GridHot.ID - Sempat viral sebuah foto beberapa jenazah yang sedang disholatkan dengan dibungkus daun pisang.
Jenazah-jenazah tersebut terlihat dibungkus daun pisang dengan di atasnya diselimuti sarung tanpa kain kafan.
Rupanya foto jenazah tersebut adalah korban gempa di Mamuju, Sulawesi barat.
Namun, foto jenazah pakai daun pisang tanpa kain kafan itu dibantah oleh warga Mamuju sendiri.
Foto tersebut salah satunya diunggah oleh akun Instagram resmi @actforhumanity pada Sabtu (16/1/2021).
Dalam unggahan foto itu terdapat sejumlah orang sedang menyalatkan lima jenazah yang dituliskan dibungkus daun pisang dan atasnya ditutupi sarung.
Foto itu merupakan sebuah tangkap layar dari WhatsApp seseorang.
Dituliskan, 'Betulan kah ini om? le betulan temanku di sana. Kain kafan tidak ada, pake daun pisang korban di Mamuju'
Namun, dalam komentar unggahan tersebut, salah satu warga Mamuju membantahnya.
@nathala***ran: Maaf in hoax, itu bukan daun pisang, cuma plastik yang memang warnanya hijau. Itu dibungkus dengan plastik untuk menghindari mayatnya basah yang sebelumnya sudah dikafani.
Mungkin sebelum menyebar berita ada baiknya diperjelas dahulu.
Kami dari masyarakat Mamuju sendiri.
Lalu unggahan itu pun akhirnya diklarifikasi dalam akun tersebut.
"Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Begini kondisi shalat jenazah di tenda pengungsian di Mamuju. Setelah mendapat informasi dari warga Mamuju, perlu kami sampaikan, bahwa warna hijau yang menyelimuti jenazah bukanlah daun pisang, melainkan plastik yang berwarna hijau," tulis akun tersebut.
"Plastik ini digunakan oleh warga Mamuju khususnya, untuk mencegah jenazah basah karena terkena air," tambahnya.
Bagaimanapun kondisnya, lanjutnya keadaan ini sungguh sangat memprihatinkan.
Sementara itu, para penyintas gempa lainnya turut menyolatkan di tenda darurat, dengan segala keterbatasan.
"Hingga kini, bantuan logistik pun masih sulit didistribusikan, mengingat terputusnya akses jalan lintas Sulawesi. Tim ACT dari Makassar dan juga Palu masih terus berusaha mencapai titik-titik lokasi pengungsian," katanya.
Sementara itu, para penyintas gempa kini masih bertahan di tenda-tenda pengungsian.
Mereka tak berani kembali ke rumah karena takut akan gempa susulan, dan beberapa dari mereka telah kehilangan rumah karena runtuh akibat guncangan.
"Saat ini, bantuan logistik berupa makanan, selimut, perlengkapan kebersihan, perlengkapan bayi dan lainnya sangat dibutuhkan oleh saudara-saudara kita di sana," jelasnya.
Untuk itu, kamu dapat menyalurkan bantuanmu melalui posko berikut:
Posko Kemanusiaan Peduli Gempa Sulbar :
Makassar (Posko Induk) :- Jl. Sultan Alauddin Plaza Ruko BB No.11 Makassar, Telp 0411 898 6113 / 0821 9224 1414
Palu (Posko Induk) :- Jl. Jenderal Basuki Rahmat No.71, Tatura Utara, Telp 0451 820 5300 / 0813 9852 1206
Mamuju (Posko Wilayah) :- Jl. Kurungan Bassi No. 18, Telp 0812 2233 508
Atau melalui indonesiadermawan.id/GempaMajene
Risma Minta Warga Menjauh dari Pantai
Gempa susulan diprediksi akan terjadi di wilayah Sulawesi Barat (Sulbar).
Oleh karena itu, Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini atau Risma meminta warga Sulawesi Barat agar menghindari tepi pantai untuk mengantisipasi gempa susulan tersebut.
Informasi gempa susulan itu menurut Risma disampaikan oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
"Kemarin sebelum kesini saya telepon Kepala BMKG menanyakan kemungkinan apakah akan ada gempa susulan dan ia menjawab akan ada gempa susulan. Nah permasalahannya adalah gempa susulan itu apakah besar atau tidan dan bisa menimbulkan tsunami itu yang belum bisa di prediksi karena itu saya himbau warga hindari pantai," kata Risma di Sulbar, dalam siaran tertulis yang diterima Warta Kota, Sabtu (16/1/2021).
Risma sendiri pagi ini juga merasakan adanya gempa susulan saat meninjau fasilitas bandara guna memastikan angkutan logistik bantuan tidak terganggu.
"Ini kita masih rasakan gempa susulan dan menghindari bangunan," tambah Risma.
