Find Us On Social Media :

Bosan Kerja Kantoran dan Pikirannya Mudah Kena 'Sumbu Pendek', Indonesia Lagi Marak Gerakan Radikalisme Wanita, Berani Maju Di 'Garis Perang' Atasnamakan Jihad

Ilustrasi maling bercadar, komplotan maling nekat gasak toko sembako di Cipondoh, Tangerang.

Namun untuk mencegahnya kita perlu pelajari dinamika ini dalam cakupan lebih luas.

Faktanya, hal ini tunjukkan dinamika baru dalam dunia militan, yang awalnya dianggap hanya untuk para pria semata.

Terlebih di Asia Tenggara, yang mana banyak negaranya masih menganut paham patriarki, wanita memerankan peran pendukung sebagai ibu atau istri dan 'bekerja di balik layar' saja.

Baca Juga: Putri Sambungnya Segera Jadi Nyonya Atta Halilintar, Ashanty Blak-blakan Ogah Pinjamkan ART Lama-lama, Uteng: Pilih di Tempat Bunda!

Jika dalam dunia militan, wanita tidak akan maju ke dalam medan perang dan jadi sosok teroris yang terlihat.

Mereka akan menjadi bagian dari kelompok penyebar propaganda, perekrut, pemberi dana dan penyedia bahan logistik serta simpatisan.

Bisa dilakukan dengan para wanita menyelenggarakan pengajian yang awalnya netral tapi kemudian mulai mengarahkan ke garis kiri dan menyebarkan paham radikalisme.

Baca Juga: 2 Putrinya Sekarang Jadi Orang Kaya, Ibunda Nagita Slavina Tak Sembarangan Didik Anaknya Meski Kaya Raya, Mama Rieta: Enak Banget Tinggal Minta!

Namun terjadi pergeseran peran beberapa tahun ini yang justru lambat disadari oleh banyak pihak.

Para wanita radikal di Asean telah mengambil peran ikut bertempur sebagai penyerang atau pelaku bom bunuh diri.

Hal ini dapat dilacak pada tahun 2016 lalu saat warga Indonesia bernama Dian Yulia Nova bersama suaminya berusaha meledakkan diri mereka menggunakan bom 'magic com' di luar Istana Negara, Jakarta.