Trik Presiden Soeharto Taklukan KKB Papua Berkekuatan 14 Ribu Pasukan, Temui Langsung Pimpinan Kelompok Separatis Paling Legendaris, Ini yang Mereka Bicarakan

Minggu, 02 Mei 2021 | 20:42
Nikkei Asia

Presiden Soeharto

GridHot.ID -Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua semakin masif melakukan kekerasan yang berujung kematian.

Oleh karena itu, pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Politih, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) memutusakan untuk menetapkan KKB sebagai teroris.

"Pemerintah menganggap bahwa organisasi dan orang-orang di Papua yang melakukan kekerasan masif dikategorikan sebagai teroris," ujar Mahfud MD dalam konferensi pers dikutip dari kanal Youtube Kemenko Polhukam, Kamis (29/4/2021) via Kompas.com.

Baca Juga: Paling Diburu TNI Polri, Lekagak Telenggen Sulit Dibekuk Karena Sering Menyamar, Sosoknya Muncul Saat 70 Anak Buahnya Terlibat Baku Tembak dengan Aparat

Mahfud mengatakan, pelabelan organisasi teroris terhadap KKB sesuai dengan Undang-undang (UU) Nomor 5 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme menjadi UU.

Setelah adanya penetapan tersebut, pemerintah langsung memerintah aparat keamanan mengejar KKB dengan tindakan tetapi terukur.

"Pemerintah sudah meminta kepada Polri, TNI, BIN, dan aparat terkait segera melakukan tindakan secara cepat, tegas, terukur menurut hukum, dalam arti jangan sampai menyasar ke masyarajat sipil," kata Mahfud.

Mengutip TribunManado.co.id, pemberantasan KKB Papua juga pernah dilakukan oleh Soeharto yang ketika itu menjabat Presiden RI.

Baca Juga: Berhasil di Timor Timur, DOM Aceh Hingga G30S PKI, Pasukan Setan Yonif 315/Garuda Bakal Ditugaskan Berantas KKB Papua, Ini Kehebatannya

Soeharto disebut memiliki trik sendiri yakni dengan menemuibos atau pimpinan KKB Papua, Lodewijk Mandatjan.

Perlu diketahui, Lodewijk Mandatjan merupakan pimpinan KKB Papua paling legendaris.

Sebanyak 14.000 anggota KKB Papua di bawah kendalinya melakukan aksi teror pada tahun 1964-1967.

Lodewijk Mandatjan bertemu langsung dengan Presiden Soeharto pada 11 Januari 1969.

Lantas, apa isi pembicaraan antara Soeharto dengan pimpinan KKB Papua saat itu?

Pertama, Mandatjan bersaudara menjelaskan kepada Presiden Soeharto bahwa mereka kembali atas kemauan sendiri.

Baca Juga: Resmi Dilabeli Teroris, KKB Papua Pernah Bantai Puluhan Pekerja di Nduga Sambil Menari-nari, Korban yang Selamat Bahkan Dikejar Sampai Berhari-hari

Pada kesempatan ini, Presiden Soeharto mengatakan bahwa ia menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan dalam kehidupan rakyat di Irian Barat.

Akan tetapi, Presiden menegaskan bahwa kebahagiaan tidak turun dari langit, melainkan harus dicapai dengan bekerja keras, dengan mengusahakan pembangunan.

Barulah dengan demikian kita akan dapat memperbaiki kehidupan rakyat setahap demi setahap.

Presiden Soeharto juga menegaskan kembali tekad pemerintah untuk membangun Irian Barat sejak daerah itu diperoleh kembali dari Belanda tahun 1963.

Baca Juga: Terungkap, KKB Papua Membabi Buta Serang TNI-Polri dan Warga Sipil Karena Terusik Dana Otsus, Asops Kapolri Beberkan Alasannya

Menurut Presiden, yang menjadi masalahnya sekarang ialah bagaimana pembangunan Irian Barat dapat diwujudkan secepatnya.

Kepada kedua Mandatjan, Presiden Soeharto juga menjelaskan tentang penentuan pendapat rakyat, di mana diminta bantuan mereka untuk ikut menyukseskannya.

Lodewijk Mandatjan menyerah

Dilansir dari buku 'Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' karya Hendro Subroto, KKB Papua Lodewijk Mandatjan melancarkan pemberontakan bermodal senapan-senapan tua peninggalan perang dunia 2.

Baca Juga: KKB Papua Ditetapkan Sebagai Organisasi Teroris, Pemerintah Minta TNI-Polri Lakukan Tindakan Tegas, Mahfud MD: Jangan Sampai...

Pada 28 Juli 1965, terjadi serangan ke asrama Yonif 641/ Cenderawasih Manokwari, sehingga mengakibatkan tiga anggota TNI gugur dan empat lainnya luka-luka.

Gara-gara ini keadaan Kabupaten Manokwari mencekam.

