Laporan Wartawan GridHot, Desy Kurniasari
GridHot.ID - Berdasarkan data Worldometers pada Minggu (25/10/2020), sebanyak 42.990.580 orang di seluruh dunia telah terinfeksi virus corona.
Untuk itu, para ilmuwan pun kini tengah berlomba membuat vaksin dari covid-19 ini.
Melansir Kompas.com, sebelumnya pemerintah Indonesia disebut akan mulai menerima kiriman vaksin pada bulan November 2020.
Sejumlah persiapan telah dilakukan, termasuk memilih fasilitas kesehatan untuk pemberian vaksin tersebut, pada bulan itu juga.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr Achmad Yurianto menyebutkan, ada tiga vaksin yang sudah dibeli oleh pemerintah karena sudah lolos uji klinis fase tiga dan diharapkan bisa diberikan kepada masyarakat Indonesia.
Tiga vaksin yang di maksud adalah vaksin Sinovac, Sinopharm, dan Cansino yang telah diuji juga dibeberapa negara.
Namun, dilansir dari GridHits.id, belakangan ada pengumuman jika vaksin Covid-19 yang segera diedarkan justru diumumkan batal.
Sebelumnya, pemerintah sempat membagikan kabar gembira dengan segera diedarkannya vaksin Covid-19 ke Indonesia.
Kabarnya, vaksin Covid-19 akan segera siap dilakukan pada sekitar awal November 2020 mendatang.
Ada 6,5 juta dosis vaksin corona buatan China yang siap disuntikkan pada awal November 2020 nantinya.
Vaksin corona yang siap digunakan dalam waktu dekat ini yaitu vaksin Covid-19 buatan China, antara lain Cansino, Sinopharm, hingga Sinovac.
Dengan adanya vaksin ini, Pemerintah diharapkan dapat memastikan agar seluruh masyarakat mendapatkan vaksin Covid-19, khususnya masyarakat yang kurang mampu dan rentan tertular.
Namun, kabar terbaru dari Menko Luhut justru mengumumkan kemungkinan batalnya vaksin ovid-19 tersebut.
Sebelumnya pula sempat beredar pesan berantai yang menyatakan bahwa vaksin Covid-19 berpotensi mengubah DNA manusia.
Terkait kabar tersebut, WHO pun buka suara dan memberikan kebenaran yang sebenarnya terkait hal tersebut.
Peneliti dari Aliansi Sains Universitas Cornell, Mark Lynas, menyatakan bahwa tidak ada kandungan dalam vaksin yang mampu berintegrasi dan mengubah DNA manusia secara genetik.
“Itu hanya mitos, sering disebarkan secara sengaja oleh aktivis anti-vaksinasi sehingga menimbulkan kebingungan dan ketidakpercayaan,” ujarnya, dikutip dari Reuters.
Lynas menjelaskan vaksin bekerja dengan melatih sistem kekebalan untuk mengenali patogen saat vaksin mencoba menginfeksi tubuh.
Bisa dipastikan jika pemberitaan mengenai vaksin Covid-19 dapat mengubah DNA manusia adalah hoaks.
Nah, nampaknya pemberitaan mengenai vaksinasi Covid-19 kembali membuat masyarakat Tanah Air resah.
Setelah dijanjikan oleh pemerintah bahwa akan datang vaksin Covid-19 di bulan November 2020, kini pihak pemerintah malah menangguhkan hal tersebut.
Hal itu diketahui dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sekaligus Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) Luhut Binsar Pandjaitan.
Menko Luhut mengungkapkan adanya kemungkinan vaksin Covid-19 tidak jadi masuk ke Indonesia pada November 2020.
Hal itu telah disampaikan Menko Luhut setelah berkomunikasi lewat telepon dengan Presiden Joko Widodo.
"Tadi presiden telepon saya. Tadinya rencana kita mau (November) karena barangnya (vaksin) dapat (tapi) rencana minggu kedua November bisa saja tidak kesampaian," saat memberikan pengarahan dalam Seminar Lemhannas yang ditayangkan di kanal YouTube resmi Lemhannas, Jumat (23/10/2020).
"Bukan karena barangnya. Barangnya siap tapi karena EUA (emergency use authorization) itu dikeluarkan BPOM, karena ada aturan, step-step yang harus dipatuhi," lanjutnya menjelaskan.
Berdasarkan pembicaraan itu, kata Luhut, Presiden Jokowi menekankan agar keamanan vaksin diutamakan.
"Presiden saya lihat tidak mau lari dari situ. Beliau katakan keamanan nomor satu. Jadi ya kita lihat nanti sampai kapan," katanya.
"Dan saya bicara kemarin malam dengan profesor senior-senior itu mereka juga sama. Saya kira pemerintah sangat menghormati soal aturan tadi," tegas Luhut.
"Saya dikasih untuk disuntik, tapi kan ngga bisa disuntik karena kita belum ada Emergency use Authorization (EUA)," ungkap Luhut.
Karena itu, dia menyatakan masyarakat Indonesia harus menunggu adanya EUA dan hal tersebut merupakan aturan yang harus dipatuhi. (*)