Selain memastikan kelancaran bantuan logistik, Risma juga tegaskan adanya bantuan tenaga kesehatan yang tiba di Sulbar untuk menangani korban yang berada di rumah sakit regional dan pusat.
"Pagi ini mereka akan dateng guna membantu pengobatan," jelas Risma.
Akses Darat Terputus
Akses darat menuju lokasi bencana di Mamuju, Sulbar masih terputus akibat longsor di sejumlah titik.
Untuk itu, sangat menyulitkan distribusi bantuan logistik dari wilayah sekitar.
Tidak hanya itu, sebanyak 43 orang tim terpadu yang terdiri dari Kemensos, BNPB, Kemenkes, Kementerian Permberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang masuk melalui bandara Hasannudin Makasar melanjutkan dengan jalan darat, telah melakukan perjalanan selama 8 jam tiba di kota Polowali Mandar belum bisa sampai ke kota Mamuju.
Sejumlah relawan dan TNI Polri terus melakukan pembersihan jalan yang tertimbun longsor di sejumlah titik jalan trans Sulawesi.
Menurut pengakuan salah satu Tim dari Kemensos, Alek Triyono bahwa sepanjang malam hujan terus tidak berhenti membuat perjalanan tim tidak bisa cepat dan harus beberapa kali terhenti.
Setibanya di Polman, tum istirahat dan berkoordinasi dengan BNPB, akhirnya diputuskan melanjutkan perjalanan dengan helikopter milik BNPB yang sudah standby di Mamuju.
Data Badan Penanggulangan Bencana Nasution mencatat sebanyak 43 orang meninggal dunia akibat gempa di Sulbar.
Korban paling banyak ada Kabupaten Mamuju.
Baca Juga: Luluh Lantakkan Bangunan, Kebakaran Hebat Bak Gempa Gegerkan Warga Inggris, Ada Apa?
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan korban tewas di Mamuju ada 34 orang.
Sembilan korban tewas lainnya ada di Kabupaten Majene.
Dua wilayah di Sulbar ini jadi wilayah terparah akibat gempa bumi.
Butuh 2 Jam
Hingga Jumat (15/1/2021) malam korban gempa bumi di Sulawesi Barat tercatat menjadi sebanyak 42 orang.
Nah proses evakuasi dua orang korban meninggal dunia diantaranya dibutuhkan hingga waktu dua jam.
Basarnas dan Tim SAR gabungan terus berupaya mencari korban yang terperangkap reruntuhan bangunan akibat gempa 6,2 magnitudo di Mamuju, Sulawesi Barat.
Pada pukul 19.18 waktu setempat, Tim SAR gabungan berhasil melakukan evakuasi dua korban.
"Basarnas Palu bersama tim SAR gabungan melakukan evakuasi terhadap dua korban yang terjebak di reruntuhan bangunan Jalan Abdul Wahab Kabupaten Mamuju," kata Kabag Humas Basarnas Yusuf Latief, Jumat, (15/1/2021).
Banyaknya reruntuhan menyebabkan proses evakuasi memakwan waktu.
Setelah kurang lebih dua jam tim SAR Gabungan berhasil mengevakuasi dua korban dalam keadaan meninggal yakni atas nama Suranto dan Nurfaidah pada pukuk 19.18 WITA.
Proses evakuasi dilakukan di bawah guyuran hujan dan terbatasnya pencahayaan.
"Keduanya dibawa ambulance menuju RS Bhayangkara Mamuju untuk proses selanjutnya," katanya.
Sebelumnya Korban meninggal dunia akibat gempa 6,2 magnitudo yang menggunacang Mamuju, Sulawesi Barat kembali bertambah.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 15 Januari 2021 pada pukul 20.00 WIB, korban meninggal dunia tercatat sebanyak 42 orang.
"Dengan rincian 34 orang meninggal dunia di Kabupaten Mamuju dan delapan orang di Kabupaten Majane," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati, Jumat, (15/1/2021).
Selain itu berdasarkan data Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB kerusakan yang terjadi akibat gempa tersebut yakni Rumah Sakit Mitra Manakarra dengan kategori rusak berat
Juga RSUD Kabupaten Mamuju rusak berat serta Pelabuhan Mamuju dan Jembatan Kuning di Takandeang, Tapalang Mamuju mengalami kerusakan.
"Sedangkan pada Kabupaten Majene 300 unit rumah rusak yang masih dalam proses pendataan hingga rilis ini disiarkan," katanya.
Raditya mengatakan terdapat tiga rumah sakit yang saat ini aktif memberikan pelayanan kedaruratan di Mamuju, antara lain RS Bhayangkara, RS Regional Provinsi Sulawesi Barat dan RSUD Kabupaten Mamuju.
"Sebagian wilayah di Kabupaten Mamuju sudah dapat dialiri listrik dan sebagian lainnya masih mengalami gangguan. Kabupaten Majene masih dilakukan proses perbaikan arus listrik sehingga seluruh wilayah masih dalam keadaan padam," tuturnya.
