Find Us On Social Media :

Perang Dunia III Hanya Tinggal Sejengkal Tangan, China Pastikan Bakal Bawa Kiamat Jika Australia Ikut-ikutan Amerika Serikat untuk Bela Taiwan

Gambar Ilustrasi: Pasukan Australia yang berjaga di Laut China Selatan

Gridhot.ID - Konflik yang memanas di Taiwan kin sepertinya tak bakal segera mendingin.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, sebelumnya diketahui China sudah siap melakukan apa saja untuk merebut kembali Taiwan.

Amerika Serikat bahkan membuat China marah karena ikut mengganggu kepentingan mereka.

Bahkan Amerika Serikat dengan terang-terangan membela dan melindungi Taiwan dari 'serangan' China.

Baca Juga: Tak Perlu Aplikasi PeduliLindungi, Download Sertifikat Vaksin Covid-19 Kini Bisa Lewat WhatsApp, Begini Caranya

Kini lagi-lagi China telah mengeluarkan peringatan mengerikan kepada Australia dengan menyatakan bahwa serangan berat akan segera terjadi jika pasukan Australia datang untuk membela Taiwan.

Mengutip Daily Mail, seorang mantan pejabat China telah mengancam Australia dan AS bahwa akan terjadi kiamat jika kedua negara itu bergerak untuk melindungi Taiwan dalam konflik militer.

Dikutip Gridhot dari Kontan, Victor Gao, yang pernah menjadi penerjemah pemimpin komunis Deng Xiaoping dan sekarang menjadi juru bicara pemerintah China, memperingatkan kekuatan barat untuk tidak ikut campur dalam upaya China untuk mencaplok wilayah yang disengketakan, 180 km di lepas pantainya.

"Mereka yang ingin memblokir penyatuan akan ditakdirkan untuk gagal," kata Gao kepada 60 Minutes.

Dia menambahkan, jika Australia memutuskan untuk berperang bersama dengan tentara AS dalam upaya menghentikan upaya reunifikasi antara daratan China dan Taiwan China, maka akan terjadi hal terburuk yang dapat diimpikan, yakni perang antara China dan Amerika Serikat.

Baca Juga: Berisi Koleksi Barang-barang Sang Lady Rocker Semasa Hidup, Beginilah Penampakan Museum Nike Ardilla yang Sering Dikunjungi Para Fans untuk Melepas Rindu

"Itu akan segera meningkat di luar kendali dan itu akan menjadi kiamat, kiamat, dan kiamat," tegasnya.

Selain itu, Daily Mail juga memberitakan, dalam pernyataan keras yang diterbitkan di tabloid China The Global Times pada hari Sabtu, pemimpin redaksi Hu Xijin berterus terang dalam analisisnya tentang janji Australia untuk datang membantu Taiwan jika pasukan sekutu AS terlibat dalam konflik.

"Jika pasukan Australia datang untuk berperang di Selat Taiwan, tidak dapat dibayangkan bahwa China tidak akan melakukan serangan berat terhadap mereka dan fasilitas militer Australia yang mendukung mereka," cuit Xijin.

"Jadi Australia (seharusnya) lebih siap berkorban untuk pulau Taiwan dan AS," tambahnya.

Kata-kata tidak menyenangkan itu diyakini terkait dengan pernyataan yang dibuat oleh Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton pada hari Jumat, di mana ia mengisyaratkan pasukan Australia akan turun tangan dan membantu AS jika Taiwan diserang oleh China.

Baca Juga: Jungkir Balik Kerja Tak Ada Hasilnya, 5 Weton Ini Dipercaya Susah Kaya, Rezekinya Cepat Habis Menurut Primbon Jawa

Di mata Dutton, langkah itu akan menempatkan Australia dalam posisi kekuatan global.

"(China) sangat jelas tentang niat mereka untuk pergi ke Taiwan dan kita perlu memastikan bahwa ada tingkat kesiapsiagaan yang tinggi, rasa pencegahan yang lebih besar dengan kemampuan kita. Dan saya pikir, itulah cara kita menempatkan diri dalam posisi yang aman, yakni posisi kekuatan," katanya kepada The Australian.

Profesor Peter Dean, Ketua Studi Pertahanan dan Direktur Institut Pertahanan dan Keamanan UWA, mengatakan kepada Daily Mail Australia pada bulan Oktober bahwa perang merupakan kemungkinan nyata di kawasan itu dalam lima atau enam tahun.

"Anda tentu tidak bisa mengesampingkan potensi penggunaan kekuatan. Jika China sampai pada titik di mana mereka pikir mereka dapat mengambil Taiwan dengan paksa, menang dan sukses, dan mereka berpikir bahwa tekad AS kurang atau tidak akan cukup, mereka dapat didorong untuk mengambil risiko sesuatu yang sangat bodoh," jelas Dean.

Dia menambahkan, dirinya melihat situasi akan menjadi jauh lebih berisiko dalam beberapa tahun terakhir di bawah kepemimpinan Xi Jinping karena dia menjadi lebih otoriter.

Baca Juga: Akui Mantap Naik ke Pelaminan Setelah Kucing-kucingan, Bintang Sinetron Gita Sinaga dan Habibi Hood Justru Terganjal Masalah Serius yang Belum Terselesaikan, Apa?

Tetapi Dean mengatakan, hal itu adalah apa yang disebut 'perang zona abu-abu' saat ini, dengan China mengisyaratkan sikapnya atas zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan, yang menimbulkan risiko terbesar saat ini bagi keamanan dunia.

Partai Komunis China telah mengklaim Taiwan sejak didirikan sebagai Republik China oleh Kuomintang Nasionalis di bawah Chiang Kai-shek pada tahun 1949, setelah mereka meninggalkan daratan China selama perang saudara.

Republik China (Taiwan) memandang dirinya sebagai negara otonom, sementara China melihatnya sebagai provinsi yang memisahkan diri.

Secara diplomatis, negara-negara barat seperti AS dan Australia mengakui kebijakan 'Satu China' yang mengakui Beijing sebagai pemerintahnya.

Baca Juga: Alami Wabah Bak Jaman Tulah Nabi Musa, Sebuah Kota di Mesir Diserbu Ribuan Kalajengking, Tewaskan 3 Orang dan Ratusan Korban Luka-luka

Bagi banyak negara, untuk menjaga hubungan diplomatik dengan China, mereka menegaskan tidak akan mengakui Taiwan secara resmi.

Namun AS telah menjual miliaran senjata ke Taiwan dan telah berulang kali mengatakan akan membantu mempertahankan pulau itu dari ancaman militer China.

(*)