Find Us On Social Media :

Libatkan Beberapa Negara Termasuk Indonesia, Inilah Sengketa Panjang Soal Greater Sunrise, Ladang Minyak Bernilai Miliaran Dolar yang Jadi Tumpuan Hidup Negara Timor Leste

Ilustrasi ladang minyak bumi.

Apa yang Terjadi setelah Timor Leste Merdeka

Setelah Timor Timur merdeka pada tahun 2002, Perjanjian Celah Timor tidak lagi berlaku.

Australia menandatangani serangkaian perjanjian dari 2002 hingga 2006 dengan negara yang baru merdeka.

Perjanjian 2002 menetapkan Wilayah Pengembangan Minyak Bersama (JDPA), dengan bagi hasil 90:10 untuk keuntungan Timor Lorosae.

Banyak hal berubah sangat menguntungkan Australia dengan perjanjian 2006.

Baca Juga: Terjebak Belenggu Kemiskinan, Rakyat Timor Leste Hidup dari 'Mengais Sampah', TPA Bahkan Jadi Lokasi Tur untuk Warga Australia

Kedua negara sepakat bahwa pendapatan Greater Sunrise Unit Area (GSUA) akan dibagi 50:50, dan bahwa penetapan batas laut yang sebenarnya akan ditangguhkan selama lima puluh tahun lagi.

Pada titik ini, Australia sudah menarik dari ladang Bayu-Undan yang terletak di Laut Timor dan mengambil keuntungan darinya.

Ditemukan pada tahun 1995, ladang Bayu-Undan berada dalam Joint Petroleum Development Area (JPDA) dan dioperasikan oleh ConocoPhilips Australia, pemegang saham mayoritas, hingga 2018.

Perjanjian 2006 juga menjadi tidak valid ketika diketahui bahwa dinas intelijen rahasia Australia telah melakukan spionase.

Baca Juga: Bella Galhos, Wanita Pemberontak Timor Leste yang Berhasil Lolos dari Maut Usai Susupi Tentara Indonesia, Bertahun-tahun Jalani Kehidupan Sebagai Agen Ganda, Begini Kisahnya

Mereka menyadap kantor kabinet Timor Lorosa'e pada tahun 2004 untuk mendapatkan keuntungan dari negosiasi perjanjian tahun 2006.

Pelanggaran tersebut begitu signifikan sehingga Timor Lorosa'e kemudian membawa kasus tentang kesalahan Australia ke Mahkamah Internasional.