Selain itu, pemerintahan Trump juga secara teratur mengutuk Iran dan menyerangnya dengan sanksi ekonomi yang memberatkan.
Biden, sementara itu, mengecam Trump karena gagal mengatasi ancaman Rusia di luar negeri.
China ingin Trump kalah sebagian karena Beijing melihatnya sebagai "tidak dapat diprediksi," kata Evanina.
"China telah memperluas upaya pengaruhnya menjelang November 2020 untuk membentuk lingkungan kebijakan di Amerika Serikat, menekan para tokoh politik yang dipandangnya bertentangan dengan kepentingan China, dan menangkis serta melawan kritik terhadap China," katanya.
Di Rusia, intelijen AS menilai bahwa Kremlin "menggunakan berbagai tindakan terutama untuk merendahkan mantan Wakil Presiden Biden dan apa yang dilihatnya sebagai 'kemapanan' anti-Rusia."
Para pejabat Rusia "menyebarkan klaim tentang korupsi" untuk mencoba "merusak" Biden dan Partai Demokrat, kata pernyataan itu.
"Beberapa pelaku yang terkait Kremlin juga berusaha untuk meningkatkan pencalonan Presiden Trump di media sosial dan televisi Rusia," katanya.
Pernyataan Evanina juga mengatakan bahwa Iran "berusaha untuk merusak institusi demokrasi AS, Presiden Trump, dan untuk memecah belah negara itu sebelum pemilu 2020."
Iran kemungkinan fokus pada operasi online, termasuk kampanye disinformasi media sosial dan menyebarkan konten anti-Amerika.
"Motivasi Teheran untuk melakukan kegiatan seperti itu, sebagian didorong oleh persepsi bahwa terpilihnya kembali Presiden Trump akan mengakibatkan berlanjutnya tekanan AS terhadap Iran dalam upaya untuk mendorong perubahan rezim."
Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Tak Akan Biarkan Pemilu AS Berjalan Lancar, Rusia, China dan Iran Ikut Campur, Siapa yang Akan Dimenangkan oleh Ketiganya?
(*)