Padahal, populasi di AS hanya sekitar 330 juta jiwa saja.
"AS berpotensi memasuki situasi kelebihan pasokan jika semua vaksin yang mereka pesan benar-benar tersedia," ungkap Hatchett seperti dikutip dari AFP.
Hatchett memahami betul bahwa AS memprioritaskan warganya untuk mendapatkan vaksin dengan cepat dan adil, tapi ia berharap bahwa AS bisa sedikit lebih berbaik hati untuk mau berbagi dosis ke negara lain yang mengalami kesulitan ekonomi.
"Apa yang ingin kami sampaikan ke para pemimpin dunia adalah bahwa vaksin ini yang jumlahnya terbatas ini perlu dibagikan secara global. Seharusnya tidak ada segelintir negara yang menguasai vaksin pada paruh pertama tahun 2021," ungkap Hatchett.
Hatchett khawatir kasus vaksin flu H1N1 tahun 2009 terulang kembali, di mana negara-negara kaya berhasil menguasai vaksin terlebih dahulu.
Gerakan Covax yang didukung oleh WHO, CEPI, serta kelompok aliansi vaksin Gavi telah dibentuk, bertujuan untuk membeli dan mendistribusikan vaksin secara adil pada tahun 2021.
Sebanyak 2 miliar dosis vaksin diperkirakan siap tersedia.
Ada 92 negara berkembang dan 80 negara maju yang telah menandatangani kesepakatan Covax.
Baru-baru ini, Uni Eropa bahkan telah menyumbang €400 juta untuk kelancaran distribusi.
Sayangnya, negara adidaya Amerika Serikat tidak ikut dalam program Covax ini.