Selain sebagai korban lumpur, Harwati juga dikenal sebagai calo ganti rugi di desanya. Tugasnya menekan korban lain agar mau melepas tanah dan rumahnya dengan harga terendah.
Biasanya korban ditakuti dengan tidak akan dibayar kalau tidak nurut.
Calo-calo seperti Harwati bergerilya dari lingkungan rumah tangga, RW, desa, kecamatan, kabupaten, hingga pemerintah pusat.
Mereka tega memanfaatkan derita tetangga, orangtua, dan saudara demi memperkaya diri.
"Waktu itu calo-calo diperlakukan istimewa oleh Lapindo," kata Harwati.
Keistimewaan lain, pembayaran ganti rugi aset para calo ini langsung dilunasi. Perlakuan itulah yang menggoda Harwati. Dia pun akhirnya berhenti jadi calo setelah rumah orangtuanya dilunasi dan mereka bisa membeli tanah di Desa Candi Pari, Porong.
"Lebih baik kerja ngojek, uangnya berkah dimakan anak saya, meski hasilnya pas-pasan, paling banyak Rp 1,2 juta per bulan," ujar perempuan yang akhirnya memilih berjuang bersama korban lumpur tersebut.
Bencana selalu mengakibatkan perubahan sosial di masyarakat. Namun, bencana akibat lupa memasang casing atau selubung bor saat mengebor di sumur Banjar Panji 1 milik Lapindo Brantas Inc itu menyebabkan perubahan sosial yang luar biasa.