Find Us On Social Media :

Virus Marburg yang Mematikan Sekelas Ebola Kini Hantui Dunia, WHO Peringatkan Kebangkitannya, Ini Deretan Gejalanya yang Mirip Demam Berdarah

(ilustrasi) virus Marburg yang ditemukan di Guinea, Afrika.

Gridhot.ID - Baru-baru ini Badan Organisasi Kesehatan Dunia WHO kembali membuat masyarakat dunia syok soal kemunculan virus baru.

Belum selesai dengan pandemi corona yang menyerang dunia, WHO mengabarkan soal kemunculan virus Marburg.

Dilansir dari Kompas.com, WHO peringatkan adanya virus Marburg yang dianggap menular dan bisa menyebabkan gejala serupa demam berdarah.

Baca Juga: Sambangi Polda Metro Jaya dengan Reni Effendi, Razman Nasution Sebut dr Richard Lee Miliki Permintaan Khusus

Bahkan, dikabarkan risiko kematian akibat virus tersebut hampir 88 persen.

Menurut informasi WHO, virus Marburg berasal dari famili yang sama dengan virus Ebola.

Diduga, virus tersebut pertama kali menyebabkan wabah pada tahun 1967 di Marburg dan Frankfurt di Jerman, dan di Beograd, Serbia.

Wabah ini terkait dengan pekerjaan laboratorium menggunakan monyet hijau Afrika (Cercopithecus aethiops) yang diimpor dari Uganda.

Baca Juga: Kondisi Corona di Indonesia Masih Belum Stabil, Satgas Covid-19 Imbau Tegas Masyarakat Tak Lakukan Ini Saat Perayaan HUT RI 76

Penularan virus Marburg ke manusia bisa terjadi karena kontak yang terlalu lama dengan tambang atau gua yang dihuni oleh koloni kelelawar Rousettus.

Setelah seseorang terinfeksi virus, Marburg dapat menyebar melalui penularan dari manusia ke manusia melalui kontak langsung dengan darah, sekresi, organ atau cairan tubuh lain dari orang yang terinfeksi, dan dengan permukaan dan bahan.

Gejala infeksi virus Marburg dimulai dari demam tinggi, sakit kepala parah dan malaise parah.

Baca Juga: Innalillahi, Hamil Tua Paula Verhoeven Dilarikan ke Rumah Sakit Setelah Makan Malam dengan Baim Wong, Ini Sebabnya

Mereka yang terinfeksi juga bisa mengalami diare kronis, perut dan kram, mual dan muntah dapat dimulai pada hari ketiga setelah infeksi.

Diare bisa bertahan selama seminggu. Pada fase ini, mata pasien terlihat cekung, wajah tanpa ekspresi, dan mengalami kelesuan yang ekstrem.

Selain itu, pasien juga bisa mengalami ruam tanpa gatal pada hari kedua dan ketujuh setelah timbulnya gejala.

Banyak pasien mengalami gejala berat setelah tujuh hari infeksi. Pendarahan bisa terjadi di hidung, gsi, dan area vagina.

Baca Juga: Nyaris Tak Terekspos, Suami Olivia Zalianty Diduga Bergelar Bangsawan dan Petinggi Yayasan, Foto Ndaru Kusumo Bagi-bagi Sembako Jadi Sorotan

Selama fase penyakit yang parah, pasien mengalami demam tinggi.

Virus tersebut juga memengaruhi istem saraf pusat yang mengakibatkan kebingungan, lekas marah dan agresi.

Pada fase akhir, yaitu hari ke 15 setelah terinfeksi, pasien juga bisa mengalami orchitis atau radang testis.

Baca Juga: Nggak Main-main, Inilah Taksiran Kerugian Ayu Ting Jika Benar-benar Diblakclist dari TV

Dalam kasus yang fatal, kematian biasanya terjadi antara hari kedelapan dan sembilan hari setelah onset atau awal terjadinya penyakit, biasanya didahului dengan kehilangan darah yang parah dan syok.

Belum ada pengobatan yang terbukti tersedia untuk infeksi virus Marburg.

Namun, berbagai perawatan potensial termasuk produk darah, terapi kekebalan dan terapi obat saat ini sedang dievaluasi.

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka yang terinfeksi, perawatan bisa dilakukan melalui rehidrasi dengan cairan oral atau intravena dan pengobatan gejala spesifik.

Baca Juga: Biasanya Dielu-elukan, Sikap Lesti Kejora Dinilai Berubah Hingga Bikin Banyak Orang Emosi, 'Dede yang Dulu Sudah Tidak Terlihat', Kenapa?

Sulit untuk membedakan secara klinis penyakit virus Marburg (MVD) dari penyakit menular lainnya seperti malaria, demam tifoid, shigellosis, meningitis dan demam berdarah virus lainnya.

Namun, deteksi infeksi virus Marburg bisa dilakukan dengan serangkaian tes seperti berikut:

Baca Juga: Panen Berkah dari Kesuksesan Sinetron Ikatan Cinta, Asisten Amanda Manopo Laris Manis di Dunia Endorsment, Segini Bayarannya