"Ini bukan milik PT Pertamina tapi ini milik ESDM, jadi harus digarisbawahi. Ini milik Kementerian ESDM bukan milik PT Pertamina," kata Caya.
Dirinya menuturkan, dugaan sementara penyebab kejadian tersebut karena faktor alam.
Sebab, sumur minyak tersebut berumur tua, yakni eksplorasinya pada masa pemerintahan kolonial Belanda (Hindia Belanda).
"Ini muncul lagi karena pengaruh alam, karena ini sumurnya sumur tua zaman kolonial Belanda. Jadi, waktu akhir Desember itu sempat keluar semburan tapi semburannya waktu itu keluar lumpur, sama gas, sama air," ujar dia.
Sementara itu, Kepala Seksi Pemerintahan (Kasi Pemerintahan) Desa Sukaperna, Sulkhin Nurdin, mengungkapkan, api tersebut muncul sudah dua minggu lalu dan dibiarkan masyarakat.
Menurutnya hingga Sabtu pukul 19.00 WIB, kobaran api di sumur eksplorasi tersebut masih menyala dan sedikit berbau gas, jika mendekati lokasi.
Ia juga meminta pemerintah setempat segara menangani.
Sulkhin mengatakan, "Takut terjadi seperti di Balongan itu, terjadi ledakan kemudian api membesar memberi dampak kepada warga sekitar. Kami mau pemerintah setempat turun tangan."