Find Us On Social Media :

Diduga Bunuh Maradona, Dokter Pribadi Sang Legenda Sepak Bola Dunia Digrebek Sampai Menangis di Depan Banyak Orang, Dokumen Ini Langsung Disikat Polisi untuk Ungkap Segala Dugaan Kejahatannya

Dokter Pribadi Maradona diduga melakukan pembunuhan

Masih mengutip dari TyC Sports, Diego Maradona yang gantung sepatu pada 1997 sebenarnya sudah keluar masuk rumah sakit sejak 2015 untuk menjalani operasi.

Pada 2015, Maradona dilaporkan menjalani operasi bypass lambung karena ia menderita berat badan berlebih.

Kemudian, pada 2019, Maradona dua kali harus masuk rumah sakit.

Pertama, ia dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami pendarahan lambung, 4 Januari 2019.

Setelah itu, ia masuk rumah sakit lagi pada bulan Juli karena merasakan sakit di lutut kanannya sehingga tidak bisa bergerak normal.

Baca Juga: Bak Ketiban Durian Runtuh, Pria dari Madura Ini Persunting 2 Wanita Sekaligus, Pamerkan Senyum Sembari Rangkul Kedua Istrinya yang Masih Muda Kinyis-kinyis hingga Netizen Tepok Jidat: Mau Aja sih Bininya!

Memasuki 2020, kondisi Diego Maradona semakin memburuk.

Tiga hari setelah merayakan ulang tahun yang ke-60, pemilik nama lengkap Diego Armando Maradona itu dilarikan ke rumah sakit.

Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter yang merawat Maradona mengungkapkan bahwa ia mengalami pembekuan darah di otak atau biasa disebut subdural hematoma.

Tim dokter yang dipimpin oleh Dr Leopoldo Luque kemudian melakukan operasi terhadap Maradona pada Selasa (3/11/2020) dan berjalan lancar.

Setelah sembuh dari operasi subdural hematoma, Maradona dikabarkan tinggal di sebuah rumah di Tigre, Buenos Aires.

Namun, kabar duka datang pada Rabu (25/11/2020) malam WIB.

Baca Juga: Buat Netizen Tercengang, Krisdayanti Mendadak Singgung Orang-orang yang Memusuhinya dengan Kalimat Bijak: Luar Biasa Mbak

Diego Maradona meninggal dunia diduga karena serangan jantung.

Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Dokter Pribadi Maradona Menangis Ditangkap Polisi, Diduga Bunuh Diego Maradona Secara Tidak Sengaja.

(*)