Find Us On Social Media :

Bertumpah Darah Bantai Puluhan Kerbau, Inilah Tradisi Unik 'Bebantai' Masyarakat Jambi untuk Sambut Ramadhan, Berikut Sejarahnya yang Simpan Banyak Filosofi

Tradisi Bebantai, saat puluhan kerbau disembelih dan disaksikan ratusan penduduk asli suku ini, bagi-bagi daging tidak saat Lebaran Haji

Gridhot.ID - Setiap menyambut bulan Ramadhan banyak tradisi-tradisi unik yang dilakukan di penjuru negeri.

Salah satunya adalah tradisi unik Bebantai.

Melansir dari Kompas.com,tradisi ini dilakukan di Pangkalan Jambu, Kabupaten Merangin, Jambi.

Sabtu 10/4/2021 kemarin meski mendung, ratusan orang berkumpul mengelilingi badai.

Baca Juga: Positif Covid-19 Sebelum Jalani Proses Persalinan, Kondisi Terkini Nadya Mustika dan Bayinya Dibongkar Kembaran Rizki DA, Ridho DA: Mudah-mudahan...

Belasan kerbau terikat kuat di sebuah tonggak dari batang pinang di tengahnya.

Lelaki yang kekar badannya menarik tali saat seorang pemuka adat memberi arahan.

Puluhan lelaki menyerbu, menarik, berteriak dan kerbau-kerbau telah siap untuk disembelih.

Baca Juga: Sok-sokan Jadi Pahlawan Bantu Ukraina dari Tekanan Rusia, AS Justru Dapat Gertakan Serius Negeri Beruang Merah: Kalian Musuh Kami!

Proses penyembelihan belasan kerbau secara bersama-sama dilakukan sepekan sebelum Ramadhan.

Warga Kecamatan Pangkalan Jambu menyebut kegiatan itu sebagai tradisi bebantai.

"Tradisi bebantai sudah turun temurun kalau mau puasa. Pasti semua orang ke balai, membantai belasan bahkan puluhan ekor kerbau," kata Ikhsan, seorang pemuda Pangkalan Jambu dilansir dari Kompas.com, Selasa (13/4/2021).

Ia mengatakan, bebantai kali ini hanya memotong 13 ekor kerbau.

Sebab, perekonomian warga sedang turun akibat pandemi yang terjadi sejak setahun terakhir.

Baca Juga: Blak-blakan, Bima Arya Sebut Kota Bogor Terganggu Saat Rizieq Dirawat di RS Ummi: Ini Bukan Persoalan Apapun...

Tradisi bebantai, menurut Ikhsan, dihadiri pemuka agama, pemuka adat dan tokoh masyarakat yang berpusat di balai, sebidang tanah kosong di belakang pasar.

"Setiap tahun sama.

"Tradisi bebantai dilakukan di balai atau dulu disebut pondok pekan puaso," kata Ikhsan.

Baca Juga: Dihadapan Anak Sambungnya, Nathalie Holscher Blak-blakan Ngaku Takut dengan Putri Delina Gara-gara Wajahnya yang Sinis: Dia yang Paling Susah Sumpah!

Setelah kerbau disembelih dan didoakan, daging diolah secara bergotong royong, kemudian dibagikan ke warga.

Dilansir Intisari dari Jurnal Kontekstualita Vol 29 No 1 Tahun 2014, Al Husni dari Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Maulana Qori Bangko menuturkan, bebantai adalah kegiatan memotong kerbau atau sapi dalam menyambut bulan suci Ramadhan.

Hampir seluruh desa yang ada di Kabupaten Merangin melaksanakan tradisi bebantai ini.

Bebantai jadi cara masyarakat untuk senantiasa bersyukur terhadap nikmat dari Allah dan melaksanakan puasa sebulan penuh selama Ramadhan.

Baca Juga: Baru 3 Bulan Lalu Rombak Menteri, Jokowi Sudah Bersiap untuk Reshuffle Kabinet Lagi, Survei Ini Bongkar Nama-nama yang Layak Dicopot

Sisi lain dari bebantai, selain memenuhi kebutuhan daging masyarakat, tradisi ini membuat harga daging tidak melonjak di pasaran, bahkan lebih murah.

Penyumbang kerbau dalam tradisi bebantai adalah individu, perkumpulan masyarakat dan pengurus masjid.

