Find Us On Social Media :

75 Tahun Berlalu, Masyarakat Kenang Perjuangan Arek Suroboyo Usir Penjajah, Berikut Runtutan Peristiwa 10 November 1945

Fragmen pertempuran antara arek Suroboyo dengan Tentara Inggris saat Parade Surabaya Juang di Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, Minggu (8/11/2015). Parade Surabaya Juang dilakukan untuk menyambut Hari Pahlwan dengan rute Tugu Pahlawan melintasi Jalan Tunjungan dan berakhir di Balaikota Surabaya.

Ultimatum

Hal lain, tanpa sepengetahuan Jenderal Mallaby, Angkatan Udara Inggris menjatuhkan selebaran di atas Surabaya yang berisi perintah pada rakyat Surabaya dan Jawa Timur untuk menyerahkan kembali semua senjata dan peralatan perang milik Jepang dalam waktu 48 jam.

Jenderal Hawthorn, orang yang sebelumnya juga menjadi pimpinan pasukan, mengultimatum rakyat Surabaya. Kalo nggak mematuhi perintah Inggris, maka akan mendapatkan hukuman yang seberat-beratnya.

Masyarakat Surabaya, khususnya para pemuda pun dibuat geram dengan semua tindakan itu, karena semua itu dianggap menghina bagi bangsa Indonesia yang sudah merdeka.

Atas persetujuan pemerintah, di bawah pimpinan Komandan Divisi TKR, Mayor Jenderal Yono Sewoyo, maka dikeluarkan perintah perang kepada badan perjuangan, polisi, dan TKR untuk menghadapi sekutu. Di sinilah titik mula perlawanan terhadap sekutu di Jawa Timur dimulai.

Baca Juga: Jabatannya Sebagai Orang Nomor 1 AS Sudah Luntur, Donald Trump Dipaksa Segera Tinggalkan Gedung Putih, Militer hingga Agen Rahasia Siap Bertindak Jika Dirinya Menolak

Menyerang kamp Belanda dan sekutuSore hari pada 28 Oktober 1945, sekitar 140 ribu pasukan yang berasal dari prajurit TKR dan kelompok pemuda bersenjata bersatu di bawah komando dr. Mustopo untuk menyerang kamp Belanda dan sekutu.

Masih di hari yang sama, di malam harinya melalui siaran radio, disebarkan semangat pada seluruh lapisan masyarakat agar bersatu dan merebut kembali tempat-tempat penting yang diduduki sekutu.Hal itu disampaikan oleh Bung Tomo, seorang tokoh yang memiliki gaya bicara berapi-api.

Baca Juga: Tengahi Konflik, Rusia Boyong Ribuan Prajurit dan Kendaraan Lapis Baja ke Nagorno-Karabakh, Pasukan Militer Putin Berjaga di Garis TerdepanDengan begitu, semangat revolusi pun terbentuk di benak masyarakat yang ada di sepenjuru kota. Melihat kondisi ini, pemimpin Nahdatul Ulama dan Masyumi pun mendukung dan menyatakan perang mempertahankan Tanah Air sebagai perang Sabil.

Keesokan harinya, pada 29 Oktober 1945, para pemuda berhasil menguasai kembali obyek-obyek vital yang sebelumnya diduduki sekutu.