Perang itu sebagian untuk memecah belah Mesir dan Suriah serta menggagalkan pengaruh Soviet.
Sementara AS juga menggunakan dampak perang tahun 1973 itu untuk meletakkan dasar bagi kesepakatan damai antara Israel dan Mesir yang akhirnya disatukan pada 1979.
Israel pun menjadi penerima kumulatif terbesar dari bantuan luar negeri AS di era pasca-Perang Dunia II.
Pada tahun 2016, Presiden Barack Obama menandatangani perjanjian pertahanan dengan Israel yang memberikan $ 38 miliar dalam dukungan militer AS selama 10 tahun termasuk pendanaan untuk sistem pertahanan rudal Iron Dome.
Padahal, Israel sendiri merupakan negara berpenghasilan tinggi dengan sektor teknologi tinggi yang berkembang pesat.
Selain urusan geostrategis, opini publik, serta uang -dan pengaruh yang dibeli uang dalam politik- juga berperan dalam kebijakan AS terhadap Israel dan Palestina.
Opini publik Amerika telah lama mendukung Israel dan Palestina.
Aksi kekerasan yang menarik perhatian banyak orang oleh kelompok-kelompok pro-Palestina seperti Pembantaian Munich 1972 di mana 11 atlet Olimpiade Israel terbunuh, juga menimbulkan simpati bagi Israel.
Namun, simpati tersebut juga bisa goyah seperti yang ditunjukkan oleh sebuah jejak pendapat pada Februari lalu yang menemukan bahwa 25 persen orang Amerika lebih bersimpati dengan orang Palestina.