Berbagai penghadangan dilakukan kelompok KKB Papua Mandatjan di kecamatan Warmare dan Ransiki.

Aparat keamanan di sana tak cukup menanggulangi keadaan.

Motif pemberontakan Lodewijk Mandatjan bukan semata-mata ingin memisahkan diri dengan Indonesia.

Baca Juga: 8 Jam Baku Tembak dengan Satgas Nemangkawi, Puluhan KKB Pimpinan Lekagak Telenggen Kocar-kacir Masuk Hutan, 9 Anggota Separatis Tewas

Ia juga bukan bagian dari OPM.

Mandatjan memberontak karena buruknya keadaan ekonomi pada awal Irian Barat bergabung dengan Indonesia.

Bahkan Mandatjan sendiri adalah seorang pejuang Trikora yang merasa kecewa kepada Indonesia karena hal tersebut.

Aksi teror KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan baru mereda setelah Sarwo Edhie Wibowo turun tangan.

Hal ini berawal saat Sarwo Edhie Wibowo menjabat sebagai panglima Kodam XVII/Tjendrawasih (1968-1970).

Sarwo Edhie Wibowo saat itu mau tak mau harus menghadapi sepak terjang KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan.

Baca Juga: Warganya Hidup Tentram Tanpa Tersentuh Teror KKB Papua, Inilah Kota Kuala Kencana Milik PT Freeport, Dengan Kemodernannya dan Kebersihan Lingkungannya, Nampak Seperti Tak di Indonesia

Sarwo Edhie Wibowo

Dalam menghadapi aksi teror KKB Papua saat itu, Sarwo Edhie Wibowo memadukan operasi tempur dengan operasi nontempur.

Menurutnya, strategi nontempur digunakan lantaran ia menganggap para KKB Papua masih merupakan saudaranya sebangsa dan setanah air.

"Kalau pemberontak kita pukul terus menerus, mereka pasti hancur. Tetapi mereka adalah saudara-saudara kita. Baiklah mereka kita pukul, kemudian kita panggil agar mereka kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi," kata Sarwo Edhie Wibowo dalam buku karya Hendro Subroto.

Baca Juga: Jabatan Kabinda Belum Genap Setahun Didudukinya, Inilah Sosok Brigjen TNI Gusti Putu Danny yang Gugur Lindungi Negara, Tewas Ditembak KKB Papua

Untuk menghindari terjadi pertumpahan darah yang lebih banyak, Sarwo Edhie Wibowo memerintahkan melakukan penyebaran puluhan ribu pamflet yang berisi seruan agar KKB Papua kembali ke NKRI.

Sarwo Edhie Wibowo kemudian memberi tugas kepada perwira Kopassus Mayor Heru Sisnodo dan Sersan Mayor Udara John Saleky untuk menemui pimpinan KKB Papua yang bernama Lodewijk Mandatjan.

Tujuannya adalah membujuk agar Mandatjan beserta anak buahnya mau kembali lagi ke pangkuan NKRI.

Tanpa membawa senjata, Mayor Heru Sisnodo dan Sersan Mayor Udara John Saleky berjalan kaki memasuki hutan untuk menemui pimpinan KKB Papua itu.

Baca Juga: TNI Kembali Berduka, Kepala BIN Daerah Papua Brigjen TNI Putu Danny Gugur Ditembak KKB di Beoga, Begini Kronologinya

Saat bertemu dengan Mandatjan, Mayor Heru Sisnodo berkata:

"Bapak tidak usah takut. Saya anggota RPKAD (sekarang Kopassus). Komandan RPKAD yang ada di sini anak buah saya. Dia takut sama saya. Kalau bapak turun dari hutan, nanti RPKAD yang akan melindungi bapak."

Akhirnya, Mayor Heru Sisnodo dan Sersan Mayor Udara John Saleky berhasil meyakinkan Lodewijk Mandatjan dan anak buahnya.

Mandatjan beserta keluarga dan anak buahnya pun diantar turun ke Manokwari.

Baca Juga: Khianati Negara dengan Bergabung ke KKB Papua, Pratu Lukius Kini Terancam Hukuman Pidana Desersi Militer, TNI Bakal Kejar Terus Sosoknya

Saat bertemu dengan Mandatjan, Sintong Panjaitan berkata: "Bapak saya jamin, saya akan melindungi bapak dengan keluarga"

Pemberontakan KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan pun sebagian besar telah terselesaikan, Kopassus tinggal melakukan penyisiran untuk memburu sisa-sisa anggota KKB Papua lainnya

Dengan begitu, Sarwo Edhie Wibowo berhasil menerapkan strategi non tempurnya sehingga tak terjadi pertumpahan darah lebih banyak.

(*)

Tag

Editor : Siti Nur Qasanah

Sumber Kompas.com, Tribunmanado.co.id