NA menceritakan, dirinya tak bisa membayangkan apabila tak minum obat saat itu.
Selain perasaannya sedang tak karuan dan tertekan, kondisi badannya sedang kurang sehat.
"Kalau tidak minum obat, mungkin tidak bisa sekuat tadi.
Saya tertekan karena ingat kerap mendapat ancaman dari pihak sana," ucapnya.
Perasaan makin tak karuan, kata NA, makin terasa ketika memasuki ruang pemeriksaan Unit PPA.
"Isi hati dan pikiran makin campur aduk di dalam ruang itu.
Membayangkan apa yang sudah saya alami," imbuhnya.
Ia mengatakan, usai menerima kekerasan sebenarnya ia memiliki niat untuk visum.
Namun, kata dia, perasaan takut terlalu kuat. Niat itu terpaksa ia urungkan.
"Sebenarnya saya sampai berdarah dan sakit. Tapi, itu semua saya sembunyikan dari keluarga."
"Seolah-olah saya baik-baik saja. Ya, apa lagi kalau bukan karena takut," kata NA.