Wilfridus Kado dengan tegas menyatakan, upah tersebut sangat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Untuk mencukupi kebutuhannya, dia dan juga rekan guru honorer lainnya mencari nafkah sampingan dengan berkebun, berternak, atau berjualan setelah pulang mengajar.
"Sangat-sangat tidak cukup. Saya di sini kebetulan di kampung sendiri, pulang sekolah itu makan, setelah makan kita kerja kebun, beternak, di sini," tuturnya, dikutip GridHot dari TribunJateng, Senin (14/2/2022).
Sejak enam tahun lalu menjadi guru honorer, Wilfridus telah berjuang demi status guru pegawai negeri sipil (PNS).
Dia mengaku selalu mengikuti program pemerintah yang berkaitan dengan seleksi guru PNS, termasuk seleksi guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Tak berhenti sampai disitu saja, kisah mengharukan guru honorer juga datang dari Karawang.
Melansir Tribunsolo, pada tahun 2021 lalu beredar sebuah video viral yang menunjukkan semangat juang seorang guru honorer yang tetap ingin mengikuti tes CPNS.
Terlihat sang guru digendong oleh petugas saat memasuki ruangan tes.
Ternyata, peserta berumur 53 tahun itu sedang mengalami stroke.
Dengan kondisi kesehatannya yang terbatas, sembari menata fokus dan emosinya saat berada di depan monitor mendadak tangis Imas pecah di dalam ruangan tes PPPK tersebut.
Dia turut ditenangkan oleh peserta ujian.
Dilansir dari Kompas.com, dengan terbata, peserta bernama Imas itu menceritakan keinginannya diangkat menjadi pegawai negeri sipil setelah berulangkali mengikuti tes CPNS.
Tak hanya dirinya saja, ia berharap seluruh rekan-rekannya sesama guru honorer juga turut cepat diangkat sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil). (*)