Find Us On Social Media :

Nasibnya Tak Semujur Desa Miliarder di Tuban, Warga di Daerah yang Berjarak 3 Jam dari Dusun Sumurgeneng Ini Justru Harus Menderita Lebih dari 1 Dekade, Harus Hidup Terseok-seok Gara-gara Lumpur Lapindo

Desa Sumurgeneng membeli mobil beramai-ramai - Seorang pria berziarah kubur di tanggul penahan lumpur

Lumpur Lapindo hanya berjarak sekitar 3 jam dari Desa Sumurgeneng, namun bak nasibnya berbanding terbalik, warga korban Lumpur Lapindo justru harus menderita dalam waktu yang lama.

10 tahun lumpur Lapindo menyembur di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur lalu, kepulan asap putih yang membubung di udara menandakan semburan masih aktif.

Tak ada yang tahu kapan berhenti, tetapi miliaran meter kubik lumpur yang dikeluarkan telah membuat banyak perubahan dan mencerminkan sikap masyarakat, negara, dan Lapindo terhadap bencana.

Baca Juga: Dihantar Bareng-bareng Pakai Truck Showroom, Desa di Tuban Mendadak Viral Usai Warganya Borong Ratusan Mobil Bersamaan, Berikut Penjelasan Kepala Desa

Harwati (40) duduk di dalam gubuk di atas tanggul kolam lumpur Lapindo titik 21 Desa Siring, Kecamatan Porong, Kamis (26/5/2016).

Seraya menunggu pengunjung, korban lumpur yang bekerja sebagai tukang ojek sepeda motor di kawasan semburan itu menyantap sebungkus nasi berlauk mujair asap.

Asap lumpur Lapindo yang berbau menyengat dan tidak sedap tak mengendurkan selera bersantap Harwati. Berbagi dengan Sudarwati (35), sesama tukang ojek, dia melalap makanannya hingga tandas.

Baca Juga: Warganya Berbondong-bondong Beli Mobil Mewah Usai Jual Tanah, Pak Kades di Tuban Ini Justru Dihantui Kekhawatiran, Uang Miliaran Malah Tak Diinvestasikan

Mujair asap khas Desa Penatarsewu, tetangga Desa Siring itu, memang terkenal gurih.

"Hari ini sepi pengunjung. Ojekan juga sedikit sehingga tak semua tukang ojek dapat giliran. Saya sudah dua hari belum dapat uang. Nasi bungkus ini traktiran teman," ucap janda dua anak itu.