Find Us On Social Media :

Nyalinya Patut Diacungi Jempol, Sosok Jurnalis Ini Bongkar 'Udang Dibalik Batu' yang Tunggangi Indonesia Saat menginvasi Timor Leste, Diam-diam Menyelinap Merekamnya Jadi Film Dokumenter

Bendera Timor Leste

Terima kasih kepada Evans dan Perdana Menteri Paul Keating yang menganggap Suharto sebagai figur ayah Australia membedakan dirinya sebagai satu-satunya negara Barat yang secara resmi mengakui genosida itu.

Hadiahnya, kata Evans, adalah 'milyaran' dolar.

Salah satu pelapor film tersebut adalah mantan perwira CIA, C Philip Liechty, yang berbasis di Jakarta selama pengambilalihan Timor Timur oleh Indonesia pada tahun 1975.

Baca Juga: Jarang Tersorot Kamera, Lihat Penampilan Cantik Ibunda Bobby Nasution yang Tak Kalah Modis dari Sang Besan, Iriana

Dia berkata, 'Suharto diberi lampu hijau (oleh AS) untuk melakukaninvasi, Kami memberi mereka semua yang mereka butuhkan dari senapan MI6 hingga dukungan logistik militer AS.

Ketika kekejaman dimuat dalam laporan CIA, cara mereka menanganinya adalah dengan menutupinya selama mungkin.

Pilger bertanya pada Liechty apa yang akan terjadi seandainya seseorang berbicara. 'Karier Anda akan berakhir,' jawabnya.

Baca Juga: Pernah Dipepet Vicky Prasetyo Hingga Dikirimi Pesan Menggoda, Pedangdut Kondang Ini Semprot Sang Gladiator Cinta: Gue Enek Sama Lo!

Death of a Nation adalah jurnalisme karya John Pilger dan sejarah sebagai topik utama saat ini seperti hampir seperempat abad yang lalu.

Ini adalah kisah kekerasan negara, pengkhianatan dan kepahlawanan.

Siaran Death of a Nation di Inggris menimbulkan tanggapan yang belum pernah terjadi sebelumnya, menurut British Telecom, yang mencatat lebih dari 4.000 panggilan per menit ke nomor saluran bantuan.