Dokumen foto itu menjadi bukti perubahan penggunaan lahan dan pertumbuhan penduduk telah memperburuk masalah kota Jakarta. Dengan populasi wilayah kota lebih dari dua kali lipat antara tahun 1990 dan 2020, lebih banyak orang memadati dataran banjir yang berisiko tinggi.
Selain itu, banyak saluran sungai dan kanal yang menyempit atau tersumbat secara berkala oleh sedimen dan sampah, sehingga sangat rentan terhadap luapan air.
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Mohamad Taufik mengatakan prediksi NASA tersebut merupakan peringatan tentang kondisi ibu kota terkini. Taufik pun menyarankan prediksi tersebut harus dibuktikan dengan teknologi dan didiskusikan secara mendalam.
"Sekarang diadu saja konsep penemuan itu dengan temuan yang ada di Republik Indonesia, bener nggak 40 persen turun," ucapnya.
Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Yayat Supriyatna menyebut potensi Jakarta tenggelam sudah didengungkan sejak sepuluh tahun yang lalu. Namun hal tersebut katanya tidak digubris.
Kata dia Jakarta seperti kota yang tidak terencana. Mau dibuat seperti apa di masa depannya juga tidak jelas konsepnya.
Hal tersebut karena setiap ganti pimpinan atau gubernur kebijakannya selalu berubah-ubah dan tidak menentu arah.
"Jakarta seperti tak punya harapan. Tak ada kepastian. Ibukota negara harusnya tampil menjadi kota yang paling mampu dan paling sigap menanggapi apapun tantangannya, termasuk di saat pandemi Covid-19 ini," ujar Yayat.(*)