat Laut China Selatan sedang terfokus oleh pandemi virus corona.

Baca Juga: Senjata Makan Tuan, Direktur PLN Akui Tagihan Listrik di Rumahya Juga Membengkak Luar Biasa, Sekali Isi Voucer Sampai Tak Cukup

Menjadikan China seperti sangat leluasa menguasai wilayah tersebut sebagai salah satu teritorialnya.

Namun Stavrdis menjelasnkan bahwa perairan tersebut ingin dimiliki oleh China didasari dari klaim historis.

Dasar-dasar historis mengenai kejayaan dan kehebatan Laksamana Zheng He pada abad ke-15 lah yang menjadikan Tiongkok getol untuk mengakuisisi perairan tersebut.

Baca Juga: Rebut Zaskia Sungkar dari Kekasihnya, Irwansyah: Waktu Aku Ngedeketin Kamu, Kan Kamu Masih Pacaran

Hal itu juga dituangkan oleh Stavrdis di bukunya yang berjudul "Sailing True Nort" baru-baru ini.

Apa yang dikatakan Stavrdis itu bukan berdasarkan sentimen negaranya terhadap Tiongkok tetapi melalui pengalamannya bersahabat dengan banyak militer China saat masih berkarier sebagai seorang marinir.

Ia mengingat dengan jelas, setiap kali ia bertemu dengan rekan-rekannya di militer China.

Setiap kali mereka duduk bersama untuk berkumpul, militer China selalu bersulang untuk Laksamana Zheng.

Laksamana Zheng adalah penjelajah di Laut China Selatan, Samudra Hindia dan perairan Afrika dan Arab yang melegenda di Tiongkok.

Kendati demikian, klaim historis dari China itu menurut Stavrdis tidaklah mendasar.

Baca Juga: Di Bawah Panglima Operasi Lekagak Telenggen, KKB Pimpinan Militer Murib Bergerak di Wilayah Intan Jaya, Lakukan Aksi Penembakan Hingga Tewaskan Sosok Ini

Bukan hanya sudah usangnya klaim historis yang telah berusia 4 abad lebih tersebut.

Tetapi juga merujuk pada dasar hukum yang dipakai dunia internasional untuk menentukan batas perairan di setiap negara termasuk negara-negara di sekitar Laut China Selatan.

Saat AS melakukan patroli, militer China sering menerbangkan kapal perusak, jet tempur hanya berjarak beberapa puluh kaki dari depan haluan atau kapal perang mereka untuk menantang kapal perang AS.

Baca Juga: Kontras dengan Syahrini, Luna Maya Ternyata Pernah Ditegur Reino Barack Gara-gara Masalah Tata Krama, Psikolog: Dia Orang yang Sangat Terbuka

Aksi-aksi militer China itu sangat beragam, mulai dari mengusir, mengancam lewat saluran radio dan menyorot dengan lampu ke arah kapal-kapal perang AS bahkan sampai mengarahkan rudal dan senjata perang bahkan berlayar terlalu dekat yang berpotensi membahayakan keselamatan awak kapal.

Menghadapi konfrontasi itu, Stavrdis mengatakan, ia kerap menasihati setiap kapten kapal perang AS yang berada di bawah kendalinya untuk tetap stabil, menghindari konfrontasi yang tidak perlu dan melaporkan kembali kepadanya terus menerus perkembangan di sana dan Stavrdis sendiri kemudian membuat laporan kepada otoritas yang lebih tinggi.

Ia mengatakan, pengalaman berlayar ke Laut China Selatan merupakan pengalaman yang membingungkan, Stavrdis dan para stafnya kerap menarik nafas lega setiap kali mereka berhasil menyelesaikan misi mereka di wilayah panas tersebut. (*)

Artikel ini telah tayang di Sosok.ID dengan judul "Mantan Komandan Tertinggi NATO Bongkar Alasan Tiongkok Anggap Laut China Selatan Sebagai Danau Pribadi Hingga Siap Perang Untuk Merebutnya: Selalu Bersulang Untuk Ini!"