Pelaksanaan tradisi ini sudah direncanakan dengan baik sejak awal tahun.

Bebantai dilanjutkan dengan makan busamo (makan secara bersama-sama).

Baca Juga: Kenang Masa-masa Susah, Anang Hermanysah Lantang Sebut Mereka yang Penghasilannya Rp 100.000 Per Bulan Sama Pusingnya dengan yang Rp 100 Miliar: Kita Nggak Ada yang Beda!

Kemudian tradisi beduen (memanjatkan doa menghadapi puasa Ramadhan) dan melepas ayam (kegiatan berzikir dengan tujuan mendapatkan kesehatan dan terhindar dari bala bencana selama puasa Ramadhan).

"Bebantai tradisi yang dilakukan pagi sampai siang hari. Sorenya, masyarakat secara bersama-sama bersih desa dengan membersihkan rumah dan pekarangan, masjid, membersihkan makam keluarga dan lainnya," kata Ikhsan.

Sejarah bebantai

Peneliti sejarah dari Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dedi Arman menjelaskan, nama Kecamatan Pangkalan Jambu adalah Renah Sungai Kunyit.

Disebut demikian karena waktu ditemukan oleh Datuk Putih dan Datuk Mangkuto Rajo, terdapat banyak bijih emas.

Saat itu, Pangkalan Jambu masih ditutup hutan lebat, termasuk wilayah kekuasaan Depati Muara Langkap yang berkedudukan di Tamiai (Kerinci).

Baca Juga: Tanpa Pacaran, Gadis Bulukumba Ini Langsung Terima Pinangan Seorang Pria yang Melamarnya dengan 2 Keping Bitcoin, Setara dengan Rp 1,6 Miliar dan Dipercaya Bakal Naik Terus Harganya

Untuk meramaikan Renah Sungai Kunyit, kedua datuk membuat gelanggang tempat menyabung ayam.

Gelanggang semakin ramai. Untuk mencari modal menyabung, orang-orang yang datang dari berbagai penjuru negeri menambang emas dan bertani.

Pendatang baru banyak yang datang dan menetap.

Baca Juga: Bosnya Dihujat Seantero Negeri Demi Masuk TV Lagi, Mie Ayam Aldi Taher Justru Dapat Pujian Setinggi Langit dari Youtuber Kuliner: Masaknya dengan Sempurna Banget!

Mereka membuat rumah dan sawah.

Dengan ramainya pendatang yang memiliki perbedaan adat-istiadat, maka dibutuhkan undang-undang yang mengatur masyarakat Renah Sungai Kunyit.

Untuk menemukan undang-undang yang cocok, maka Datuk Putih dan Datuk Mangkuto Marajo bersama utusan Depati Muara Langkap melakukan sidang.

Kemudian diputuskan undang-undang adat Negeri Pangkalan Jambu adalah kombinasi dari undang-undang yang turun dari Minangkabau dan dari Jambi.

Inti dari aturan ini adalah wajah nan tigo dan pembetulan nan duo.

Untuk mengekalkan aturan tersebut, Datuk Putih dan Datuk Mangkuto Rajo mengundang semua tokoh.

Baca Juga: Ditinggal Kakak Jordi Onsu Demi Sarwendah, Artis Cantik Mantan Ruben Onsu Ini Ternyata Telah Diboyong Pengusaha Muda ke Luar Indonesia, Kondisiya di Negeri Paman Sam Akhirnya Terungkap

Peresmian hukum adat ini dipilih hari baik, yakni akhir bulan Sakban di Pondok Pekan Puaso.

Dalam jamuan besar itu, Datuk Putih dan Datuk Mangkuto Rajo memotong kerbau sebanyak 48 ekor.

Kegiatan tersebut terus terlaksana sampai sekarang dan mengalami perkembangan hingga menjadi tradisi bebantai.

Baca Juga: Menyesal Tinggal 8 Tahun di Amerika Meski Dapat Segala Fasilitas Mentereng, Cinta Laura Akui Saat Itu Sedang Melarikan Diri, Ini yang Buatnya Takut Tiap Kali Injakkan Kaki di Tanah Indonesia

Tradisi ini biasanya dilakukan sepekan sebelum bulan Ramadhan.

"Sampai sekarang, daerah seperti Kecamatan Pangkalan Jambu, Sungai Manau, Batangasai dan Rantau Panjang masih melaksanakan tradisi bebantai," kata Dedi Arman.(*)