Gridhot.ID - Dunia kini tau bahwa militer Amerika Serikat telah meninggalkan Afganistan.
Hal ini terjadi usai kelompok Taliban berhasil menduduki Afganistan.
Namun, baru-baru ini sebuah foto yang menunjukkan seorang pria memakai seragam tentara AS sempat viral di media sosial yang awalnya dianggap adalah orang dari kelompok Taliban.
Dilansir dari Sosok.ID, ternyata sosok pria tersebut memang tentara yang ditinggalkan militer AS di Afghanistan meski semua rekannya telah diterbangkan pulang ke negaranya.
Akhirnya pemerintah AS pun angkat bicara mengenai gambar yang viral di media sosial tersebut.
Foto Mayjen Angkatan Darat Chris Donahue yang menginjakkan kakinya untuk terakhir kali di Afghanistan pada Senin (30/8/2021) malam menjadi simbol berakhirnya perang selama hampir dua dekade di sana.
Donahue, yang mengenakan helm dan seragam serta membawa senapan, terpotret menggunakan optik penglihatan malam saat ia menjadi tentara Amerika terakhir yang meninggalkan Afghanistan.
Entah ia menyadari pentingnya momen itu atau tidak, Donahue rupanya dijuluki "Flatliner" di awal karier militernya, NBC News melaporkan.
Julukannya diambil dari garis lurus pada EKG yang menandakan tidak adanya aktivitas listrik pada jantung atau henti jantung.
"Saya benar-benar berpikir ada waktu di mana Anda harus 'bergaris datar,'" kata Donahue dalam sebuah wawancara untuk The 18th Airborne Corps Podcast pada bulan Mei lalu.
"Setiap melakukan sesuatu, bersikaplah seperti pernah melakukannya. Dengan kata lain, jangan terlalu tinggi, jangan terlalu rendah," katanya.
Baca Juga: Lesti Kejora Baru Belajar Masak, Ayah Mertua Komentar, Singgung Rasa Makanan yang Seperti Ini
"Anda telah diperintahkan untuk melakukan sesuatu, bertindak seperti ini adalah hal lain."
"Fokus pada apa yang Anda harus lakukan ketika Anda berada dalam mode eksekusi."
Etos kerja Donahue dinilai cocok dengan Divisi Lintas Udara ke-82, yang dia pimpin tahun lalu.
Prinsip utama divisi itu adalah "tidak ada helaan napas panjang."
"Kami tidak menghela napas panjang di divisi ini," katanya.
"Apa pun yang Anda minta kami lakukan, kami dapat menanganinya."
"Tidak masalah jika kondisinya sempurna, tidak masalah jika kondisinya buruk. Tidak masalah," jelas Donahue di podcast.
"Kami telah dilatih dengan baik, dipimpin dengan baik, kami memiliki kepercayaan penuh satu sama lain."
"Apa pun yang muncul, kami dapat menanganinya."
"Apa pun yang dibutuhkan bangsa, apa pun korps yang kembali kepada kami dan mengatakan mereka membutuhkannya, kami melakukannya," katanya.
Donahue dan lebih dari 3.500 pasukan terjun payung dari pangkalan di Fort Bragg, Carolina Utara, pergi ke Afghanistan pada pertengahan Agustus.
Mereka ditugaskan mengamankan Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul saat kekacauan terjadi di sana, di mana Taliban mengambil alih dan orang-orang berebut mengungsi.
Pada puncak kekacauan, 13 personel militer AS dan lebih dari 110 warga Afghanistan tewas dalam bom bunuh diri di luar bandara pekan lalu.
"Tanpa diragukan lagi, pasukan terjun payung dari divisi ini benar-benar harta nasional," kata Donahue dalam podcast tersebut.
"Tidak ada organisasi lain yang memiliki ukuran, kapasitas, dan kemampuan untuk pergi ke mana pun di dunia dengan sangat cepat selain divisi ini."
"Merupakan kehormatan luar biasa untuk berada di divisi ini," katanya.
"Selama sisa hidup saya, ketika orang berkata 'Apa yang Anda lakukan dengan hidup Anda?' Saya akan dapat mengatakan, 'Saya adalah seorang penerjun payung di Divisi Lintas Udara ke-82.'" (*)