Find Us On Social Media :

Bertumpah Darah Bantai Puluhan Kerbau, Inilah Tradisi Unik 'Bebantai' Masyarakat Jambi untuk Sambut Ramadhan, Berikut Sejarahnya yang Simpan Banyak Filosofi

Tradisi Bebantai, saat puluhan kerbau disembelih dan disaksikan ratusan penduduk asli suku ini, bagi-bagi daging tidak saat Lebaran Haji

Dilansir Intisari dari Jurnal Kontekstualita Vol 29 No 1 Tahun 2014, Al Husni dari Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Maulana Qori Bangko menuturkan, bebantai adalah kegiatan memotong kerbau atau sapi dalam menyambut bulan suci Ramadhan.

Hampir seluruh desa yang ada di Kabupaten Merangin melaksanakan tradisi bebantai ini.

Bebantai jadi cara masyarakat untuk senantiasa bersyukur terhadap nikmat dari Allah dan melaksanakan puasa sebulan penuh selama Ramadhan.

Baca Juga: Baru 3 Bulan Lalu Rombak Menteri, Jokowi Sudah Bersiap untuk Reshuffle Kabinet Lagi, Survei Ini Bongkar Nama-nama yang Layak Dicopot

Sisi lain dari bebantai, selain memenuhi kebutuhan daging masyarakat, tradisi ini membuat harga daging tidak melonjak di pasaran, bahkan lebih murah.

Penyumbang kerbau dalam tradisi bebantai adalah individu, perkumpulan masyarakat dan pengurus masjid.

Pelaksanaan tradisi ini sudah direncanakan dengan baik sejak awal tahun.

Bebantai dilanjutkan dengan makan busamo (makan secara bersama-sama).

Baca Juga: Kenang Masa-masa Susah, Anang Hermanysah Lantang Sebut Mereka yang Penghasilannya Rp 100.000 Per Bulan Sama Pusingnya dengan yang Rp 100 Miliar: Kita Nggak Ada yang Beda!

Kemudian tradisi beduen (memanjatkan doa menghadapi puasa Ramadhan) dan melepas ayam (kegiatan berzikir dengan tujuan mendapatkan kesehatan dan terhindar dari bala bencana selama puasa Ramadhan).

"Bebantai tradisi yang dilakukan pagi sampai siang hari. Sorenya, masyarakat secara bersama-sama bersih desa dengan membersihkan rumah dan pekarangan, masjid, membersihkan makam keluarga dan lainnya," kata Ikhsan.