Pendidikan Seperti 'Kutukan', Pemuda Timor Leste Hanya Punya 2 Pilihan, Nganggur atau Jadi Pekerja Migran

Senin, 05 Oktober 2020 | 05:13
KOMPAS/EDDY HASBY

Ribuan warga Kota Dili antre dalam pelaksanaan penentuan pendapat di Timor Timur, 30 Agustus 1999.

Gridhot.ID- Meski sudah20 tahun lepas dari Indonesia, Timor Leste nyatanya belum juga sejahtera.

Bahkan pertumbuhan ekonomi Timor Leste kian terpuruk.

Pengangguran pun menjadi salah satu masalah, belum lagi ancaman kekurangan pangan di Timor Leste.

Baca Juga: Susah Payah Hengkang dari NKRI, Timor Leste Justru Masih 'Cium Kaki' Indonesia Meski 20 Tahun Merdeka: Untuk Menyenangkan Mantan Tuannya di Jakarta!

Kerumunan pemuda yang berdiri di depan Kedutaan Besar Portugis di Dili bukanlah hal asing di Timor Leste.

Tak lain tak bukan mereka mengantri untuk mendapatkan paspor Portugis.

Paspor Portugis itu merupakan kesempatan untuk melihat masa depan yang lebih baik di Eropa dengan menjadi pekerja migran.

Pemuda Timor Leste tak memiliki banyak pilihan, antara tetap berada di negaranya tapi menganggur atau pergi dari kampung halamannya dan bekerja di luar negeri.

Ironisnya, diantara pengangguran di Timor Leste justru banyak yang memiliki tingkat pendidikan tinggi.

Melansir The Interpreter (2/10/2020), menurut analisis Sensus Penduduk dan Perumahan Timor-Leste, tingkat pengangguran dengan pendidikan universitas adalah 20%.

Baca Juga: Kadali Timor Leste yang Miskin, Australia Tega Sedot Rp 43 Miliar per Minggu dari Ladang Minyak Bayu Undan, Kongkalikong dengan Perjanjian Ini

Angka itu lebih tinggi dari tingkat pengangguran orang muda tanpa pendidikan maupun tingkat pengangguran orang muda dengan pendidikan menengah.

Laporan Sensus Penduduk dan Perumahan Timor Leste terbaru juga menyajikan analisis bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi risiko pengangguran.

Sementara, pengangguran kaum muda tanpa pendidikan atau nonformal di bawah 10% dan tingkat di antara orang muda dengan pendidikan menengah adalah 18%.

Secara umum, laporan tersebut menunjukkan kaum muda berusia antara 15 dan 24 tahun merupakan 20% dari total populasi pada tahun 2015.

Kemudian orang muda hanya 14% dari total angkatan kerja, mereka merupakan lebih dari dua pertiga pengangguran di Timor Leste.

Laporan Analitis Angkatan Kerja menunjukkan bahwa tingkat pengangguran kaum muda pada tahun 2015 mencapai 12,3%, jauh lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 4,8%.

Baca Juga: Kebobrokan Pemerintah Timor Leste Dibongkar Media Australia, Nekat Utang Rp 7,4 Triliun dari China untuk Garap Proyek Tak Menguntungkan Ini

Freepik
Freepik

ilustrasi Timor Leste

Sementara itu, Analytical Report on Education menunjukkan bahwa kaum muda yang tidak bekerja dan tidak mengikuti pendidikan dan pelatihan (NEET) mencapai 27,7%.

Menariknya, 53,4% kaum muda yang telah menyelesaikan pendidikannya tidak bekerja pada saat pencacahan tahun 2015.

Diskusi tentang tingkat pengangguran muda yang tinggi berkisar pada dua tema, yaitu kurangnya kesempatan kerja dan kurangnya keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja.

Tidak adanya lapangan kerja bagi orang-orang muda telah banyak dilaporkan di media yang dan dibesarkan oleh badan-badan pembangunan di negeri ini, khususnya masyarakat sipil organisasi.

Demikian pula masalah keterbatasan kesempatan kerja di dalam negeri juga menjadi sorotan dalam penelitian terkait pekerja migran Timor di Inggris, program pekerja musiman di Australia, dan program kerja sementara di Korea.

Pada saat yang sama, pengusaha menggarisbawahi kesulitan dalam menemukan pekerja yang sesuai dengan profil yang mereka cari.

Baca Juga: Negaranya Miskin, Ramos Horta Tuding Bank Mandiri dan BRI Jadi Pembunuh Ekonomi Timor Leste, Marah Besar Saat Tahu Fakta Ini

Misalnya, pengusaha menemukan bahwa sebagian besar karyawan kurang memiliki keterampilan lunak seperti komunikasi dan manajemen yang sangat mereka hargai.

Selanjutnya, Survei Kewirausahaan dan Keterampilan yang dilakukan oleh Sekretariat Pemuda dan Tenaga Kerja pada 2017 mengidentifikasi kesenjangan keterampilan yang dominan di sektor konstruksi, ritel, dan otomotif.

Karena sektor-sektor tersebut dapat menyediakan pekerjaan bagi banyak kaum muda, temuan semacam itu harus ditanggapi dengan serius.

Apapun faktor penyebabnya, kehadiran banyak kaum muda yang menganggur di negara ini dengan sendirinya merupakan fakta yang mengkhawatirkan.

Realitas anak muda yang pergi setidaknya sebelum Covid-19 menghentikan perjalanan internasional untuk Eropa atau program pemerintah yang mengirim pekerja ke Australia dan Korea Selatan menunjukkan kurangnya peluang yang perlu ditangani.

Baca Juga: Negaranya Miskin, Ramos Horta Tuding Bank Mandiri dan BRI Jadi Pembunuh Ekonomi Timor Leste, Marah Besar Saat Tahu Fakta Ini

Sementara itu, prevalensi pekerja asing dalam pekerjaan yang berhubungan dengan atap, pertukangan kayu dan perdagangan lainnya memperlihatkan kurangnya keterampilan langsung yang dibutuhkan di bidang-bidang ini.

Perekonomian Timor Leste sangat bergantung pada pengeluaran pemerintah dan selama bertahun-tahun, sektor publik telah menjadi pemberi kerja terbesar di sektor formal.

Pemerintah memiliki peran penting untuk dimainkan dalam menangani pengangguran kaum muda Timor Leste.

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul: "Bikin Pendidikan Bak Jadi 'Kutukan', Di Timor Leste, Semakin Tinggi Tingkat Pendidikan Semakin Tinggi Risiko Jadi Pengangguran."

(*)

Tag

Editor : Candra Mega Sari

Sumber Intisari Online