Anggota DPRD DKI Walk Out Berjamaah Saat Fraksi PSI Bicara, Formappi: Semakin Kelihatan Nafsu Besar untuk Mendapat Tunjangan Fantastis

Selasa, 15 Desember 2020 | 19:25
Kompas.com/Sonya Teresa

Ilustrasi: suasana rapat paripurna DPRD DKI Jakarta, pada Jumat (27/11/2020).

Gridhot.ID -Aksi walk out ramai-ramai terjadi saat rapat paripurna DPRD DKI Jakarta, Senin (14/12/2020).

Seluruh anggota DPRD DKI selain Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) meninggalkan ruang rapat paripurna.

Para anggota dewan walk out saat PSI akan membacakan pandangan umum fraksi terhadap Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi.

Baca Juga: Tanggapi Ahok yang Geram Lantaran Isu Kenaikan Gaji Anggota Dewan, Wakil Ketua DPRD DKI: Nggak Usah Ngamuk-ngamuk, Tanya Dulu Kesini

Kronologi

Aksi tersebut bermula saat Ketua Fraksi PSI DPRD DKI Jakarta Idris Ahmad akan membacakan pandangan umum fraksinya.

Namun, anggota DPRD DKI Jamaludin melakukan interupsi. Ia menanyakan apakah pandangan umum yang akan dibacakan telah disetujui oleh DPW PSI DKI Jakarta.

Sebab sebelumnya, Fraksi PSI menyetujui rancangan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) DPRD DKI. Namun, hal tersebut lalu dibantah oleh DPW PSI.

Jika pandangan Fraksi PSI tidak disetujui DPW PSI Jakarta, Jamaludin menyatakan tidak bersedia mendengarkan pandangan umum yang akan dibacakan tersebut.

"Tidak terjadi apa yang sudah disepakati (RKT), tidak diakui oleh partainya. Kalau memang tidak (diakui), saya tidak akan bersedia mendengarkan. Saya akan keluar," kata Jamaludin di ruang rapat paripurna Gedung DPRD DKI Jakarta, Senin (14/12/2020) dikutip dari Kompas.com.

Pernyataan Jamaludin diakhiri dengan tepuk tangan dari anggota Dewan yang hadir.

Baca Juga: DPRD DKI Jakarta Minta Naik Gaji di Tengah Pendemi Covid-19, Ahok: Kalau Mau Jagoan, Harusnya Minta Turun

Jamaludin lalu meninggalkan ruang rapat paripurna. Sesaat setelah ia keluar, anggota dewan dari semua fraksi selain PSI rupanya turut meninggalkan ruang rapat.

Masuk Ruang Rapat Paripurna Kembali

Aksi walk out tak berjalan hingga selesainya rapat paripurna. Sesaat setelah Idris rampung membacakan pandangan umum Fraksi PSI, para anggota dewan yang sebelumnya keluar kembali memasuki ruangan.

Ketika anggota DPRD DKI dari Fraksi Nasdem Jupiter mulai menyatakan pandangan umum fraksinya, para anggota DPRD yang walk out kembali menduduki kursi mereka.

Saat dihubungi secara terpisah, Jamaludin menjelaskan, aksi walk out ini bukan merupakan sikap partai, melainkan merupakan keputusan pribadi.

"Saya di sini mewakili rakyat, bukan mewakili partai. Namanya saya keluar ya mungkin mereka juga (mengikuti)," ujar Jamaludin.

Keputusan Pribadi, Tak Ada Kesepakatan Walk Out

Dia berujar, aksi walk out dilakukan tanpa ada kesepakatan dengan anggota lain terlebih dahulu.

Baca Juga: Duduk di Kursi DPRD DKI Jakarta, Tina Toon Sindir Nadiem Makarim, Tak Setuju dengan Wacana Pendidikan Jarak Jauh Bakal Permanen: Semua Dibayarin Mas Menteri?

