Panjang Lebar Sebut Otoritersima Makin Pekat, Amien Rais Singgung Indonesia di Zaman Jokowi: Para Penjilat Itu Meyakinkan Dia Benar-benar Dicintai Rakyat

Jumat, 21 Agustus 2020 | 15:13
Kompas.com

Amien Rais

Gridhot.ID - Siapa yang tak kenal Amien Rais di dunia politik.

Tokoh penting dalam masa Reformasi tersebut memang sering kali mengeluarkan kritikan luar biasa untuk aksi-aksi pemerintah.

Kali ini Mantan Ketua MPR RI, Amien Rais mengkritik Presiden Jokowi dalam memimpin negara Indonesia.

Menurutnya, Jokowi saat ini telah menjalankan politik otoriterisme.

Pria yang vokal menentang kebijakan pemerintah ini juga menggap Jokowi sebagai pelaku politik pencitraan yang lihai tampil demokratis.

Baca Juga: Nuraninya Udah Mati, Pengemudi Mobil Ini Sampai Hati Tipu Kakek Penjual Rujak Pakai Uang Palsu, Korban Mendadak Dapat Ganti Berkah Dari Sosok Ini

Namun, kata Amien Rais, Jokowi memiliki substansi sebagai seorang pemimpin yang otoriter.

Hal itu disuarakan Amien dalam video yang diunggah di akun Instagram @amienraisofficial.

Ia mengatakan, Jokowi membuat pemerintahan yang seolah demokratis menjadi sama dengan negara-negara otoritor lain di Asia, Amerika Latin, dan Afrika.

Amien pun menganggap hal ini sebagai sebuah permasalahan yang kudu dirampungkan.

"Temanya adalah otoriterisme makin pekat. Indonesia di zaman Jokowi tidak sendirian dalam membanting demokrasi sehingga berubah esensi," ucap Amien Rais, seperti dikutip Sosok.ID, dilansir dari Tribunnews.com, Rabu (19/8/2020).

Baca Juga: Tak Kuat Bayar Tagihan Listrik Rp 5 Juta, Ustaz Riza Muhammad Menangis, Mengaku Malu Ketika Harus Pinjam Duit ke Kerabat: Saya Belum Pernah Seperti Ini

"Beberapa negara di Asia, Amerika Latin, dan Afrika menunjukkan kemiripan dalam menyelenggarakan pemerintahan yang demokratis pada awal mulanya tetapi tidak terlalu lama kemudian berubah jadi otoriterisme."

"Tak terkecuali Indonesia," ujarnya.

Ayah dari Mumtaz Rais ini bahkan menganggap praktik otoriterisme di Indonesia jauh lebih parah.

Jokowi dianggapnya terlalu dimabuk buaian rakyat yang mendukungnya.

Padahal menurutnya, dukungan itu muncul karena Jokowi melakukan praktik pencitraan secara terus-menerus.

Baca Juga: Siap-siap Dapat Beras Gratis dan Uang Tunai Rp500 Ribu Lagi, Rp 9 Triliun Dana Bansos Siap Dikucurkan Pemerintah di Tengah Pandemi, Ini Penjelasannya

"Kita menyaksikan pada kuartal pertama ketika Jokowi menjadi presiden pada umumnya rakyat percaya akan ada perubahan signifikan bagi kehidupan rakyat Indonesia no. Namun harapan itu cepat kandas. Mengapa?" jelasnya.

Janji-janji politik yang keluar dari Jokowi dinilainya sekedar manis di bibir saja.

"Karena politik pencitraan terus saja dilakukan oleh Jokowi sambil terus melaksanakan janji-janji sosial, politik, ekonomi dan hukum yang terdengar merdu di telinga kebanyakan rakyat Indonesia."

"Dalam literatur politik Jokowi cukup lihai memainkan politik yang penampilannya itu demokratis tapi substansinya intinya otoriter," tegas Amien Rais.

Seiring memimpin RI, Jokowi menjalankan demokrasi liberal, kebebasan berbicara dan berpendapat dicurigai.

Baca Juga: Ingat Gayus Tambunan? Pernah Gelapkan Duit Negara Rp 74 Miliar, Sang Koruptor Kini Diterpa Kabar Bohong Meninggal di Tahanan, Kapalas Gunung Sindur Beri Penjelasan

Namun gaya populis orang nomor satu di Indonesia tersebut, kata Amien, banyak mengecoh rakyat.

"Jokowi terbuai dengan puja-puji para pendukungnya," katanya.

Amien menyoroti Jokowi terlalu percaya diri dengan berfikir bahwa rakyat mencintainya.

Ia bahkan menyebut Presiden memerlukan para sycophants atau penjilat dalam membangun otoriterisme.

"Para sycophants (penjilat) itu dapat meyakinkan mantan Wali Kota Solo yang terbaik di dunia itu bahwa dia memang benar-benar dicintai rakyat."

Baca Juga: 1 Tahun Kasak-kusuk Kehilangan Pakaian Dalam Hingga Meresahkan, Warga Serdang Bedagai Dihebohkan dengan Temuan Ribuan Bra dan Celana Dalam di Rumah Sosok Ini, Digunting dan Disusun Begini

"Sampai batas yang sangat jauh dia yakin sehingga berani menyatakan "Aku adalah Pancasila," jelasnya.

"Untuk menopang persangkannya yang keliru itu Jokowi menemukan sejumlah penjilat yang memang diperlukan bilamana seorang pemimpin sedang membangun otoriterisme," paparnya.

Tak cuma di Indonesia saja, praktik seperti ini dikatakan Amien diperlukan pula oleh pemimpin otrokat, sehingga ia memerlukan kumpulan pendukung yang mematikan akal sehat.

Apa yang dilakukan Jokowi disebut mengingatkannya pada kisah Firauan melawan Nabi Musa AS.

"Hal ini mengingatkan cerita abadi tatkala Firaun mau mengadu kekuatan dengan Musa AS. Para petinggi sihir yang menggerumuni Firaun bertanya: "apa kiranya yang akan kami peroleh bila kami berhasil memenangkan baginda Firaun?" ujarnya.

Baca Juga: Sah, Presiden Sudah Ketuk Palu, PNS Dapat Jatah 11 Hari, Libur dan Cuti Lebaran 2020 Bakal Diberikan di Tanggal Berikut

"Jawab Firaun, 'pasti kalian akan mendapat posisi penting di sekitarku'. Ini Al-Araf 113," jelasnya.

Artikel ini telah tayang di Sosok.ID dengan judul Kritik Demokrasi sampai Teringat Kisah Firaun Lawan Nabi Musa, Amien Rais: Jokowi Menemukan Para Penjilat untuk Bangun Otoriterisme.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber sosok