Find Us On Social Media :

Strategi Jebakan Utangnya Sudah Terbongkar Habis, China Bantah Pakai Cara yang Sama ke Negara-negara Afrika, Malah Ungkap Sosok Rentenir Dunia yang Sebenarnya

Presiden Xi Jinping

Gridhot.ID - China memang menjadi salah satu negara superpower yang disegani dunia.

Bahkan China diketahui masih menjajah negara-negara di tengah zaman modern ini dengan cara yang lebih licin.

Selama ini China 'menjajah' negara-negara yang lebih kecil dengan meminjamkan sejumlah besar uang yang tidak akan sanggup mereka dibayar.

Negara ini dituduh memanfaatkan pinjaman besar-besaran agar dapat merebut aset dan membangun pangkalan militer di negara-negara kecil dunia ketiga.

Negara-negara berkembang mulai dari Pakistan hingga Djibouti, dari Maladewa hingga Fiji, semua berutang besar ke Cina.

Bukan sekadar perkiraan, dilansir dari The Sun, nyatanya memang sudah ada negara yang menunggak hutang dan dipaksa untuk menyerahkan kendali aset negaranya atau harus mengizinkan China untuk mempunyai pangkalan militer di negara tersebut.

Baca Juga: Miliki Fasilitas Bak Hotel, Intip Penampakan Rumah Mewah Bu Dandy, Wanita yang Sempat Viral Karena Hujani Pelakor dengan Uang

Ada yang menyebutnya "diplomasi jebakan utang" atau "kolonialisme utang."

Mereka menawarkan pinjaman bagi negara-negara yang tidak mampu membayar, dan kemudian menuntut konsesi ketika mereka gagal.

Salah satu yang harus menanggung konsesi ini adalah Si Lanka.

Sri Lanka menyerahkan pelabuhan ke perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah China dengan sewa 99 tahun.

Sementara itu, di Djibouti, tempat markas utama militer AS di Afrika, juga tampaknya akan menyerahkan kendali atas pelabuhan ke perusahaan Beijing.

Maret 2019, mantan Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson mengatakan bahwa Beijing melakukan praktik peminjaman predator, dan transaksi korup untuk menjadikan negara-negara kecil terbelit utang untuk kemudian melemahkan kedaulatan mereka.

Baca Juga: Melenggang Jadi Perwira TNI, Letda Figgy Heryansyah Sujud di Kaki Ibu hingga Diberi Hormat Sang Ayah, Serda Sahidin: Anak Tetap Anak, Tapi...

Baru-baru ini, Pemerintah China membantah keras tudingan kalau mereka telah mengatur jebakan utang atau debt trap di negara-negara Afrika seperti Nigeria.

Tudingan tersebut dinilai tidak berdasar.

Konsul Jenderal China di Lagos (Nigeria), Chu Maoming, menegaskan pemerintah China sama sekali tak menggunakan instrumen bantuan utang untuk mendesain diplomasi perangkap utang di Afrika.

Kata dia, utang dari China tak begitu mendominasi di Afrika.

Utang terbesar negara-negara Benua Hitam justru lebih banyak disumbang lembaga keuangan internasional.

"Jika kita merinci utang negara-negara Afrika, sebesar lebih dari dua per tiga berasal dari lembaga keuangan internasional dan kreditor komersial. Mereka yang lebih bertanggung jawab terkait keringanan utang," ujar Maoming dilansir dari The Guardian, Selasa (20/10/2020).

Baca Juga: Diduga Dekat dengan Jaksa Pinangki, MAKI Bongkar Oknum Penegak Hukum yang Hapus Chat di Ponsel Saksi, Dirdik Jampidsus: Baru Dengar Saya

Perangkap atau jebakan utang (debt trap) sendiri mengarah pada negara pemberi utang atau kreditor yang dengan sengaja memperpanjang kredit karena negara debitur mengalami kesulitan keuangan untuk membayar pinjaman yang jatuh tempo.

Namun perpanjangan masa kredit biasanya mengandung syarat tertentu seperti negara kreditor mendapatkan konsesi ekonomi, bahkan politik, di negara debitur.

Untuk menjembatani kerja sama ekonomi di sana, China membentuk Forum on China-Africa Cooperation atau FOCAC.

Bentuk bantuan China dalam FOCAC diklaim saling menguntungkan.

"Mengenai tuduhan palsu yang dibuat beberapa negara dan media terhadap China, saya ingin menunjukan bahwa bukanlah China yang memasang jebakan utang untuk Afrika. Dan China dengan tegas menolak label tersebut," tegas Maoming.

Menurut dia, justru lembaga keuangan dan negara kreditor lain yang melancarkan diplomasi jebakan utang dengan memberikan kredit namun dengan maksud terselubung.

Baca Juga: 7 Bulan Mandek Terbang, Air Asia X Bakal Tutup Seluruh Bisnisnya di Indonesia, Ini Penyebabnya Berhenti Beroperasi

Maoming sendiri tak secara eksplisit menyebut negara-negara kreditor tersebut.

"Beberapa tahun yang lalu, ketika menangani masalah utang Afrika, negara-negara tertentu memasang banyak ikatan politik dan menetapkan standar dan ambang batas yang sulit dipenuhi oleh banyak negara Afrika," kata Maoming.

"Upaya mereka untuk mencampuri Afrika dengan memanfaatkan masalah utang telah banyak dikritik oleh negara-negara Afrika. China tidak pernah absen dalam hal mendukung Afrika. China akan terus memperkuat komunikasi dan koordinasi dengan negara-negara Afrika serta menyelesaikan masalah utang melalui konsultasi persahabatan," kata dia lagi.

Ia melanjutkan, pemerintah China seringkali dituduh memiliki agenda terselubung dari pinjaman-pinjaman yang dikucurkan di Afrika.

Padahal, banyak negara yang sudah terbantu dengan utang dari negaranya.

“Dua puluh tahun sejak didirikan, FOCAC telah melakukan perjalanan yang luar biasa. Di bawah upaya bersama yang dilakukan oleh China dan Afrika selama dua dekade terakhir, FOCAC telah tumbuh menjadi lembaga yang penting dan dinamis bagi China dan Afrika untuk melakukan dialog kolektif serta mekanisme yang efektif untuk kerja sama praktis, dan mewakili bendera penting bagi Selatan," ucap dia.

Baca Juga: UU Cipta Kerja Dapat Dibatalkan Jika Menurut MK Terdapat Cacat Formal, Mahfud MD: Zaman Saya Pernah...

Tak hanya ekonomi, banyak kerja sama China dengan Afrika di berbagai bidang yang difasilitasi dari FOCAC dan tentunya saling menguntungkan.

“Hubungan China-Afrika telah berkembang pesat di bawah bimbingan forum ini, dengan memperdalam rasa saling percaya politik, memperluas kerja sama praktis di semua bidang, dan lebih dekat antar orang dan pertukaran budaya. Hasil nyata dari forum tersebut telah sangat diakui oleh negara-negara Afrika dan secara luas dipuji oleh komunitas internasional," kata Maoming.

Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Kerap Pakai Cara Licik 'Jajah' Negara Lain dengan Jebakan Utang yang 'Mustahil' Dilunasi, China Tiba-tiba Bantah Lancarkan Cara yang Sama di Negara-negara Afrika.

(*)