"Tidak, jadi ini tidak ada kesepakatan. Ini murni saya aja. Karena saya sudah kecewa dengan sikap-sikap seperti itu, apalagi ada bahasa bahwa DPRD ini merampok uang rakyat," kata dia.

Jamaludin menambahkan, dia tidak berencana untuk selalu melakukan aksi walk out saat Fraksi PSI membacakan pandangannya.

Aksi ini, sebut dia, bukan merupakan sikap partai, melainkan keputusan pribadi.

"Bukan Golkar, saya pribadi. Ini adalah keputusan saya sebagai anggota Dewan, bukan perwakilan partai," kata Jamaludin.

PSI Dinilai Inkonsistensi

Jamaludin mengaku, aksi ini dilakukan lantaran ia tidak menyukai inkonsistensi PSI. Masalah ini bermula saat pembahasan RKT DPRD DKI Jakarta.

Saat itu, PSI disebut telah menandatangani daftar hadir dan tidak menyatakan keberatan terhadap rancangan anggaran yang dibahas.

Namun, hasil pembahasan anggaran tersebut dibantah oleh DPW PSI.

Baca Juga: 10 Lembaga Sudah Dipangkas, Jokowi Disebut Masih Berpeluang Bubarkan Institusi Lain, Menpan RB: Akan Kita Coba Ajukan ke DPR

"Dia sudah menandatangani absensi, daftar hadir, tidak menyatakan keberatan ketika ditanya, tiba-tiba hal ini dibantah oleh DPW-nya. Ini kan tidak konsisten," kata Jamaludin.

Dengan adanya polemik ini, politisi dari Partai Golkar ini mengatakan, anggota DPRD DKI Jakarta disebut telah merampok uang rakyat.

"Apalagi ada bahasa bahwa DPRD ini merampok uang rakyat. Saya tersinggung, saya (katanya) ngerampok, siapa yang saya rampok? Kalau dia berani, ngomong sendiri sini, jangan di media," kata Jamaludin.

Dianggap Bentuk Koreksi PSI

Menurut Wakil Ketua DPRD DKI Mohamad Taufik, aksi walk out8 dari9 fraksi DPRD DKI saat Fraksi PSI membacakan pandangan adalah sebagai bentuk koreksi.

Dia menilai, aksi walk out tersebut adalah sebuah koreksi terhadap Fraksi PSI yang dinilai masih belum mengerti apa fungsi sebuah fraksi.

"Itu kan bagian dari koreksi terhadap PSI yang ternyata PSI enggak paham juga fungsi fraksi itu apa," kata Taufik

Baca Juga: Diduga Kuat Ikut Gunakan Uang Korupsi untuk Beli Barang-barang Bermerek, Inilah Sosok Iis Rosita Dewi, Istri Edhy Prabowo yang Kini Duduki Kursi DPR RI

Bukan hanya soal RKT

Taufik membantah aksi walk out anggota dewan saat Fraksi PSI membacakan pandangan dikarenakan RKT 2021 yang batal naik.

Ia mengatakan, banyak kelakuan PSI yang membuat gerah anggota dewan karena dinilai tidak konsisten memberikan suara.

"Macam-macam (kasusnya), jadi nanti kan kita enggak mau bahwa ketika di dalam dia sepakat, tiba-tiba besoknya bunyinya lain (tidak sepakat)," kata dia.

Taufik menjelaskan, Fraksi PSI tidak memahami bahwa fungsi dari fraksi adalah kepanjangan tangan partai sehingga apa yang semestinya disampaikan fraksi adalah pemikiran partai.

Itulah sebabnya, suara yang dikeluarkan anggota dewan dari Fraksi PSI semestinya sesuai dengan suara partai dan tidak berubah-ubah, terutama saat pembahasan kenaikan tunjangan dalam RKT 2021.

