Find Us On Social Media :

Perdana Menteri Inggris Ancam Buang Pengungsi Ukraina yang Datang ke Negaranya Secara Ilegal: Anda Mengganggu yang Legal!

Warga Ukraina di Lviv sedang menanti kereta api untuk pergi mengungsi ke Polandia.

Laporan Wartawan Gridhot.ID - Akhsan Erido Elezhar'

Gridhot.ID - Pemerintah Inggris Ancam Buang Sejumlah Pengungsi Ukraina ke Afrika, Ini Tujuannya.

Pemerintah Inggris menyatakan akan mengusir pengungsi dari Ukraina di Inggris dalam kategori tertentu.

Pernyataan ini disampaikan oleh Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson.

Dikutip dari Tribunwow.com pada 28 Juni 2022, pengungsi Ukraina yang datang secara ilegal ke Inggris nantinya akan dibuang atau dideportasi ke Rwanda, Afrika.

"Jika Anda datang ke sini secara ilegal, Anda mengganggu mereka yang datang ke sini secara legal," ujar Boris.

Namun Boris menambahkan, kemungkinan besar tidak akan ada pengungsi Ukraina yang dibuang ke Afrika.

Boris sendiri mengatakan, strategi memindahkan pengungsi ilegal ke Rwanda akan merusak bisnis para pelaku perdagangan orang yang memindahkan orang-orang secara ilegal ke Inggris.

Kebijakan pemerintah Inggris terkait mendeportasi pengungsi Ukraina ke Afrika telah menuai protes dan kritik dari oposisi hingga kelompok-kelompok HAM.

Politisi di Inggris juga memperingatkan bahwa kebijakan membuang pengungsi ke Afrika justru dapat memperparah kejahatan perdagangan manusia.

Baca Juga: 6 Pegawai Holywings Masuk Penjara, Razman Arif Nasution Minta Polisi Periksa Hotman Paris Hutapea: Orang yang Paling Getol Mempromosikan Sambil Dansa-dansa!

Inggris adalah satu dari beberapa negara yang menjadi tujuan utama para pengungsi dari Ukraina seusai pasukan militer Rusia datang menginvasi.

Per 29 Mei 2022, total ada 65,700 pengungsi Ukraina di Inggris.

Dikutip dari Tribunnews pada 28 Juni 2022, puluhan ribu pengungsi tersebut kini terancam berakhir menjadi gelandangan di Inggris.

Sementara ini pengungsi Ukraina masih ditampung oleh para warga Inggris yang bersedia menjadi host atau tuan rumah bagi para pengungsi.

Namun ketika masa waktu tinggal di rumah host habis, para pengungsi Ukraina mau tidak mau harus mencari tempat tinggal sendiri.

Di Inggris sendiri terdapat pengecekan ketat mengenai latar belakang calon orang yang akan menyewa rumah.

Berbagai dokumen harus disiapkan oleh orang yang akan menyewa, mulai dari rekam jejak pendapatan hingga dokumen-dokumen penting lainnya.

Kelengkapan dokumen ini mustahil bisa dipenuhi oleh beberapa pengungsi yang pergi dari Ukraina dalam kondisi darurat karena invasi Rusia.

Opora, sebuah jaringan yang bergerak membantu masyarakat Ukraina telah mendapat laporan adanya keluarga asal Ukraina yang tidak bisa menyewa rumah karena gagal dalam pengecekan latar belakang.

Padahal ada pengungsi yang memiliki uang yang cukup dan pekerjaan dengan penghasilan yang stabil.

Pasangan suami istri asal Ukraina di Inggris bernama Dmytro Chapovski, seorang teknisi piranti lunak dan Polina, seorang fisioterapis gagal ditolak oleh 12 agensi saat mencari rumah untuk disewa.

Saat ini baru sebagian kecil pengungsi yang merasakan halangan ini, namun diprediksi ribuan pengungsi Ukraina lainnya akan terkena dampaknya seiring habisnya program warga Inggris untuk menyediakan tempat tinggal bagi pengungsi.

 (*)