Find Us On Social Media :

Entengnya Revisi Imbauan Sana-sini, WHO Makin Buat Masyarakat Bingung Lembaga Mana Lagi yang Harus Dipercaya di Tengah Wabah Corona, 2 Kekeliruan Ini Wajib Diwaspadai

Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa Covid-19 sebagai pandemi global

Gridhot.ID - Wabah corona terus saja membuat dunia penuh gonjang-ganjing.

Meski kegiatan ekonomi sudah berjalan sedikit demi sedikit, masih ada beberapa pihak yang kebingungan di tengah wabah berbahaya ini.

Meski menjadi acuan hampir seluruh dunia dalam pandemi Covid-19, faktanya Badan Kesehatan Dunia (WHO) malah membuat dua pernyataan keliru.

Dua pernyataan yang kemudian dijadikan sebagai protokol kesehatan di masa pandemi virus corona ini nyatanya malah dianggap keliru.

Baca Juga: Bantu Ringankan Beban Wali Murid di Tengah Pandemi, Gubernur Kalbar Wacanakan Siswa SMA SMK Tak Wajib Berseragam: Jangan Paksa Siswa Untuk Beli!

Bahkan, WHO sempat bergeming saat banyak ahli mulai 'menyerang' pernyataan mereka menggunakan bukti-bukti ilmiah.

Hal ini tentu saja tak hanya mencoreng wajah WHO, tapi juga membuat masyarakat bingun akan bersandar kepada lembaga mana lagi selama wabah berlangsung.

Ya, seperti kita ketahui, dalam penanganannya sejak awal tahun ini, WHO sudah mengeluarkan sejumlah protokol kesehatan untuk menghalau penyebaran dan mencegah penularan.

Sayangnya, sejumlah pernyataan yang sempat dikeluarkan WHO sejauh ini dianggap tidak sesuai.

Baca Juga: KSAD Mau Ngomong Serius di Secapa AD, Undangan Andika Perkasa Justru Ditolak Mentah-mentah oleh AJI dan IJTI, Kadispenad: Zona Merah Tidak di Semua Kompleks

Bahkan WHO akhirnya merevisi sendiri protokol yang mereka buat.

Berikut ini beberapa kesalahan WHO tentang corona yang sempat dipublikasikan selama pendemi.

1. Orang sehat tidak perlu memakai masker

Sejak awal hal ini memang cukup menimbulkan perdebatan di berbagai penjuru dunia, termasuk di Indonesia.

Baca Juga: Remukkan Batu Pakai Kepala hingga Minum Darah Kobra, Pelatihan Militer Super Gila Ini Nyata Adanya, Gembleng Para Prajurit Layaknya Manusia Super

Mengutip Kompas.com, representatif WHO di Indonesia, Dr. N. Paranietharan menegaskan bahwa orang yang dalam keadaan sehat tidak perlu memakai masker.

"Sekali lagi, orang sehat tidak perlu pakai masker," ungkap Paranietharan saat sesi diskusi bersama media di Jakarta, Kamis (5/3), seperti dikutip dari Kompas.com.

Ia meyakinkan kalau masker hanya wajib digunakan oleh orang yang sedang sakit atau mulai mengalami gejala sakit seperti batuk atau bersin-bersin.

Tapi sekarang, WHO secara tegas menyarankan semua orang tanpa terkecuali untuk menggunakan masker di kondisi apapun.

Baca Juga: Pegawai Telkomsel Sendiri, Ini Alasan FPH Nekat Bocorkan Data Pribadi Denny Siregar: Pelaku Mengirim via DM!

Pada tanggal 5 Juni lalu WHO kemudian resmi menerbitkan protokol baru lewat situs resmi mereka. Berisikan tentang anjuran penggunaan masker bagi masyarakat, baik yang sedang dalam masa perawatan maupun orang yang sehat sekalipun.

WHO juga meminta pemerintah masing-masing negara untuk mendorong masyarakatnya agar mau memakai masker di manapun berada, terutama di tempat yang ramai.

Aturan baru ini jelas bertolak belakang dengan aturan yang WHO keluarkan satu bulan sebelumnya.

2. Corona tidak menyebar lewat udara

Baca Juga: Ngebet Nikah Muda, Pria Ini Justru Ketakutan Lihat Nafsu Istrinya Kelewat Brutal, Baru Setahun Berumahtangga Langsung Cerai

Pada tanggal 29 Maret lalu, WHO menerbitkan panduan mengenai bagaimana virus corona bertransmisi sampai akhirnya menginfeksi manusia.

Pada analisis dari 75.465 kasus COVID-19 di China, WHO tidak menemukan adanya indikasi transmisi melalui udara. Sejak saat itu diyakini bahwa virus ini menyebar melalui droplet atau percikan yang muncul saat batuk ataupun bersin.

WHO sebenarnya juga menyebutkannya adanya kemungkinan penyebaran virus ini melalui udara, tapi kemungkinan tersebut sangatlah kecil. Itu pun hanya dalam prosedur perawatan khusus yang bisa menghasilkan aerosol sebagai medianya.

Belakangan sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kemungkinan transmisi lewat udara menjadi semakin besar. Tapi WHO tetap pada pendiriannya bahwa potensi itu tidak menghawatirkan.

Baca Juga: Angkat Bicara, KSAD Jelaskan Kronologi Awal Ribuan Siswa Secapa Terpapar Covid-19, Jenderal TNI Andika Perkasa: Karena Ketidaksengajaan...

Barulah pada Selasa (7/7) kemarin, WHO akhirnya mengakui hasil penelitian dari 200 lebih ilmuwan dalam jurnal Clinical Infectious Diseases tentang transmisi udara corona saat ini menjadi semakin kuat.

"Kami telah membicarakan tentang kemungkinan transmisi udara dan transmisi aerosol sebagai jenis transmisi untuk COVID-19," kata Maria Van Kerkhove, pemimpin teknis WHO dalam penanganan COVID-19, seperti dikutip Reuters.

Jurnal tersebut menguraikan bagaimana partikel terkecil dari virus bisa bertahan cukup lama di udara sebelum akhirnya masuk melalui saluran pernapasan.

Pada Kamis (9/7), WHO merilis pedoman baru tentang penularan virus corona melalui udara.

Baca Juga: Kini Gandeng Pria Baru, Barbie Kumalasari Seolah Tak Peduli Meski Galih Ginanjar Nangis-nangis Minta Jangan Ditinggalkan, Pemeran Ijah: Kasihan Tapi Gue Kesepian...

Mengutip Reuters, dalam panduan terbarunya, WHO mengakui beberapa laporan wabah yang berkaitan dengan ruang ramai di dalam ruangan, yang menyebutkan kemungkinan transmisi aerosol, seperti saat latihan paduan suara, di restoran, atau kelas kebugaran.

Hanya saja, seberapa sering virus corona bisa menyebar melalui jalur udara atau aerosol, yang berbeda dengan tetesan yang lebih besar dari batuk dan bersin, tidak jelas.

Artikel ini telah tayang di Sosok.ID dengan judul Perhatikan! Imbauan Keliru WHO Bak Persulit Keadaan Dunia, Inilah 2 Kesalahan yang Jangan Sampai Terulang di Masa Depan, Baru Direvisi Usai Dihujani Bukti Ilmiah.

(*)