Find Us On Social Media :

Amerika Serikat Lagi Gencar Suarakan 'Black Lives Matter', Trump Justru Gelar Rapat di Wilayah Horor Lokasi Pembantaian Orang Kulit Hitam Terburuk Sepanjang Sejarah, Ketua Partai Demokrat Oklahoma: Ini Adalah Tamparan!

Pembantaian rasial Tulsa terkejam di Amerika tahun 1921

Gridhot.ID - Keputusan Presiden AS, Donald Trump akan rapat di Tulsa, lokasi bersejarah buruk bagi komunitas Afrika-Amerika menimbulkan kontroversi.

Dikutip dari USA Today, Tulsa merupakan salah satu tempat pembantaian orang kulit hitam terburuk dalam sejarah AS.

Keinginannya melangsungkan rapat setelah tiga bulan absen ini sontak mendapat kritikan pedas dari publik AS.

Baca Juga: Gerah Dituding Jadi Pihak yang Jahat, Raul Lemos Klarifikasi Soal Unggahan Azriel Hermansyah di Media Sosial, Suami Krisdayanti: Maki Itu Kaya Gimana, Kalau Saya Ngatain Orang dengan Sebutan Binatang, Saya Nggak Pernah Gitu

Apalagi saat ini Trump juga belum selesai dengan kecaman publik atas responsnya pada kerusuhan nasional dan kekerasan polisi.

Trump berencana mengunjungi Oklahoma pada 19 Juni mendatang, sebagai acara pertama dalam rangkaian kampanye besar.

Ini akan menjadi putaran pertamanya sejak acara di Charlotte, North Carolina pada 2 Maret silam.

Baca Juga: Tiongkok Makin Tak Terhentikan, Amerika Serikat Bareng Sekutu Kewalahan Lenyapkan Ketangguhan Negeri Panda, NATO Bongkar Konflik Sengketa Laut China Selatan Tak Ada Apa-apanya Dibanding Misi Utama Mereka

Pasca protes nasional ini, Trump akan melakukan kampanye besar-besaran.

Sejak beberapa bulan lalu agendanya mangkrak karena pandemi Covid-19.

Tanggal 19 Juni atau Juneteenth, juga dikenal sebagai Hari Emansipasi.

Sekaligus memperingati perjalanan Mayor Jenderal Gordon Granger pada 1865, untuk memberi tahu penduduk bahwa Presiden Abraham Lincoln telah membebaskan para budak.

Selain itu juga mengumumkan pemilik budak harus mematuhi Proklamasi Emansipasi.

Baca Juga: Sempat Pecah Rekor Sampai Buat Masyarakat Ketar-ketir, Jubir Jokowi Kalem Sebut Kasus Baru Corona Cuma Sedikit: Belum Sampai 20 Ribu Perhari

Tulsa merupakan kota terbesar kedua di Negara Bagian Oklahoma.

Bulan ini merupakan peringatan 99 tahun pembantaian besar-besaran komunitas kulit hitam atau Afrika-Amerika di Tulsa.

Insiden mengerikan ini terjadi pada 1921 silam, dimana orang kulit putih membantai orang-orang kulit hitam dan menghancurkan bisnis mereka.

Baca Juga: Kejamnya Jari Netizen, Pedangdut Asal Kampung Ini Mengaku Kerap Diolok-olok Mirip Binatang, Sampai Buatnya Ingin Menyerah

Lokasi tepatnya berada di Distrik Greenwood yang dikenal sebagai Black Wall Street.

Diperkirakan 300 orang tewas serta rumah dan bisnis hancur.

Ketua Partai Demokrat Oklahoma, Alicia Andrews menilai Trump menunjukkan sikap yang rasis.

"(Trump) mengacungkan hidung pada masalah ketidakadilan rasial yang sebenarnya."

"Ada kata-kata pria, dan kemudian ada tindakannya," katanya.

"Dia datang ke sini pada tanggal itu, tanpa membuat jangkauan ke komunitas, dan mengatakan itu untuk persatuan, itu adalah tamparan di wajah," ujar Andrews.

Baca Juga: Bongkar Rahasia di Depan Sahabat Karib, Bung Karno Sebut Tongkatnya Bisa Mengeluarkan Jin, Saat Dicoba Hal Ini yang Terjadi

Seorang anggota Kongres Kaukus Hitam menilai rapat Trump di Tusla adalah rasisme yang terbuka.

Menurutnya waktu dan tempat kampanye Trump sengaja direncanakan demikian oleh tim sukses presiden petahana itu.

Bisa jadi rencana ini dimaksudkan agar Trump bisa menggembar-gemborkan keberhasilannya bagi komunitas Afrika-Amerika.

Baca Juga: Buluk dan Gendut Saat Diasuh Krisdayanti, Aurel Hermansyah Puji-puji Ashanty yang Telah Mengubah Penampilannya Hingga Jadi Seperti Sekarang, Putri Sulung Anang Hermansyah: Aku Diajarin Diet Segala Macem

Trump menghadapi kritik yang meningkat, termasuk dari Partai Republik atas responsnya terhadap gerakan Black Lives Matter.

Setelah kematian Floyd dan kemarahan yang memuncak padanya, Trump jadi irit bicara perihak ketidaksetaraan rasial.

Sebaliknya dia kini fokus pada pemulihan hukum dan ketertiban dan mengecam para penjarah di tengah protes.

Anggota pemerintahan Trump, termasuk Ketua Kepala Staf Gabungan Mark Milley turut tidak setuju dengan cara aparat membereskan para demonstran agar Trump bisa berjalan ke gereja.

Diketahui saat itu aparat melakukan berbagai tindakan represif seperti gas air mata hingga kekerasan lainnya demi membuka jalan untuk presiden.

Milley mengatakan pada Kamis lalu, bahwa dia telah membuat kesalahan menemani Trump dalam perjalanan.

Baca Juga: Tiongkok Santai Latihan Perang Pakai 2 Kapal Induk di Laut China Selatan, Taiwan Ketar-ketir Langsung Ngadu ke Amerika Serikat, Pasukan Donald Trump Kirim Pesawat Pembom dan Mata-mata untuk Intimidasi Negeri Panda

Menyoal rencana di Tusla, Mechelle Brown yang merupakan koordinator program dan pemandu wisata untuk Greenwood Cultural Center di Tulsa mengatakan belum mendengar rencana kampanye Trump di sana.

Dia juga tidak berharap rencana itu benar terjadi.

"Masyarakat tidak merasa bahwa Trump benar-benar tertarik pada sejarah distrik Greenwood," kata Brown.

Baca Juga: Sudah Warganya Diserang Secara Rasis, China Kini Ketar-ketir Australia Bakal Pilih Kasih Masalah Investasi, Ogah Ditendang, Tiongkok Lantang Pamer Perusahaannya Bikin Negeri Kanguru Kaya Raya

"Dan bahwa kunjungannya ke Tulsa selama Juneteenth, saat kita memperingati peringatan 99 tahun pembantaian itu, sangat menghina," tegasnya.

Brown mengatakan komunitas kulit hitam di Tulsa sangat cemas tentang rencana rapat umum Trump itu.

Di sisi lain penasihat kampanye Trump, Katrina Pierson mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kunjungan Trump ke Tusla sepenuhnya benar.(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Donald Trump Dikecam karena Ingin Rapat di Lokasi Pembantaian Orang Afrika-Amerika di Era 1921"