"Kami tidak ingin terikat dengan organisasi multilateral yang mendapat dukungan dari WHO yang korup dan China," ungkap juru bicara Gedung Putih Judd Deere pada hari Selasa (2/9), dikutip dari AFP.
Sejauh ini Covax baru berhasil mengamankan sebanyak 300 juta dosis vaksin dari AstraZeneca, sebuah perusahaan farmasi yang juga bekerja sama dengan AS, Uni Eropa, Rusia Korea Selatan, China, Amerika Latin, dan Brasil.
CEPI yang ikut serta dalam program ini juga masih berusaha menjalin negosiasi dengan banyak perusahaan farmasi di seluruh dunia, termasuk perusahaan Moderna asal AS, di mana CEPI jadi salah satu pihak pertama yang berinvestasi di sana.
Kegiatan CEPI sejauh ini sebagian besar didanai oleh sumbangan publik dan swasta, termasuk dari Gates Foundation.
Sasaran ideal WHO adalah setiap negara bisa melakukan vaksinasi untuk 20% penduduknya, dimulai dari orang-orang yang paling rentan seperti petugas kesehatan.
Setelah ini CEPI, bersama WHO dan lembaga pendukung vaksin lainnya, masih berusaha untuk melobi negara-negara besar agar mau menyumbangkan dosis vaksin kepada negara lain yang kurang mampu.
Mereka juga masih terus berusaha menjamin ketersediaan anggaran penelitian vaksin di masa depan, karena penelitian yang ada saat ini masih belum bisa dipastikan akan berhasil.
Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Negara miskin diprediksi akan terlambat menerima vaksin corona.
(*)