Hal itu memicu kekhawatiran dunia akan terjadinya Perang Dunia III.
Pada bulan Januari, serangan yang dilakukan AS membunuh Jenderal Iran Qassem Soleimani di Irak.
Sementara itu, Kata'ib Hezbollah, salah satu milisi paling kuat di Irak telah menentang pencalonan Kadhimi sebagai Perdana Menteri Irak.
Dalam sebuah pernyataan, bulan lalu mereka mengatakan, ”Selama masa-masa sensitif yang kita alami, saudara-saudara dalam politik yang membawa Mustafa al-Kadhimi menjadi perdana menteri ditunjuk harus tahu sebelum terlambat bahwa pria itu tidak bertanggung jawab pada yang telah diberikan kepadanya dan dia masih dituduh melakukan kejahatan yang belum dibebaskan darinya.”
Kelompok itu menuduh Kadhimi memfasilitasi operasi yang mengakibatkan kematian Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis.
Menurut Guardian, Kadhimi telah mengatur pertemuan untuk meyakinkan kelompok itu bahwa dia tidak memainkan peran dalam operasi tersebut.
Tapi, telah diklaim Kadhimi membiarkan kemungkinan pejabat Dinas Intelijen Nasional Irak melakukan kontak dengan mata-mata AS.
Seorang pejabat mengklaim: "Perjanjian informal adalah bahwa mereka tidak akan menghentikannya dari mendapatkan tugas, tetapi akan terus berbicara menentangnya."