Find Us On Social Media :

Bosan Kerja Kantoran dan Pikirannya Mudah Kena 'Sumbu Pendek', Indonesia Lagi Marak Gerakan Radikalisme Wanita, Berani Maju Di 'Garis Perang' Atasnamakan Jihad

Ilustrasi maling bercadar, komplotan maling nekat gasak toko sembako di Cipondoh, Tangerang.

Selanjutnya serangan bom di Surabaya Mei 2018 menjadi serangan pertama yang libatkan militan wanita di Asia Tenggara.

Mengenang kejadian tersebut, sayangnya serangan tersebut adalah bom bunuh diri yang sukses pertama kali dilaksanakan oleh pelaku radikal wanita.

Tidak tanggung-tanggung, pengeboman itu libatkan seluruh anggota keluarga, termasuk wanita dan anak-anak.

Baca Juga: Aneh, Orang-orang Kaya di Asia Ternyata Mulai Menimbun Uang Tunai, Apa yang Terjadi?

Selanjutnya serangan kedua yang libatkan satu keluarga yang meledakkan diri di kantor polisi Surabaya, hanya satu anak yang selamat.

Januari tahun lalu, sepasang warga Indonesia yang anggota Jemaah Ansharud Daulah (JAD) meledakkan diri mereka di Katedral Our Lady of Mount Carmel, Jolo, Filipina.

Sedangkan pada Mei 2019, pihak berwenang Malaysia menangkap ibu rumah tangga berumur 51 tahun yang merencanakan untuk memarkir mobil berisi bahan peledak dan minyak di stasiun pemilihan umum di Puchong, Selangor.

Baca Juga: Ditusuk Australia dari Belakang, Timor Leste Batalkan Perjajian Ini, Ogah Kekayaan Minyak Bumi Lorosae Dikeruk Habis

Saat itu memang merupakan waktu pemilu Malaysia, mengutip sumber intelijen.

Kemudian Oktober 2019, pelaku penusukan Wiranto ditangkap.

Mereka menggunakan pisau dan gunting.

Kasus-kasus itu tunjukkan peningkatan penyerang wanita di Asia Tenggara, yang mulai perlebar kemampuan mereka mengambil peran 'maskulin'.