Find Us On Social Media :

Di Hadapan Puan Maharani, Cak Nun Tegas Sampaikan Presiden Saat Ini Masih Belum Tepat untuk Munculkan Kekuatan Penuh Indonesia, Begini Omongannya yang Disambut Tepuk Tangan Meriah Penonton

Cak Nun dan Puan Maharani

Gridhot.ID - Sosok Muhammad Ainun Nadjib atau Emha Ainun Nadjib atau yang lebih dikenal dengan nama Cak Nun memang merupakan salah satu cendikiawan muslim Indonesia yang disegani.

Dikutip Gridhot dari laman Wikipedia, Cak Nun sering menyampaikan berbagai gagasan dan kritikan terhadap keadaan sekarang dengan karyanya yang fenomenal.

Ragam Ilmu sastra, teater, tafsir, tasawwuf, musik, filsafat, pendidikan, kesehatan, Islam sering disampaikan Cak Nun.

Cak Nun sendiri juga menjadi salah satu tokoh yang diajak ke Istana Merdeka untuk memberikan nasihat ke Presiden Soeharto yang kala itu akan lengser.

Kini di era Jokowi, Cak Nun masih terus menyampaikan pemikirannya terkait pemerintahan Indonesia sekarang.

Terbaru, Budayawan Muhammad Ainun Nadjib yang akrab disapa Cak Nun hadir dalam acara "Sinau Bareng Cak Nun" di Masjid At-Taufiq Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu malam (10/4/2022).

Dikutip Gridhot dari Kompas TV, dalam acara yang dihadiri oleh Ketua DPR Puan Maharani dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto itu, juga ditampilkan Kyai Kanjeng.

Yang cukup menggelitik ketika Cak Nun berbicara tentang kebesaran Indonesia yang melebihi bangsa-bangsa lain.

Indonesia, kata Cak Nun, adalah negara besar dengan tanah yang subur dan sumber daya alam yang berlimpah, serta memiliki kekayaan rempah-rempah yang tidak terbatas. Belum lagi potensi sumber daya manusia dan kekayaan budaya Indonesia yang luar biasa. Di budaya Jawa saja, misalnya, ada 18 istilah trah leluhur.

Baca Juga: Gagah dan Punya Senyum Menawan, Potret Masa Muda Prabowo Subianto Bikin Hati Adem, Tengok Foto Jadul Sang Menteri yang Banjir dengan Pujian

"Jadi wahai Amerika, wahai Rusia, wahai negara yang merasa kuat dan adikuasa, jangan pikir kalian benar-benar berkuasa, karena kami adalah bangsa dengan peradaban yang punya skala waktu hingga 18 generasi. Sehingga ilmu kami, manajemen kami, akan jauh melebihi kalian semua. Cuman masalahnya, sekarang belum tepat presidennya, gitu aja," ujar Cak Nun diiringi tawa dan tepuk tangan hadirin.

Namun Budayawan asal Jogjakarta ini buru-buru menambahkan kalimatnya, bahwa hal itu bukan berarti presiden salah tapi belum tepat. "Jangan marah ya, jangan marah. Saya tidak mengatakan salah lho ya. Saya tidak mengatakan salah atau jelek, hanya belum tepat. Kalau bahasa Jawa itu ada bener, ada pener. Nah ini (presiden) sudah bener, tapi belum pener," ujar Cak Nun kepada jamaah yang hadir.

Kata Cak Nun, hal itu bukan kritik. Namun sebuah harapan. Sebab dia merasa untuk mendapatkan pemimpin yang lebih baik lagi di masa depan untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara makmur dan sejahtera.

"Aku ingin besok pagi, sebelum dan sesudah 2024, kita akan mengalami revolusi besar-besaran dari dalam diri kita. Bukan revolusi untuk menjatuhkan presiden dan penguasa. Revolusi yang akan dipimpin oleh presiden dan para sesepuh lainnya. Mereka yang akan memimpin kesadaran baru, mereka yang akan memimpin kelahiran kembali bangsa Indonesia. Dan akan terjadi siklus itu. Saya tidak meramal, tapi akan terjadi siklus itu," ujarnya diiringi tepuk tangan jamaah yang hadir.

Sementara Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, diundangnya Cak Nun dan Kiai Kanjeng dalam acara tersebut memiliki maksud untuk menggelorakan semangat memajukan bangsa Indonesia.

Tujuan itu, lanjut Hasto, selaras dengan bulan Ramadan saat ini yang merupakan momen untuk berjuang meningkatkan ibadah.

"Cak Nun dikenal sebagai sosok budayawan, pemikir Islam-Kebangsaan, dan begitu menyelami persoalan rakyat," kata Hasto dalam siaran persnya, Minggu.

"(Kehadiran Cak Nun dan Kiai Kanjeng) sekaligus menggelorakan rasa cinta Tanah Air yang berdiri kokoh pada kebudayaan Nusantara," ujarnya.

(*)