BPBD Kabupaten Majene, Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Polewali Mandar menurut Raditya masih melakukan pendataan dan mendirikan tempat pengungsian serta berkoordinasi dengan TNI - Polri, Basarnas, relawan dan instansi terkait dalam upaya pencarian para korban terdampak gempa tersebut.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan gempa susulan masih akan terjadi.
"Untuk itu BNPB mengimbau masyarakat untuk selalu waspada terkait adanya potensi gempa susulan dan selalu mengikuti informasi resmi yang tersedia melalui BMKG dan portal InaRisk untuk mengetahui potensi risiko bencana yang ada disekitar tempat tinggal," katanya.
Doni dan Risma ke Mamuju
Kepala BNPB Doni Monardo bersama Menteri Sosial Tri Rismaharini melakukan peninjauan langsung ke lokasi terdampak gempa bumi di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat sesuai dengan arahan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.
Presiden turut memerintahkan Kepala BNPB, Menteri Sosial, Kepala Basarnas, Panglima TNI dan Kapolri beserta jajarannya untuk segera melakukan langkah-langkah tanggap darurat, mencari dan menemukan korban serta korban serta melakukan perawatan kepada korban yang mengalami luka-luka.
BNPB telah mendistribusikan bantuan dalam penanganan bencana gempa bumi di Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Majene
Antara lain mengerahkan empat helikopter dalam mendukung penanganan darurat, 8 set tenda isolasi, 10 set tenda pengungsi, 2.004 paket makanan tambahan gizi, 2.004 paket makanan siap saji, 1.002 paket lauk pauk, 700 lembar selimut, 5 unit Light Tower, 200 unit Velbed
Kuga 500 paket perlengkapan bayi, 500.000 pcs masker kain, 700 pak mie sagu dan 30 unit Genset 5 KVA.
Data Pusat Pengendali Operasi BNPB per 15 Januari 2021, pukul 08.00 WIB, mencatat sekitar 637 warga mengalami luka-luka dan 3.000 lainnya mengungsi di Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat.
BPBD setempat terus melakukan pendataan dan kaji cepat di lapangan.
Sedangkan kerusakan bangunan di Kabupaten ini mencakup 62 unit rumah rusak, 1 unit puskesmas rusak berat, 1 kantor danramil Maluda rusak berat, jaringan listrik padam, komunikasi selular tidak stabil dan longsor 3 titik sepanjang jalan poros Majene – Mamuju.
Waspada Gempa Susulan
Saat ini masyarakat harus mewaspadai adanya potensi gempa susulan di Sulawesi Barat (Sulbar).
Tidak hanya berpotensi gempa susulan, tetapi juga potensi longsor bawah laut hingga tsunami di wilayah Sulbar.
Diketahui, gempa berkekuatan 6,2 magnitudo membuat jumlah korban gempa Sulawesi Barat terus bertambah.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Barat menginformasikan ada 27 korban gempa yang meninggal dunia.
Sementara, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, membenarkan terkait potensi gempa susulan.
Dwikorita Karnawati, mengatakan, gempa susulan tersebut bisa berkekuatan sama atau bahkan lebih kuat lagi.
"Perlu kami sampaikan pula bahwa pertama tadi adalah masih ada potensi gempa susulan berikutnya yang masih kuat."
"Bisa mencapai kekuatan yang seperti tadi sudah terjadi 6,2 atau sedikit lebih tinggi lagi," kata Dwikorita dalam konferensi pers pada Jumat (15/1/2021).
Ia juga menyebut, gempa susulan yang berpusat di pantai bisa berpotensi menimbulkan gelombang tsunami.
Bahkan, bisa juga menimbulkan longsor bawah laut seperti yang terjadi di Palu pada 2018 lalu.
Hal itu lantaran kondisi batuan di wilayah tersebut sudah diguncang hingga 28 kali.
"Nah dan itu karena kondisi batuan digoncang dua kali bahkan 28 kali, sudah rapuh dan pusat gempa ada di pantai."
"Nah memungkinkan untuk terjadinya longsor ke dalam laut atau longsor bawah laut."
"Sehingga masih atau dapat pula berpotensi terjadi tsunami apabila ada gempa susulan berikutnya dengan pusat gempa di pantai atau di pinggir laut," katanya, dikutip dari tayangan Kompas TV, Jumat (15/1/2021).
Kendati demikian, ia mengimbau agar masyarakat di Majene tetap tenang terkait adanya potensi gempa susulan itu.
Ia menyarankan agar warga yang berada di wilayah gempa untuk menjauhi bangunan.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Viral Foto Jenazah Disalatkan hanya Pakai Daun Pisang tanpa Kafan,ini Kata Warga Korban Gempa Mamuju
(*)