Namun untuk para pekerja, Baim Wong tampaknya berniat untuk mengganti seluruh pekerjanya.
Sebab selama enam bulan, Baim Wong sudah merogoh kurang lebih Rp 600 juta hanya untuk membayar pekerja bangunan.
Dan hasilnya, rumah impiannya belum selesai, bahkan pondasinya saja belum terpasang.
"Beton masih bisa diakalin, masih bisa selamet," pungkas Baim Wong.
"Yang enggak bisa selamet itu pekerja ini, seminggu itu tahu berapa ? Seminggu itu Rp 25 juta," sambungnya.
"Yang kerja ada ?" tanya Pak Slamet.
"Ada 39 orang yang kerja. Sehari Rp 150 ribu. Hitungin aja," ujar Baim Wong.
Kembali bercerita, Baim Wong mengaku bahwa pembangunan rumahnya disetop sementara karena pondasinya dibangun dalam posisi tidak benar.
Arsitek pun takut rumahnya Baim Wong kelak akan roboh jika pekerja tidak mengikuti permintaannya.
"Begini begini mulu, kapan tinggal di sini ?" keluh Baim Wong.
Meski sempat kesal, Baim Wong nyatanya bisa memetik hikmah dari hal tersebut.
"Proses itu bisa menyenangkan dan tidak. Tapi harus dinikmati. Proses itu menuju ke keberhasilan. Nanti Insya Allah setelah ini selesai, cepat, enggak ada apa-apa. Mending cobaan itu di awal," imbuh Baim Wong.
Suami Paula Verhoeven itu mengaku akan mengambil pelajaran dari kasus pembangunan rumahnya yang terbengkalai tersebut.
"Berapa uang yang sudah keluar ? Enggak apa-apa ya walaupun nyesek banget ya. Daripada kesal sendiri, mending jadi pelajaran aja,"
"Seminggu 25 jetong, mahal juga, napas dulu dah. Mudah-mudahan dimudahkan. Mudah-mudahan cepat jadi. Enggak mahal banget. Gila, gila, gila !" pungkas Baim Wong.
Ditimpa masalah, Baim Wong mengaku banyak teman-temannya yang ingin membantunya.
"Semua teman-teman saya kasihan sama saya. Pada nelponin saya. Kasihan katanya 8 bulan, masa gitu doang. Pada mau bantuin. Baik-baik ya teman saya itu," akui Baim Wong.
(*)