"Dalam ketentuan dalam UU fraksi adalah kepanjangan tangan partai karenanya sebenarnya suara fraksi, suara yang dikeluarkan oleh fraksi di lingkungan Dewan itu seharusnya menjadi suara partai, kan (yang dilakukan PSI) ini beda," kata dia.

Baca Juga: Beda dengan Pengakuan Irjen Napoleon, Pihak Tommy Sumardi Bantah 'Jual' Nama Kabareskrim dan Wakil Ketua DPR, Eks Kadivhubinter Hanya Karang Cerita?

Tanggapan PSI

Menanggapi hal ini, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PSI Jakarta Michael Victor Sianipar mengaku tidak ambil pusing dengan aksi WO yang dilakukan8 fraksi lain dan tetap berkomitmen untuk menjaga kepentingan rakyat.

"Apa pun yang terjadi, kami akan terus menyuarakan kepentingan rakyat," kata Michael.

Michael mengatakan, aksi tersebut diartikan PSI sebagai bentuk kritik dari fraksi lain kepada Fraksi PSI.

Peristiwa tersebut, kata Michael, merupakan bentuk konsekuensi politik atas pilihan PSI ketika bermanuver membuat pilihan berbeda dari kebanyakan fraksi lainnya.

"Tentunya pilihan yang diambil kami kemarin akan membawa konsekuensi secara politik. Kami menghargai sikap dari rekan-rekan yang lain sebagai bentuk kritik terhadap kami," kata dia.

Sikap Kekanak-kanakan

Sementara itu, peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) menilai para anggota DPRD DKI telah menunjukkan sikap yang kekanak-kanakan.

"Cara fraksi-fraksi DPRD DKI menyikapi PSI dengan kompak walk out sebelum pembacaan pandangan PSI pada rapat paripurna DPRD tentu saja terlihat kekanak-kanakan. Apalagi keputusan untuk walk out itu dilakukan sebelum mendengarkan apa yang menjadi sikap PSI," kata Lucius kepada Kompas.com, Senin.

Lucius menilai, sikap para anggota DPRD DKI itu semakin menunjukkan bahwa selama ini mereka memang berkomplot untuk berupaya menaikkan gaji dan tunjangan melalui Rencana Kerja Tahunan 2021.

Namun, rencana mereka terhalang oleh sikap PSI yang menolak kenaikan gaji. Akibatnya, mereka kompak melampiaskan kekesalannya pada PSI.

Baca Juga: Ada Eks Ajudan Presiden Jokowi, Ini Daftar 14 Jenderal yang Disebut Jadi Calon Pengganti Kapolri Idham Aziz, Siapa yang Paling Berpeluang?

"Semakin kelihatan bahwa kekompakan fraksi-fraksi dalam menyepakati RKT adalah sesuatu yang dilakukan secara sadar dan penuh nafsu besar untuk mendapatkan tunjangan fantastis," katanya.

Ia juga mempertanyakan alasan fraksi di DPRD DKI perlu keroyokan untuk menghadapi fraksi kecil seperti PSI.

Padahal, PSI partai baru dan hanya memiliki total8 kursi di Kebon Sirih. Suara PSI sebenarnya dengan mudah bisa diabaikan dan fraksi lain tidak perlu sampai melakukan aksi protes berupa walk out dari ruang sidang.

Namun, ia menduga hal ini memang bentuk spontan karena kekecewaan mereka batal naik gaji dan tunjangan.

"Fraksi-fraksi stres dengan kekencangan PSI yang jujur menyampaikan ke publik (kenaikan soal gaji dan tunjangan). Dan ekspresi stres itu yang tampaknya memicu kekompakan fraksi-fraksi untuk sama-sama meninggalkan ruang sidang hingga PSI sendirian di ruangan," ujarnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas TV dengan judul: "Anggota DPRD DKI Walk Out Buntut Batal Naik Gaji hingga Dianggap Kekanak-kanakan."

(*)

Tag

Editor : Candra Mega Sari

Sumber Kompas TV